7. What?!

1.9K 66 0
                                    

Deevara P.O.V

Aku segera menuju ke ruangan CEO. Aku mengerutkan kening ku bingung. "Duh ada apa ya, masa gara-gara salah ngitung CEO sampe turun tangan kayanya lebay banget deh" Batinku.

Dug

"Aduh" Keluh ku.

"Eh maaf-ma.. ARA?!" Tunggu-tunggu kayanya aku familiar dengan suaranya...

Aku mendongakan kepalaku yang sedari tadi hanya menunduk dan menggigit bibir bawah ku. Kebiasaan ku kalau sedang bingung. "Yaampun Nikita kamu kerja disini?" Tanya ku kaget. Nikita adalah sahabat ku sedari kecil. Ia adalah anak dari tante Ana sahabat mommy ku.

"Kok lo gak ngabarin gue sih kalo udah di Jakarta?, lo lupa ya sama sahabat sendiri, parah!!" Dumelnya, sambil memutar kedua bola matanya kesal.

"Maaf deh.. contact di handphone gue ilang semua Nik, jadi gak bisa ngabarin lo, eh bagi nomer lo dong" Ucapku sembari mengedipkan mataku dan melangkah masuk ke dalam lift bersama Nikita, lalu memencet angka 20 pada tombol lift.

"Ih sok imut banget, untung aja gue sahabat yang baik, nih save" Jawabnya sambil memberi ku secarik kertas yang berisi nomer ponselnya. 

"Eh lo belom jawab pertanyaan gue, lo kerja disini?" Tanya ku sambil menaruh kertas kecil itu ke dalam kantong blazer ku.

"Oh engga ra, ini gue abis ambil kue di temen gue yang kerja di lantai ini, dia jualan kue gitu,  tujuan utama gue kesini mau nganterin obat buat kakak ipar gue, sekretaris CEO disini, biasa lebay banget abang gue" Jawabnya sembari menunjukan kue yang dia bawa.

"Loh mba Lili kakak ipar lo? Gila dunia sempit amat" Tanyaku kaget.

"Iya kok lo tau namanya mba Lili?" Tanyanya bingung.

"Tau lah Deevara gitu loh, eh akhir minggu ini jalan yuk" Ajak ku.

"Yuk, yaudah kabarin aja ra, eh gue denger-denger katanya CEO baru di sini ganteng banget loh, gatau sih seganteng apa haha gue belum liat soalnya, tiati lo kepincut" Godanya sembari mencolek dagu ku.

Aku hanya memutarkan kedua bola mataku jengah. "Berarti kita sama-sama mau ke lantai 20 dong ya?" Tanya ku. "Loh lo mau ngapain ke lantai 20? itu kan cuma ada ruangan CEO sama mba Lili". Tanyanya. "Emang gue mau ketemu CEO, gatau tuh tadi manajer gue tiba-tiba bilang katanya gue di panggil CEO, ada apa ya?" Tanya ku panik. "Mau kenalan kali sama lo" Ledeknya dengan ketawanya yang terdengar menyebalkan. Aku memandangnya dengan tatapan sinis "Apaansi lo" Jawabku dengan kesal. "Hahaha, eh ayo udah di lantai 20 ini" Kata Nikita tanpa memperdulikan kekesalan ku.

Begitu keluar dari lift bersama Nikita, aku langsung mempercepat langkah ku mendahulinya. "Mba Lili, ada apa ya saya di panggil bapak?" Tanya ku begitu aku sampai di depan meja mba Lili.

"Bapak?" Jedanya sembari mengerutkan dahinya. "Maksudnya pak Alvar..." Belum selesai menjawab aku memotongnya. "Eh iya maksud saya bukan bapak, lupa saya kalo yang menjabat sudah bukan om eh maksudnya saya bapak Tito lagi, tapi udah digantiin anaknya, ketuaan yah kalo dipanggil bapak hihi" ucapku sembari tersenyum bodoh.

"Hahaha gak usah panik gitu ra, tenang aja, eh iya mba ini obatnya" Ucap Nikita sembari memberi obat yang di titipkan abangnya untuk kakak iparnya yaitu mba Lili".

"Eh iya maaf ya ngerepotin kamu sayang, mba lupa bawa tadi" Kata mba Lili sambil nerima obat yang di bawa Nikita. "Iya gapapa mba, aku sekalian ambil kue di temen ku, dia jualan kue gitu dan kebetulan dia kerja di sini, jadi yaudah sekalian deh, oh iya mba ini Deevara sahabat ku yang menghilang itu" Jelas Nikita sembari menunjuk ku.

Sweet DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang