10.Whitemore Family

125 16 1
                                    

Maka seketika itu juga, aku merasa beruntung masih memiliki ibuku yang begitu mengerti dan menyayangiku.

---------------------

*Mila's POV*   

Aku sampai di rumah keluarga Whitemore.

Mereka sudah seperti keluargaku sendiri. Jadi saat melihat pagar yang terbuka, tanpa ragu aku pun langsung memasuki area rumah itu.

Ariana sepertinya sedikit ragu, namun pada akhirnya ia mengikutiku.

Sampai, aku pun mengetuk pintu kayu itu pelan dan mendapati seorang perempuan berambut coklat ikal yang memiliki paras cantik membukakan pintu rumahnya untukku.

"Mila", sambutnya hangat.

Aku tersenyum dan kami pun berpelukan. Lama tak berjumpa, aku akhirnya telibat beberapa percakapan singkat dengannya.

Perempuan ini, adalah Melissa Whitemore. Anak sulung keluarga Whitemore—kakak mendiang sahabatku, Connie.

Sebenarnya, dulu aku dan dia tidak terlalu dekat. Ia tidak seangkatan denganku, oleh karena itu aku lebih mengenal Connie adiknya, yang memang satu angkatan denganku.

Namun semenjak kematian Connie yang tragis, kami berdua mungkin adalah orang-orang yang paling berduka pada saat itu.

Dan aku pun berpikir untuk mengenalnya lebih dekat.

Walaupun sebenarnya selain dia selalu terobsesi untuk mendapatkan apapun yang dia inginkan dan bahwa dia adalah salah satu anak populer dengan banyak sekali kenalan juga mantan-mantannya yang merupakan cowok-cowok idaman di sekolahku, aku juga tidak tau terlalu banyak tentangnya.

Teringat dengan tujuan awalku kemari, aku pun mengambil keranjang berisi roti dan kue yang dibawa Ariana.

Tak lupa aku juga memperkenalkan Ariana pada Melissa.

Seorang perempuan berusia hampir 50 tahun bergabung dengan kami dan ia pun menerima pemberianku dengan senang hati.

Wanita itu adalah Mrs. Whitemore, ibu Melissa dan Connie.

Meskipun usianya sudah tak muda lagi, wanita itu masih memiliki penampilan yang bugar.

Dan postur tubuhnya, menurutku adalah body goals untuk wanita seusianya.

Mengetahui sang pembuat roti-roti dan kue-kue itu adalah kakakku, ia mulai mengait-ngaitkan tentang betapa miripnya kakakku dengan ibu.

Ia mengatakan bahwa ia merindukan ibuku—sahabatnya yang telah tiada.

Dan itu membuatku sedih bahwa aku pun merasakan hal yang sama—rasa rindu yang sama.

Jadi, tak ingin mengambil resiko terlihat sedih dihadapan banyak orang, aku memutuskan untuk segera menyudahi pembicaraan dan pamit.

Beberapa langkah keluar dari rumah keluarga Whitemore, aku dapat melihat dengan jelas sepasang suami istri berusia lanjut tersenyum—menatapku dari teras mereka.

Rumah sederhana mereka terletak tepat di depan kediaman keluarga Whitemore.

Masih tersenyum, sang istri menyapaku "Mila".

Aku pun berjalan melaui mereka dengan mengangguk mengisyaratkan "ya"—dengan senyum terpampang di wajahku.

Mereka adalah sepasang suami istri yang cukup tertutup, tak ada yang banyak mengetahui tentang mereka—selain pernyataan bahwa mereka hidup bahagia, walaupun hanya berdua tanpa keturunan.

Meskipun mereka cukup tertutup mengenai kehidupan pribadi mereka, namun mereka sendiri dikenal sebagai orang yang cukup ramah.

Masalah menutup diri mengenai kehidupan pribadi, kupikir itu karena mereka tidak menginginkan orang-orang menanyai mereka tentang hal 'tidak memiliki keturunan'.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang