***
Hari mulai semakin gelap, besok pagi Presiden Goorel akan mati. Aku menopang dagu pada lututku dan memandang keluar tenda, menatap jauh Up Land di barat sana. Angin terasa menusuk dan tubuhku sedikit menggigil, aku pun bergeser untuk menutup resleting tenda ini. Namun gerakanku tertunda karena sosok Phantom berlari ke arahku,
"Ada apa?" tanyaku begitu dia tiba.
Phantom terengah-engah dan mengatur nafasnya, "Tendamu masih kosong?"
Aku mengangguk cepat, "Tidak ada tenda lagi untukku, apa boleh tidur disini?" tanyanya.
"Boleh, tapi jangan macam-macam." ancamku dibalas acakkan rambut darinya.
Phantom dan aku masuk ke tenda, aku menyiapkan kantung tidur dan bantal untuknya. Dia pun berbaring disampingku dan menatap langit-langit tenda ini.
"Aku tidak bisa melihat kematianmu dengan jelas, Phantom," ujarku jujur.
Aku merasa aneh dengannya, kenapa hanya dia yang kematiannya tidak terlihat jelas.
"Benarkah?" tanyanya dengan kagum.
"Ya,"
Phantom terkekeh membuatku mengernyitkan dahi, "Kalau begitu, berarti aku tidak ditakdirkan mati,"
Bibirku merengut sebal mendengarnya, aku penasaran dan dibalas candaan.
Phantom menghela nafas, "Nanti kau akan tahu,"
***
Mataku mengerjap cepat dan nafasku tersendat,
gelap. Ya, disini gelap.
Aku mencoba meraih tangan Phantom disampingku namun tidak ada, justru aku seperti berada di tanah yang sangat dingin. Mataku terus membelalak mencari cahaya, tanganku terus meraba setiap inci tempat ini.
Aku bukan berada di tenda.
Jantungku berdegup dan mulai cemas, aku berusaha bangkit untuk lari namun kakiku tertahan. Kontan kuraba pergelangan kakiku dan terasa seperti bulatan-bulatan yang tersambung dan sangat dingin.
Aku ditahan.
Tanganku kembali merasakan dinding tempat ini, dingin, keras, dan tidak rata, seperti dinding yang sudah terkelupas. Aku pun berusaha tenang dan mengukur luas tempat yang kuperkirakan berbentuk kubus ini. Panjang setiap sisinya setara sepuluh jengkal tanganku, tanganku berukuran sepuluh senti dan berarti ruangan ini berukuran satu kali satu meter. Aku berusaha bangkit untuk meraih atapnya namun gagal, tidak ada pintu ataupun jendela disini. Jika mataku buta, aku tidak bisa melihat maut seseorang lagi.
Siapapun, tolong aku.
***
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Lector [Masa Revisi]
Ciencia Ficción[DALAM MASA REVISI TOTAL] Perempuan itu satu-satunya di dunia, tidak ada yang sejenis dengannya. Tapi seiring waktu bergulir, langkah kaki membawa dirinya menuju kebahagiaan juga kebinasaan. Copyright© 2015