***
Matahari membangunkanku karena silaunya, mataku menyipit melihat siluet hitam di depanku.
"Pagi," ucapnya.
Aku mengusap kepalaku yang terasa berat, "Semuanya masih disini?"
"Yap, lengkap. Theodore bilang kita akan dipersiapkan untuk menghentikan kericuhan yang terjadi."
Aku termenung dan kembali memejamkan mata, sudah cukup kata-kata Theodore yang membuatku ketakutan,
Fata Lector disandera oleh Presiden Goorel karena bisa membaca maut. Dan Presiden Goorel lah yang memusnahkan divisi kami.
Yang benar saja!
"Are, aku keluar dulu,"
"Tunggu! Aku sering memperingatkan temanku tentang kematian mereka," lirihku.
Damien menarik nafas, "Kuharap mereka dapat dipercaya,"
Dia pun beranjak pergi keluar tenda, aku menatap punggungnya yang terbebani.
Aku fikir apokalips baru dimulai.
***
"Theo!"
Aku berlari kecil ke arah Theo yang sedang duduk di pinggir sungai.
"Ada apa?" sapanya begitu aku tiba.
Aku pun duduk di sampingnya, "Um, mengapa Fata Lector bisa lenyap?"
Theo tidak bergeming dan menatap air sungai yang mengalir deras.
"Theo?" sapaku lagi.
"Kau ingin tahu?"
Aku mengangguk dan menatap Theo lekat, dia membuang nafas dengan berat dan memejamkan mata.
"Presiden Goorel memaksa Fata Lector mengubah takdirnya, tapi-- kau tahu Fata Lector hanya bisa membaca," jelasnya.
"Lalu, kenapa aku tidak boleh memberitahu bahwa aku Fata Lector?"
Apa mungkin takdirku akan mati di tangan presiden sial itu?
Theo pun menoleh, "Karena tidak semua orang bisa kau percaya kecuali para divisi, dan hanya kau Fata Lector di bumi ini, Arenna,"
***
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Fata Lector [Masa Revisi]
Ciencia Ficción[DALAM MASA REVISI TOTAL] Perempuan itu satu-satunya di dunia, tidak ada yang sejenis dengannya. Tapi seiring waktu bergulir, langkah kaki membawa dirinya menuju kebahagiaan juga kebinasaan. Copyright© 2015