Alvaro P.O.V
Aku meringis saat Ara mengobati ujung bibir ku yang terluka. "Pelan-pelan dong baby" Ucapku kesal.
"Ini udah pelan banget, bawel banget sih masih mending gue mau ngobatin" Ucapnya gak kalah kesal dengan ucapan ku.
"Lagian kamu jahat banget sih baby, gara-gara kamu aku kaya gini" Dumel ku.
Aku kembali teringat kejadian 30 menit yang lalu.
Flashback ON
Aku selalu mencari cara agar Ara yakin dan kembali lagi seperti dulu. Aku menambah sedikit kecepatan mobil ku. Aku harus mengejar Ara yang dapat aku pastikan dia gak mau aku mengantarnya pulang. Ya, seperti biasa.
Nah itu dia aku melihat Ara berlari sembari menengok kebelakang memastikan aku mengejarnya atau tidak. "Sebegitu bencinya kah kamu sama aku?" Batinku mendesah sedih. Aku segera memberhentikan mobil ku dan keluar dari dalam mobil.
"Ara kamu kenapa harus lari menghindar terus sih, tadi kan aku bilang tunggu sebentar aku ke toilet dulu baru aku anterin kamu pulang" Ucapku sedikit kesal.
Dia memutarkan kedua bola matanya. "Kan gue bilang, gue gamau dianter pulang, gue bisa pulang sendiri udah sana" Usirnya dan aku mencegahnya lalu mengambil pergelangan tangannya.
"Yaampun segitu bencinya ya kamu sama aku? Bukan kamu doang yang kesiksa dulu, aku juga, ayo sekarang ikut aku ya" Ucapku sembari menarik lembut pergelangan tangannya.
"Lepas" Desisnya
Aku menghiraukan ucapannya. "Gue teriak nih ya" Ancamnya.
"Kamu gak akan berani" yakin ku. Aku melihat Ara menyeringai kepada ku.
"TOLONG ADA YANG MAU MENCULIK SAYA" Teriaknya mengejutkan ku. Aku panik seketika, sekitar empat orang berlari ke arah ku dan tanpa mendengarkan penjelasan ku mereka langsung memukul pipi kanan ku.
Bugh
Bugh
"Eh.. Udah eh jangan dipukul lagi! Dia temen saya, saya mmm saya cuma sedang latihan drama" Jelas Ara panik dan gemetaran.
"Gimana sih mba bikin panik aja, lain kali kalo mau latihan gausah dipinggir jalan, bikin salah paham dan keributan aja" protes cowo bermata sipit itu.
"Maaf-maaf" ucap Ara sembari membungkukkan badannya, lalu mereka satu persatu pergi.
Ara mengulurkan tangannya dan aku segara mengambilnya, lalu bangun dari duduk ku. "Aw" Ringis ku menyadari bahwa ujung bibir ku terluka.
"Sekarang percaya kan kalo gue berani?" Ejeknya. "Yaudah ayo cepet anter gue pulang" putusnya.
Flasback OFF
"Masih mending gue mau ngobatin lo, udah jangan manja" Ucapnya.
Aku memperhatikan Ara yang dengan telaten mengobati luka ku. Wajahnya sangat mulus dan warna pada bola matanya terlihat jelas. Ara menyadari bahwa aku memperhatikan dia secara intens dan aku dapat melihat perubahan warna pada kedua pipinya.
"Aku suka perubahan warna pada pipi kamu saat aku menatap kamu, aku suka warna pada kedua bola mata kamu, tatapan kamu membuat aku begitu tenang, aku suka segala sesuatu yang keluar dari bibir mungil ini" Ucapku sembari menyentuh bibir bawahnya dengan ibu jari ku.
"Ish geer banget sih, singkirin jari kamu" Ucapnya salah tingkah. But wait... What did she say? Kamu?
"Apa? Bisa kamu ulang tadi kamu ngomong apa?" Tanya ku antusias.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Disaster
RomansaPertemuan yang tidak sengaja dan sedikit insiden kecil seperti takdir yang memang dituliskan untuk mereka. Insiden tersebut membuat rasa penasaran itu datang dan karena insiden tersebut munculah rasa benci. Cinta dan benci itu beda tipis bukan? 18+ ...