14.Dinner (part 1)

135 18 1
                                    

"Jadi, tadi kamu mau bilang apa?", tanyaku pada Niall.

"Em.. anu, aku.."

"Udah, bilang aja, jangan malu-malu", kataku—tertawa melihat ekspresi nervous Niall.

Aku bisa mendengar Niall menghembuskan nafas panjang sebelum ia mulai melanjutkan kalimatnya.

"Kamu besok malam ada acara?", tanyanya akhirnya.

Aku menggeleng cepat sebagai jawabannya.

"Memangnya ada apa?", tanyaku pada Niall penasaran karena ia tak kunjung menuntaskan maksudnya.

"Mau pergi makan malam berdua denganku tidak?", tanyanya sambil menundukkan kepalanya.

Aku dapat merasakan ia tengah menahan napasnya—menanti jawaban dariku.

Aku tersenyum menatapnya.

"Dengan senang hati" jawabku.

Dan setelah itu, Niall mengangkat kepalanya dengan sebuah binar harapan yang dapat kulihat dari kedua mata birunya.

---------------------------------

Aku menatap jam tanganku. 2 jam lagi Niall akan kembali ke villa dan kita akan langsung pergi makan malam.

Aku memutuskan untuk bersiap-siap dulu. Maka dengan itu, aku pun meraih handuk dan bergegas mandi.

Selepas mandi, kubongkar koperku. Seingatku aku membawa sebuah dress.

Dress yang kubawa untuk jaga-jaga bila aku butuh pergi ke acara formal selama liburan.

Aku tersenyum saat akhirnya menemukan dress itu di tumpukan paling bawah pakaian-pakaianku.

Bagaimanapun juga, walaupun ini hanya sebuah makan malam dengan Niall, namun aku tak ingin tapil memalukan di depannya.

Aku memakainya. Dan saat aku sudah benar-benar selesai dengan riasan dan tata rambutku, aku mendengar suara Niall memanggilku.

Aku keluar dan menemukan Niall telah berdiri di depan mobil. Dia terlihat tampan sekali dengan setelan pakaian formal.

Sebelah tangannya membuka pintu mobil, dan sebelahnya lagi mempersilahkanku untuk masuk.

"Silahkan masuk, tuan putri yang cantik",begitu ujar Niall—membuat senyuman di wajahku mengembang semakin lebar.

Aku mengangguk dan masuk. Setelah memastikan aku duduk rapi di kursi sebelah pengemudi, ia akhirnya juga masuk dan dengan itu mobil pun berjalan.

Niall menghidupkan radio dan sebuah lagu pun dimainkan. Aku mengetuk-ngetukkan jariku mengikuti irama lagu.

"when the sun dies.. and the stars fade from view..", nyanyiku pada bagian awal chorus dari lagu tersebut.

"our love will remain real and true..", sambung Niall tanpa kusangka.

Aku tersenyum menatapnya dan bait selanjutnya kami nyanyikan bersama.

"trough the distant..

and cold depths of space..

the radio sings our song..

it's a love real and true.."

Dalam hati aku bertanya, apakah perjalanan cintaku akan seperti judul lagu ini; Real and True.

"Kalau boleh jujur, suaramu itu indah sekali", ujar Niall tiba-tiba sambil menatapku.

"Kau konyol. Fokuslah pada jalan atau kita akan berakhir di rumah sakit", komentarku.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang