***
Badanku terguncang, dan sesekali hampir membentur tanah. Pandanganku terbalik dan rambutku jatuh terurai. Angin dan kegaduhan dari rumput yang beradu terdengar namun samar, disekitarku hampir gelap dan sepertinya aku dibawa seseorang.
"Hei," ujarku dengan suara serak.
Pria yang membawaku berhenti dan menurunkanku, pria tersebut tersungkur di hadapanku dan memijat kepalanya. Terdengar pekikan tertahan dari mulutnya lalu tangannya berusaha menggenggam tanah yang semakin membuatku ngeri.
Aku menyentuh pundaknya dan mengusap pelan, "Ayo, berbaringlah," ajakku.
Aku terkejut saat dia menengadahkan kepalanya menatapku,
Phantom?
Dengan cepat ku senderkan tubuhnya pada pohon dan mengusap keringatnya yang bercucuran. Matanya merah dan nafasnya tidak teratur. Dia terus-menerus memijat kepalanya dan membenturkannya ke pohon.
"Ada apa? Apa yang kau rasa?" tanyaku khawatir.
"Ke-kepalaku,"
Tanpa tanya lagi, aku meletakkan kepalanya di pahaku dan memijatnya pelan. Nadi yang berdenyut di kepalanya terasa sangat cepat, bahkan lebih cepat daripada jantungnya.
Sekitar dua menit sudah kuatur nafasnya dan memijat kepalanya. Phantom tertidur dengan kaos yang basah karena keringatnya.
Mengapa dia? Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa bersamaku?
Akan kutanya saat dia terbangun.
***
"Ini,"
Phantom melahap paha burung yang kuberi, wajahnya terlihat lelah dan kacau.
"Phantom?"
"Hmm,"
"Apa yang terjadi?"
Phantom menghentikan aktivitas makannya dan menoleh ke arahku, "Kau sungguh ingin tahu?"
"Iya," jawabku cepat.
"Malam itu, malam dimana aku satu tenda denganmu.."
"Lalu?"
"Saat tengah malam, aku terbangun dan tidak menemukanmu. Aku mencarimu di semua tenda namun tidak ada,"
"Aku melihat pandangan bahwa kau diculik oleh Presiden Goorel. Dan saat itu juga aku mencarimu tanpa sepengetahuan siapapun--"
"Kau Fata Lector tingkat pertama?" potongku.
Phantom mendekatkan jari telunjuknya ke arah bibirku, "Jangan bertanya sampai aku selesai." pintanya.
Aku pun mengangguk kikuk dan kembali mendengarkannya, "Aku menyamar sebagai pengawal penjara, berusaha menemukanmu hingga Presiden Goorel memerintahkan untuk memasungmu di penjara seberang laut,"
"Dan ketika perahu sampai, aku mencekik pengawal yang duduk di belakangmu lalu membawamu lari ke hutan."
Aku memeluk lututku, "Sejak kapan kau seorang Fata Lector?" tanyaku penasaran.
"Sejak lahir,"
"Lalu kenapa aku yang dicari Presiden Goorel?" tanyaku tidak terima.
"Kau tinggal di Up Land, bersekolah di akademi Lussia. Memperingati temanmu dari mautnya. Tentu saja Presiden tahu,"
Aku menghela nafas dan memejamkan mataku sejenak, "Aku takut,"
Phantom melirikku dan mendekap tubuhku dengan erat, "Kau tahu film Im Legend?"
Aku mengangguk, "Kita adalah satu tokoh yang dikelilingi zombie," ujarnya yang membuatku sedikit geli.
"Berapa umurmu?" tanyaku.
"20 tahun,"
Aku mengangguk dan tangan Phantom mengusap pelan lenganku. Menenangkanku sejenak yang mungkin besok tidak bisa kutemukan lagi.
"Arenna,"
"Ya?"
Phantom menangkup wajahku dan menatapku lekat, "Presiden telah mati, dan kekacauan semakin parah diluar sana,"
"Aku ingin tahu kematianku, Arenna." pintanya lirih.
Aku pun menatapnya bingung dan cemas, "Aku tidak bisa melihatnya jelas,"
"Pegang tanganku dan pejamkan mata. Dengan itu aku bisa melihat kematianmu dan sebaliknya,"
Aku mengangguk setuju, Phantom menuntunku untuk menggenggam kedua tangannya dan memejamkan mata. Perasaan seperti tersengat aliran listrik terasa menjalar ke seluruh tubuh, aku--
"Hei.."
"Aku menyayangimu,"
"Jangan pergi, kumohon,"
"Phantom!"Aku mengerjapkan mata dan mengatur nafasku, Phantom pun melakukan hal yang sama.
"Bagaimana?" tanyanya.
***
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Lector [Masa Revisi]
Ciencia Ficción[DALAM MASA REVISI TOTAL] Perempuan itu satu-satunya di dunia, tidak ada yang sejenis dengannya. Tapi seiring waktu bergulir, langkah kaki membawa dirinya menuju kebahagiaan juga kebinasaan. Copyright© 2015