Pulang

22 0 0
                                    

Bayangkan hal apa yang membuatmu bahagia  ketika kamu akan pulang kampung?

Satu ketemu orang tua, dua bisa istirahat nyaman dirumah, tiga bisa makan maskan rumah sepuasnya, keliling kampung sesukamu, intinya semua hal menyenangkan prihal kangen rumah bisa kamu lakukan. Tapi bagiku hal yang membuatku bersemangat adalah bertemu Faky.

Aku bahkan sengaja tidak bilang apapun padanya.

Oeh kalian jangan heran apa yang terjadi antara aku dan cungkring beberapa waktu lalu.

Kami kembali seperti Tom And Jerry, berteman baik seperti yang diharapkan. Dan itu alasan yang cukup manis untuk bisa bicara dengannya,

Ini bukan lah liburan semester atau libur dadakan yang diadakan kampus, atau kegilaanku yang tidak terbendung hingga nekat pulang di jadwal padat perkuliahanku. Semuanya terjadi diluar keinginanku, bikin KTP.

"Sejak kapan kamu sepenurut ini kalau disuruh pulang?"

Iem menatapku curiga, matanya terus mengamati diriku yang sibuk menyusun barang barang yang akan kubawa pulang.

"Kan masalahnya sekarang KTP, kalau gak keurus terus gak selesai-selesai entar"

"Hellah dari beberapa bulan lalu aja kamu disuruh pulang, gak pulang-pulang. Eh sekarang malah kerajinan, semangat empat lima pula"

Intinya niat lainku ketahuan oleh temanku satu ini.

"Segitu kangennya kah kamu sama Faky?"

Banget!

"Yeeey dibilangin ngurus KTP juga, gak percaya amat."

"Nda percaya!"

Matanya kian menatapku curiga, aku hanya tersenyum buncis sambil menepuk bahunya.

"Temanku sayank, percaya aja yah, daripada kamu pusing sendiri"

Dia menarik nafas panjang, pertanda dia sudah menyerah,

###########

Perjalanan pulangku lewat darat menghabiskan waktu sekitar 8 sampai 10 jam. Bang Ady sudah kuberitahu tentang rencana pulangku. Dengan kebaikan hatinya dia bersedia menemaniku lewat telfon dan mengirim sms selama perjalanan,

"Aku udah sampe nih di perkampungan Abang."

Aku memang pernah di beritahu tentang kampung halamannya yang menjadi jalur yang kulewati ketika pulang.

Membayangkan bagaimana Bang Ady tumbuh di tempat ini, aku semakin tertarik padanya, aku ingin tahu apa saja yang dia lakukan sepanjang usianya dari kecil. Membayngkan hal itu saja membuat hatiku bahagia, mampu mengurangi lelah yang kurasakan dan meredam sejenak rasa rinduku pada Faky.

" Kapan kapan singgah yah ketempat abang"

"Iya kalau bisaa....  kapan kapan ya Bang, pas ada abang di kampung yang pastinya."

"Iyalah Nenk,"

Kadang aku berfikir  kenapa bukan aku yang menjadi pilihan hati Bang Ady, kenapa cinta datang di saat tidak tepat, dan selalu meleset.

Mungkin ini yang tuhan sebut dengan bukan jodoh.

Dulu aku selalu berfikir orang yang menyukai seseorang  saat dia mengatakan cinta pada orang yang lain adalah orang paling serakah yang pernah ada dimuka bumi. Ketika aku merasakannya sendiri, merindukan Faky sambil menghayalkan Bang Ady di masa depanku aku. Aku tidak mau di katai sebagai orang yang serakah, karena ini hatiku yang rasakan.

############

"Katanya ponakanmu kamu ada di rumah?"

"Rumah mana?"

"Ya rumahmu,"

"Ya aku emang di dalam rumah, koskosanku juga rumah"

"Rumahmu lah mpo,"

"Terus kalau aku ada di rumah emank kenapa?"

"Pake nanya lagi, keluar lah, aku mau liat kamu,"

"Kasiannya segitu rindunya kah? Aku gak da pulang, dibohongin ponakanku tuh"

"Ya ampun geernya nih anak, aku cuman mau liat kamu udah tambah tinggi atau tambah kecil?"

" ohhh cuman mau ngolok aku aja?"

"Ah tidak juga, tapi  serius  nah kamu pulang kan?"

"Penasaran ya?"

" sedikit "

"Beneran sedikit aja?"

"Yaaaa paham sendirilah, harus saya jelaskan kah?"

" Hahahahaa iya aku emank pulang, tapi lagi gak di rumah, aku ketempat kakakku paling  besok baru di rumah."

"Jadi saya harus nunggu nih?"

"Sepertinya?"

Rasain tuh kangen  sendirian. Padahal aku sendiri kangen malah terkesan gak sabaran.
########

Mendadak aku sibuk dengarin sebuah lagu yang katanya Faky itu buat aku.

Judulnya Cinta bersemi kembali

Ini nih lagunya.

Wahhhh siapa yang gak kegeeran jadinya?

Dia bikin aku kegirangan gak karuan, ksepertinya aku balik suka dia malah bertambah tambah. Ibarat air penuh udah tumpah ruah.

Kata pertama yang dia ucapin ketika ketemu aku adalah

"Kok kamu tambah kecil?"

Aku ngerasa gendutan dan dia malah comment aku mengecil? Di kira balon bisa kempes?

"Aku kira kamu anak tetangga tadi." Tambahnya.

"Sembarangan, kalau ngolok tuh jangan kebangetan, cewek gendut kayak aku malah di bilang kecil."

"Kan ini penilaian mataku?"

"Matamu katarak?"

"Apa sih salahnya muji cewek yang selalu punya porsi penting dihatiku. "

"Idih gak usah sok ngegombal mantan deh. Entar keingetan lagi"

"Haahahah udah nih,  udah keingetan banget. "

Sumpah nih anak,  niat bener ngegombalin aku?  Kalau kayak gini usahaku buat move on gagal total dunks.

"Minta tonjok kah? "

"Berani kh? "

"Berani lah,  apa yang perlu aku takutin. "

"Gak takut jantungmu meledak kalau dekat dekat aku? "

Astaga nih anak,  dasar nyebelin banget.

"Gak lah,  emank jantungku serapuh itu. "

"Berarti cuman aku yang rapuh? "

Aku gak bisa berkata kata lagi,  aku nyaris luluh saat itu juga.

"Aku kangen banget ya"

"Trus?"

"Balikan yuk? "

Ibarat kucing yang tidak makan berhari hari disuguhkan sepotong ikan, aku tidak kuasa menolaknya. 

Akhirnya kami memutuskan untuk balikan.  Walau aku tidak tahu bagaimana jadinya kami setelah ini.  Aku hanya ingin mengikuti kata hatiku.  Mungkin aku perlu menuntaskan hal hal yang masih membuatku tidak mampu move on sebelumnya.

Oleh oleh pulang,  aku mendapatkan kembali cungkringku yang berharga.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Apa sih mau Loe, Kalau Jodoh Baru Tahu rasa!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang