9. What's Wrong?

1.5K 56 0
                                    

Deevara P.O.V

Kepala ku terasa berat dan aku juga merasa seperti berputar-putar. Dengan perlahan aku membuka mata ku. Pandangan ku masih berbayang. Aku merasa seseorang menggenggam tangan ku dengan erat, lalu mata ku mulai menyesuaikan dengan cahaya di sekitar ku dan tidak lama kemudian pandangan ku terlihat jelas.

Aku mengerutkan dahi ku bingung "Loh kok aku di kamar?" Batin ku. Aku mengingat-ingat kegiatan ku hari ini, mencari memory yang tersimpan di otakku. Seingatku, aku sedang berada di cafe bertemu Nikita. Kemudian aku ingat hal yang membuat ku pingsan dan terbaring di atas tempat tidur ku. Aku mendesah ketakutan dan suara ku membuat orang yang menggenggam tangan ku terbangun. "Baby..." Panggilnya, suaranya terdengar sangat khawatir.

Aku menyeritkan dahiku bingung. "Jangan bicara dulu ya baby, kamu mau minum?" Tanyanya. Aku menganggukan kepala ku. Ia segera bangkit dari duduknya dan sebelum ia melangkah keluar ia mencium kening ku dan mengatakan "Aku panik banget pas liat kamu pingsan, aku kebetulan lagi makan siang di sana, terus tiba-tiba aku denger ada yang teriak pas aku nengok ternyata yang teriak itu Nikita, aku langsung samperin dia dan ternyata dia lagi panik megangin kamu yang udah dalam kondisi pingsan, terus aku langsung bawa kamu pulang, kamu kenapa sayang?" Tanyanya.

Aku tidak menjawab pertanyaan Aro, lalu aku menangis mengingat kejadian di cafe tadi. "Sssut tenang baby, tenang kamu udah aman sekarang, Ara please aku mohon jangan nangis, ada apa?" Tanyanya panik sembari mengelus pipi ku kemudian memeluk ku.

Satu hal yang dapat ku rasakan saat berada di dalam pelukannya 'nyaman', di dalam pelukannya aku merasa nyaman, aku merasa terlindungi. Aku memperdalam pelukanku dan semakin ku memperdalam pelukan ku, semakin kencang tangisanku. Air mata ku membuat bajunya basah. Aro mengelus punggungku seraya menenangan ku, lalu dengan perlahan tangisan ku mulai mereda.

"Ara.." Panggilnya lembut.

Aku melepas pelukannya. Ia menyeritkan dahinya tidak terima.
"Ak..ku baik-baik aja, makasih ya" Balas ku dengan suara yang serak.

"Yaudah gapapa kalo kamu belum mau cerita, nanti aja kalo kamu udah siap ya, kamu mau makan?" Tanyanya sembari tersenyum menenangkan.

Aku mengangguk malu-malu. "Oh, Ara aku bener-bener khawatir sama kamu, please kalau kamu udah siap buat cerita harus langsung cerita ke aku ya" Pintanya sembari mengelus pipi ku. Aku menyandarkan kepala ku pada telapak tangannya. Aku memutuskan untuk mencoba membiasakan diri dengan dia lagi. Aku hanya mencoba mengikuti kata hati ku, semoga apa yang aku takutkan tidak akan terjadi lagi.

Aro tersenyum senang dan mengatakan. "Aku ambilin kamu minum sama makan dulu ya" Ujarnya. Aku mendengar suara pintu tertutup dan kemudian terbuka kembali.

"Ade..." Panggil kedua abangku.

Aku menatap mereka dan kemudian tersenyum. Mereka memeluk ku dengan erat. Kemudian mereka melepasnya. "Dia datang dan menggoda ku lagi" Ucapku.

Mereka berdua tegang mendengar ucapan ku, lalu abang-abang ku saling bertatapan dan mendesis marah. "Apa dia menyentuh kamu dek?" Tanya abang Kenan. Aku ragu mengatakannya dan aku memilih diam tidak menjawabnya. "Maafin abang ya Ara udah lalai sampe dia berani-berani muncul lagi" Ucap abang Satria sedih dan menyesal.

Aku menggelengkan kepalaku. "Engga ini bukan salah kalian, kalian udah sangat menjaga Ara" Jawabku. "Kamu tenang aja ya dek kita bertiga akan selalu menjaga kamu" Aku bingung "bertiga?" Aku melihat mereka tersenyum menggoda. "Iya abang ken, Satria, dan Aro.."

Blush

Pipi ku memerah. "Hahahaha abang tau kok, udah gausah malu gitu" aku menutup wajahku dengan kedua tangan ku. "Cie ade pangerannya udah balik" Goda abang Satria. Aku melemparnya dengan bantal.

Sweet DisasterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang