Aku kembali mendengar kabar bahwa Chanyeol kembali melakukan perjalanan waktu singkatnya. Tapi kali ini ia tidak menemuiku. Ia mngehabiskan waktunya untuk keluarga dan menyelesaikan pekerjaannya. Tapi aku sangat khawatir dengan keadaannya. Apa ia baik-baik saja di sanghai? Apakah tidurnya cukup? Meskipun ia dikorea aku tak bisa memastikan ia akan memiliki waktu istirahat cukup.
Kali ini aku melihat beberapa priview hasil bidikan para fans yang akhir-akhir ini berubah menjadi Paparazi. Priview saat ia sedang menjalani shootingnya bersama parternya Yuan Shan-shan. Dia terlihat bahagia. Dan sepertinya memiliki istirahat yang cukup. Apakah aku harus percaya hanya dengan beberapa foto semacam itu?.
'Apakah ia bahagia berada di dekat wanita yang sangat cantik seperti yang ia katakan di salah-satu wawancaranya di china?' Pikirku. Ah! Segera ku tepis semua itu. Tapi dia mengatakan Yuan ShanShan itu adalah gadis yang sangat cantik. Ah ada apa denganku hari ini ku acak rambutku frustasi.
Senyumku mengembang saat melihat layar ponselku dengan namanya tertera disana. Aku mengangkatnya tanpa suara. "Annyeong" serunya semangat. "Annyeong"jawabku pura-pura lemas. "Waegeurae? Ada apa dengan suaramu?" Selidiknya penasaran. "Aniya" jawabku cepat. "Eyy! Khojimmal! Haeba! Waegeurae?" Paksanya. "Nan gwenchana jinjja!" Tukasku. "Kau sudah makan malam?" Tambahku. "Aku sedang di van mencari tempat makan" Jawabnya. "Mengapa tidak makan di hotel saja?" Seruku kemudian mendekati tempat tidurku sembari melepas jaket tebal yang masih menyampir rapih di badanku. "Keunnyang... aku ingin masakan korea. Jadi aku akan ke Koreatown" tuturnya. "Bersama siapa?" Tanyaku cepat. 'Pasti dengan Wanita itu' pikirku dalam hati. "Manager hyung dan staf yang lain" Jawabnya. "Khojimmal!" Tuduhku. "Jinjjaro! Ey! Seolma! Kau--" serunya namun segera ku potong "seolma bo? Lupakanlah!" Ada apa denganku? Ish. "Kumohon jangan cari masalah disaat seperti ini chagiya!" Tukasnya sedikit serius. "Aku tidak pernah mencari masalah!" Jawabku kemudian menghempaskan tubuhku di kasurku setelah berhasil melepas jaketku tadi. "Terus?" Serunya cepat. "Amogotto!" Jawabku sedikit sebal. Ada apa dengannya? Mengapa ia sensitif sekali hari ini. "Ada apa denganmu? Mengapa kau sangat sensitif? Lanjutkanlah makanmu! Aku ingin tidur!" Tukasku kesal. "Ada apa denganku? Eoh! Tidurlah." Serunya dan langsung memutuskan hubungan telepon diantara kami.
Benar apa yang aku pikirkan ia sangat sansitif hari ini! Ada apa dengannya? Apa aku salah? Kurasa aku tidak melakukan apa-apa! Dasar tukas emosi! Keras kepala! Menyebalkan!
Jujur saja. Ia tidak pernah semenyebalkan ini! Apa iya benar-benar terjerat wanita tua itu? Ish! Apa yang aku pikirkan. Ia pasti profesional! Aku tahu itu!.
"Aku tidak mengerti denganmu hari ini!" Mataku memerah saat melihat pesan darinya. Dengan tanda seru pula. Selama ini aku benar-benar tidak suka seseorang mengirimku pesan kemudian dengan tanda seru di belakangnya. Dan ia tahu itu dengan baik. Tapi mengapa ia melakukannya.
Akupun segera membalasnya dengan emosi yang berapi-api. "Ya, memang kau tidak mengerti aku. Lihat saja pesanmu. Benar-benar kau tidak mengerti aku" aah! Mengapa hari ini berubah menjadi seperti ini. Disaat dia jauh seperti ini ia melakukan hal seperti ini! Sial!
Nappeunnom! Ahh! Aku ingin sekali berteriak kepadanya. Dasar menyebalkan.
Tapi , aku merindukannya bagaimanapun sikapnya kepadaku. Mungkin dia terlalu lelah dengan pekerjaannya , bolak-balik konser ke beberapa negara kemudian kembali shooting dan konser lagi. Bahkan aku mendengar ia sedang menyiapkan winter album. Ah! Apa aku harus minta maaf kepadanya? Aah tidak-tidak! Kemana mukaku jika begitu.
"Ada apa denganmu? Mengapa tiba-tiba seperti ini?" Kali ini ia kembali mengirimi aku pesan. Pukul 2.00 malam. Apa yang ia lakukan sampai selarut ini?. "Kau yang ada apa. Kau yang emosi kepadaku terlebih dahulu!" Balasku kemudian.
Tak lama keningku bertaut melihat namanya kembali tertera di layar ponselku. "Ya kau marah padaku?" Tukasnya seperdetik setelah aku baru saja mengangkat teleponnya. "Bukankah kau yang lebih dulu emosi kepadaku? Mengirimi aku pesan dengan tanda seru seperti itu? Dan mematikan hubungan telepon kita tadi? Bukankah kau yang lebih dulu?!" Kali ini emosiku benar-benar tersalurkan dengan benar. "Ani! Kau yang lebih dulu menuduhku hal yang tidak-tidak!" Tukasnya lagi. "Apa yang aku tuduhkan padamu? Eoh?" Tanyaku cepat. "Kau menuduhku berbohong!" Jawabnya. "Apa hanya karena itu kau memutuskan telepon kemudian mengirimi aku pesan dengan tanda seru seperti ini! Geurae! Terserah kau saja!" Sungguh ini adalah perkelahian tengah malam kami yang pertama. Dipisahkan negara yang berbeda pula.
"Ya! Aku benar-benar tidak mengerti dirimu malam ini jinjja!" Dengusnya. "Kau kira aku juga mengertimu? Kau bukan Park Chanyeol yang aku kenal! Ish!" Sentakku. "Lalu aku siapa hah? Yah! Neo waegeurae? Kau sedang datang bulan?" Serunya kesal. "Untuk apa kau pedulikan aku datang bulan atau tidak. Istirahatlah. Aku tak mau merusak harimu!" Tukasku. "Kau sudah merusak hariku -----ssi!" Serunya menekan setiap ucapannya.
"Ya! Park Chanyeol!" Panggilku. "Sudahlah!" Dengusnya. "Nappeunnom! Ya! Haruskah aku menjadi anti-fanmu agar aku selalu bersamamu hao?" Kali ini aku berteriak kencang. Masabodoh dengan tetangga-tetanggaku. "Ya! Apa maksudmu!" Sergahnya. "Aku merindukanmu kau tahu!" Kali ini aku benar-benar berada di puncak emosiku. Tangisku mendorong keluar dan mengalir deras. Aku merindukannya. Semua emosiku padanya mereda berbalik menyerangku menjadi rindu yang tak tertahan padanya.
"Nado! Uljima! Tunggu aku sebentar saja, aku pasti kembali! Mengapa tak kau katakan sejak tadi bahwa kau merindukanku pabbo!" Tukasnya. "Keunnyang... Aku hanya ingin kau yang lebih dulu mengatakannya!" Seruku masij menangis. Aku merindukannya. Aku ingin bersamanya. Menghirup aroma tubuhnya yang benar-benar kurindukan. "Bhogosipta chagi , sudah? Uljima. Kau membuatku benar-benar ingin terbang sekarang juga ke Seoul" Serunya mencoba menghentikan tangisku. Percuma Park Chanyeol percuma. "Kembalilah , aku benar-benar merindukanmu!" Pintaku bersungguh-sungguh. "Eyy! Andwe. Tunggulah ,aku akan kembali secepatnya. Mengejutkanmu!" Tukasnya lagi. Dia tidak mungkin pulang hanya untuk bersamaku bukan.
"Lusa ulang Tahunmu bukan?" Tanyaku pelan. Sudah hampir dua jam aku dan Chanyeol terhubung saluran telepon. Ia bahkan tak mengkhawatirkan tagihan teleponnya sama sekali. "Eoh" jawabnya singkat. "Kau benar" timpalnya. Ada nada ragu didalam suaranya. "Sepertinya kali ini kita tidak bisa merayakan bersama kembali" seruku parau. "Miannhae" serunya setelah membuat jarak diam yang cukup lama antara kami. "Maafkan aku , untuk hari ini juga aku minta maaf" timpalnya. "Aniya ..Nan gwenchana. Baik-baiklah disana. Aku selalu mendukungmu" Jawabku berusaha tegar. Meskipun hatiku --. "Geurae , aku akan baik-baik disini. Kau juga. Jika aku kembali nanti pastikan berat badanmu bertambah." Tukasnya. "Eoh , pasti. Jaljaa" tutupku. "Ah , yeolli--" panggilku seseaat sebelum hampir memutus hubungan telepon kami. "Eung wae?" Tanyanya.
"Haruskah aku menjadi Anti-Fanmu? Agar bisa menikah denganmu?"
---
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM . WRITE . FUTURE (CHANYEOL IMAGINE)
Fanfiction⚠The 1'st REALTIME EMAGINE of CHANYEOL & SEHUN⚠ Emagine ga jelas yang buat kamu tahu apa yang dilakukan Chanyeol saat berkencan dengan kekasih rahasianya. ⚠[Sebagian Chapter Diprivate, caranya follow akun ini dulu baru add Ulang Storynya ke Librar...