***
Aku berlari menjauh dari kerumunan, berharap sampai ke kelas tepat waktu. Kepalaku terasa pening karena terus menerus melihat kematian di setiap mata yang tak sengaja kutatap. Aku menemukan Mrs. Firla menungguku di depan kelas sambil menggelengkan kepala, aku menyeringai dan mengusap tengkuk,
"Sorry, Mrs,"
Mrs. Firla menatapku lekat, "Tidur di bangku taman lagi?"
Aku mengangguk kecil, "Kepalaku pusing, Mrs,"
Mrs. Firla hanya mengangguk, seperti ini lah situasi hari Rabu setelah istirahat. Kepalaku selalu terasa dua kali lipat lebih sakit dari biasanya. Untung saja Mrs. Firla tahu betul dan memaklumi diriku sebagai Fata Lector.
"Baiklah, masuk ke dalam." tegasnya. Aku pun mengangguk dan segera masuk diiringi Mrs. Firla. Beliau duduk di depan, sedangkan aku menuju meja yang berada di pojokkan sana.
"Selama 18 tahun hidupmu, kau selalu pusing, eh?" Zoe mengejekku.
Aku pun mendaratkan bokongku pada bangku milikku, "Tak apa, hidupku akan selalu seperti ini,"
Dia pun tertawa kecil, "Dan lucunya kau tidak mengetahui seberapa lama lagi hidupmu berlanjut,"
Aku tahu sahabatku selama 14 tahun ini hanya bercanda, meskipun aku tidak tersinggung sama sekali aku selalu risau karena hal itu,
Siapa yang bisa mengetahui umurku?
Aku memang Fata Lector, tapi aku tidak bisa mengetahui kapan maut akan menjemputku.
"Hei, ayolah hidupmu masih panjang," Zoe menyenggol lenganku.
Aku tersenyum masam, "Aku hanya takut,"
"Tenanglah, aku selalu melindungimu," ujarnya tulus.
Tidak, Zoe. Lima tahun lagi kekasihmu akan membunuhmu.
"Aku tahu," ucapku dibalas rengkuhan dan acakan rambut darinya. Sungguh kelam takdirku menjadi Fata Lector, mengetahui orang terdekatku akan mati tapi aku enggan memberitahunya. Aku tidak ingin dia khawatir. Aku menyayangi Zoe.
***
"Aku ikut!" teriak Zoe dengan antusias setelah mengatakan aku akan mengunjungi sepupuku di Down Land. Ya, dunia bawah. Kegelapan? Hantu? Bukan. Hanya sebuah wilayah lain dari Amerika Utara ini yang terpisah 47 km jauhnya dari Up Land. Dulunya, masih terjaga ketat di daerah perbatasan. Namun seiring waktu, benteng di perbatasan terambil alih menjadi penyewaan kuda. Dan hal ini merupakan kebijakan pemerintah. Apa kau tahu? Jarang sekali orang menyebrangi perbatasan meski tidak terjaga. Alasannya klasik, penduduk Up Land tidak mau ke Down Land, 'Ck, jauh dan Down Land tidak terfasilitasi, lagi pula langitnya jelek,'. Penduduk Down Land tidak ingin ke Up Land, 'Kaki kami terlalu suci untuk sepijak dengan Presiden sial itu, bahkan nyawa kami begitu berharga jika mati ditangannya,'. Entah, tapi menarik.
"Baik, pukul empat sore kita berjumpa di perbatasan," ucapku dibalas kedipannya.
Rabu sebelumnya aku bermimpi bertemu seorang pria. Wajahnya tidak terlihat jelas, dan yang kusesali adalah tak bisa mengingat sebagian mimpi itu.
"Zach memutuskan hubungan kami,"
Aku menatap Zoe, "Zach?"
"Ya, dan kami berpisah sekarang,"
Oh syukurlah, tapi takdirnya tidak berubah,
"Aku turut sedih," rengkuhku pada Zoe.
Zoe tertawa nanar, "Tak apa,"
Zoe tersenyum padaku, tapi tidak menyamarkan kesedihannya.
"Uh, aku harus pulang duluan" Zoe bangkit dari duduknya.
Aku mengangguk dan memeluknya, "Bye,"
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Lector [Masa Revisi]
Fiksi Ilmiah[DALAM MASA REVISI TOTAL] Perempuan itu satu-satunya di dunia, tidak ada yang sejenis dengannya. Tapi seiring waktu bergulir, langkah kaki membawa dirinya menuju kebahagiaan juga kebinasaan. Copyright© 2015