13. Barbeque Party

111 16 1
                                    

*Ariana's POV*

Aku bahkan bangun keesokan paginya dengan perasaan seperti—

"Astaga, aku benar-benar melakukannya!"

Sunguh kejadian semalam benar-benar masih membekas di ingatanku.

Namun tiba-tiba saja bayangan tentang ciumanku semalam digantikan dengan catatan ilusi yang seharusnya tak ada.

Mengapa catatan itu membawaku bertemu dengan Lily dan keluarganya?

Apakah—apakah semua ini ada hubungannya dengan mereka?

"Ayo keluar Ariana. Kau mau bergabung tidak?", teriak sebuah suara dari balik pintu kamar, membuyarkan pertanyaan-pertanyaan itu dari kepalaku.

Itu suara Lily! Sepagi ini dia sudah tiba?

Aku melongokkan kepalaku ke arah jam dinding dan—astaga, benar saja.

Jarum jam menunjukkan bahwa ini sudah jam 9 lebih, dan aku bahkan masih berdiam diri di atas ranjang—baru saja bangun.

Cepat-cepat, aku bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

Melangkah keluar dari kamar, aku dapat melihat beberapa orang di halaman villa.

Ada Niall, Harry, Lily, Mila, Melissa, dan beberapa orang lain yang aku tidak kenal.

Mereka sedang bersenang-senang di luar sana—dan beberapa saat kemudian aku merasa malu karena sadar aku lah yang bangun paling akhir.

*Mila's POV*

Lily baru saja memintaku mengantarkan piring berisi paprika dan daging ke seorang temannya.

Ia mengangkat telunjuknya dan mengarahkannya pada seorang laki-laki tinggi dengan rambut keriting yang sedang membakar sosis.

Aku mengangguk dan berjalan ke arah laki-laki tadi.

"Ehm, permisi. Aku diminta Lily untuk mengantarkan ini padamu. Ia meminta tolong padamu untuk membakarnya",ucapku hati-hati saat mengantarkan piring tadi.

Entahlah apa yang terjadi padaku. Aku jadi nervous sekali bicara pada laki-laki ini.

Baiklah,mungkin itu karena aku di sekolah pun memang jarang berbicara dengan siswa laki-laki.

Laki-laki tadi menengok ke arahku sambil tersenyum. Lesung pipit yang manis menghiasi pipinya.

Deg.

Astaga, apa yang terjadi?

Detak jantungku jadi berdegup kencang tak karuan saat melihat lesung pipitnya yang begitu manis.

"Oh ya, kalau begitu letakkan saja disana", kata laki-laki itu seraya menunjuk ke arah meja di sebelahnya.

Ya ampun, suara huskynya itu seksi sekali. Sekarang detak jantungku bahkan lebih menggila dari sebelumnya.

"Baiklah", jawabku—kemudian hendak melangkah pergi.

"Eh, tunggu dulu. Kalau boleh tau, kamu ini siapanya Lily? Temannya kah?", tanyanya—menahanku.

Selagi aku membalikkan badanku untuk menjawabnya, degup jantungku kembali menggila.

"Bukan. Aku ini Mila, adiknya Lily"

Dan entah kenapa aku bisa melihat pipinya yang merah.

"Oh, adiknya Lily ternyata. Ngomong-ngomong, namaku Harry"

Oh, jadi ini teman Ariana yang bernama Harry itu.

"Aku tersenyum. Kalau begitu Harry, aku akan ke sa—"

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang