Part 14

2K 309 22
                                    

Terimakasih banyak buat kalian yg vote dan komen apapun di ceritaku. Karena notif dari kalian, saya sampe teriak2 kesenengan pas dikelas /abaikan/. Mungkin part 14 ini agak lama yaa :3 soalnya lagi sibuk2 sama dunia nyata nih. Buat siders, please ku mohon nonggol. Cerita ini udah dibaca sama 600 pasang mata bahkan lebih. Tapi, yang komen masih satuan, dan yg vote masih 100an. Aku butuh saran kalian loh ;)

***

Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Nafasnya menghembus berat dan sesekali terdengar deruan yang kuat. Aku menatap Phantom yang berada di belakangku, matanya terlihat lelah dan sayu.

"Mereka mendekat, Are," bisiknya sangat pelan sehingga hampir tidak terdengar olehku.

Aku hanya bisa menghela nafas menahan rasa takut serta kekhawatiranku. Sejak kemarin, aku dan Phantom tidak bisa menetap di satu tempat. Penjaga kedamaian semakin menggila dan merusak semua wilayah yang dilewatinya.

Dasar Presiden Lilith biadab!

Perlahan Phantom melepas tangannya dari mulutku, dia merangkak keluar dan menoleh ke kanan dan kiri dengan waspada.

"Aman. Ayo!" Phantom mengamit tanganku dan segera membawaku pergi.

Ternyata, rencana Phantom meninggalkanku kemarin adalah untuk memeriksa gua dan mengecek keadaan divisi. Karena keberaniannya yang keterlaluan, kakinya tertembak Penjaga Kedamaian karena ketahuan.

Ya kau tahu, keberanian dan kebodohan mempunyai perbedaan yang tipis.

"Hei, kalian!"

Dor..dor..dor..

***

Aku terus berlari dengan Arenna di punggungku. Badannya mulai mendingin dan terasa lemas. Tembakan yang terarah ke perut membuatnya pingsan seketika. Entah apa yang harus aku perbuat untuk mempertahankan dirinya, yang bisa kulakukan saat ini hanya berlari, berlari, dan berlari.

Kurasakan denyut di bahuku semakin kuat,

Ya, kami tertembak.

Dengan tenaga yang tersisa, aku bersikeras untuk mempertahankan Arenna agar tetap hidup. Darah semakin bercucuran dari bahuku dan perut Arenna.

Aku tidak akan menyerah untuknya, tidak akan pernah!

Aku terus berlari ke dalam hutan. Langkahku semakin tergopoh-gopoh dan tidak terarah. Denyutan di bahuku semakin kencang dan menyakitnkan. Kepalaku merasakan pusing yang hebat hingga pandanganku semakin kabur.

Tidak, tidak!

Aku pun tersungkur dengan Arenna di atasku. Aku menatap wajahnya yang memucat dan terasa dingin saat ku elus.

"Bertahan, Are,"

Dan semua yang kulihat menjadi samar, semakin samar, dan gelap.

***

[]

P.S: buat BloodyChopper nanti aku revisi part 2 agar diperjelas tentang pembagian Up Land dan Down Land.

Terimakasih :)

Fata Lector [Masa Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang