22. Two Pieces

65 11 8
                                    

Sebelumnya mo nyaranin mbacanya sambil ndengerin lagunya Demi Lovato yang Two Pieces biar lebih ++

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*Ariana's POV*

Aku memandang sekelilingku dengan mata sayu, masih tidak percaya tentang bagaimana hal yang begitu tak disangka-sangka benar-benar menjadi kenyataan; kematian Lily. Dan hari ini adalah hari pemakamannya.

Kursi-kursi yang ditata berderet hampir semuanya sudah penuh terisi dengan orang-orang yang berpakaian serba hitam. Salah satunya aku, yang tengah duduk diantara orang-orang asing itu dengan mata sembab sehabis menangis semalaman.

Ini adalah pertama kalinya aku datang ke upacara pemakaman orang yang umurnya sebaya denganku.

Biasanya aku hanya pergi ke pemakaman manula atau orang dengan penyakit serius, yang sepertinya semua orang sudah mempersiapkan diri untuk kematian mereka.

Namun kali ini aku datang ke pemakaman seorang gadis muda yang cantik dan disayangi semua orang. Gadis tangguh yang kematiannya mengagetkan banyak pihak.

Aku kemudian memperbaiki posisi dudukku saat melihat Harry berjalan naik ke atas podium.

Biasanya, pada sesi ini aku hanya akan menguap ngantuk mendengar pembicara di podium 'memuja-muja' sang mendiang dengan menceritakan semua kebaikan-kebaikannya dengan gaya yang menurutku sedikit dilebih-lebihkan.

Namun setidaknya sekarang aku tau bahwa mereka hanya kehilangan. Dan pada akhirnya aku mengetahui bagaimana rasanya berada di posisi mereka. Dan Harry, aku tak dapat membayangkan rasanya menjadi dia yang kehilangan orang yang begitu ia cintai.

Jadi saat ia akhirnya selesai dan turun dari podium dengan mata berkaca-kaca menahan tangis, aku maklum. Setelah turun dari podium, ia berlari tergesa-gesa entah kemana.

Awalnya aku merasa bingung, namun kemudian aku ingat salah satu kalimat Harry di atas podium tadi. Saat itu ia berkata; "I love her too much to let her go".

Dan dengan itu aku pun tersadar, Harry hanya butuh sedikit waktu untuk menenangkan dirinya.

*Harry's POV*

Aku turun dari podium dengan tergesa-gesa. Air mata kembali menuruni pipiku entah untuk yang keberapa kalinya sejak semalam.

Saat pertama kali aku mendengar kabar kematiannya, aku begitu sedih. Namun akhir-akhir ini aku justru merasa marah dan kecewa.

Aku kecewa padanya yang telah bunuh diri entah untuk masalah besar apa yang sedang dihadapinya.

Aku marah padanya yang tidak menyadari betapa sebesar apapun masalahnya, ia masih memiliki orang-orang yang begitu menyayanginya. Ia masih memiliki aku.

Bagaimana mungkin ia tega meninggalkan kami? Orang-orang yang begitu peduli padanya? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkanku? Orang yang rela melakukan apapun untuknya?

I blame on her for took her own life.

Semuanya begitu sulit untuk dipercaya. Caranya mengakhiri hidup yang takkan ada seorang pun yang akan menyangka ia melakukan hal tersebut. Aku bahkan masih sulit mempercayai bahwa ciuman kami malam itu benar-benar menjadi yang terakhir.

Aku ingin lari. Aku ingin lari dari kenyataan pahit ini. Aku ingin pergi. Aku ingin menghilang saja.

Tapi aku tak bisa.

Jadi aku memutuskan untuk mencari tempat dimana aku bisa sendiri. Dimana aku bisa menenangkan diri.

Aku berlari masuk ke rumah Lily,itu adalah yang terdekat dari tempatku berada. Lagipula semua orang di rumah ini pasti sedang berada di tempat upacara pemakaman, dan itu berarti rumah ini kosong.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang