Part 17

2.1K 349 19
                                    

Susah ya bikin kalian nongol :3 ayolah para siders, hargai tulisanku. Komen ataupun vote bikin aku semangat.

Dan maaf jika part ini lama, seperti yg udah aku bilang, kalo part 16 dapet 15 vote bakal aku lanjut cepet. Tapi apa? Susah juga kayaknya. Ok, aku mau part ini dapet 15 vote dan 5 komen, deal?

***

Grace menyetujui kesepakatanku. Dengan keadaan rumahnya yang sangat luas aku bisa membawa Theo dan Divisi tinggal sementara waktu di sini.

"Kau sangat membantu, semoga Leo tenang disana," ujarku seraya tersenyum. Malang nasibnya, Leo, suami Grace, meninggal di tangan Presiden Goorel lima tahun yang lalu.

Wanita tua di hadapanku mengangguk, "Dengan senang hati,"

***

Aku mengikat tali sepatuku dan kembali berdiri tegap. Grace memberikanku baju tentara milik Leo yang sangat pas untukku. Aku menarik nafas melihat refleksi diriku dan segera menyandang tasku lalu melangkah keluar kamar.

"Well, sangat pas untukmu," ucap Grace setibanya aku di depan pintu.

Arenna mendecak dan tertawa kecil, "Kau lebih mirip anak TK,"

Sial.

Grace mengulurkan kunci perak dengan gantungan berbentuk huruf L ke arahku, "Ambil senjata dan peluru kalian, bawa peledak bila perlu,"

Aku tersenyum hangat padanya, "Terima kasih banyak, Grace."

Dia hanya mengangguk cepat. Aku segera mengamit tangan Arenna dan menuju bunker yang dituju. Aku memasukan kunci perak ke lubangnya dan memutar knop pintu besi tersebut. Mataku terperangah begitu pintu terbuka, sungguh, aku berterima kasih padanya.

"Aku bahkan tidak tahu menggunakannya, Phantom," gumam Arenna yang tengah menyentuh lembut senapan laras panjang yang terpampang di dinding.

"Ambil yang kau suka, akan ku ajarkan,"

***

Aku berlari dengan Arenna di depanku. Kami harus cepat juga waspada. Arenna cukup cerdas dan kuat untuk kali pertamanya menggunakan senapan, fokusnya selalu tepat. Menembak di jantung, atau kepala.

Sudah dua puluh Penjaga Kedamaian yang kami tembak sepanjang perjalanan. Arenna tidak kalap melawan mereka, dan aku sepertinya baru sadar jika dia punya kemampuan bela diri yang cerdik.

Tentu saja. Mungkin kalian akan menendang seseorang yang mencekal kedua tanganmu dari belakang.

Tapi Are tidak, dia melesat melewati kedua kaki Penjaga Kedamaian dan memutar keatas. Yang membuat korban terjungkal dan mematahkan lehernya karena kepala membentur tanah terlebih dahulu.

Ah, aku jadi semakin mencintainya.

"Merunduk, Bodoh!"

Dor!

Aku menatap Arenna dan mayat Penjaga Kedamaian bergantian. Are mengulurkan tangannya dan kusambut. Aku menarik tubuhnya dan mengecap bibir mungil miliknya, terasa manis dan kenyal.

"Ew, menjijikkan!" dia mendorong tubuhku dengan kencang. Tapi semburat merah di pipinya terlihat jelas.

"Terserah. Lagi pula, sejak kapan kau memakai blush on di pipimu." ujarku meninggalkan dia di belakang. Aku terkekeh ketika melihat raut kesalnya dari sudut mataku.

You're on my knees, Are.

***

[]

Fata Lector [Masa Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang