11.Mysterious Note

94 18 2
                                    




Aku mengangguk senang.

"Boleh", jawabku

-----------------------

Suasana yang kemudian sempat hening sesaat terpecah saat suara dering telfon menggema memenuhi ruangan dan sedetik kemudian aku melihat Lily yang sibuk merogoh-rogoh kantong celananya.

Ia mengangkat telfon itu dan terdengarlah suara orang berbicara di sebrang sana dengan kata-kata yang tak dapat kudengar jelas.

Ia berkata 'baiklah' sebelum mematikan telfon.

"Harry dan Niall sudah pulang. Mereka kedengarannya sangat khawatir—jadi, mari kuantar kau pulang", kata Lily seraya beranjak dari kursi.

Aku mengikutinya.

Namun entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang janggal.

------------------------------------------------------------------------------------

*Lily's POV*

Kami melewati rumah pak tua aneh yang aku pun tak tau namanya dalam perjalanan pulang ke villa Ariana—dan aku bisa melihat wajah Ariana yang pucat bahkan di kegelapan malam.

"Apakah kau baik-baik saja?", tanyaku memastikan.

Ia menjawab bahwa ia baik-baik saja. Tapi matanya memandang takut ke arah rumah itu.

"Ah, apa kah kau takut pada ini?", tanyaku padanya—menggerakkan jari telunjukku ke arah rumah tersebut.

Ia menunduk dan mengangguk. Pipinya memerah menahan malu.

Aku tertawa pelan.

"Tidak apa-apa. Awalnya aku juga takut. Pak tua itu memang aneh. Suka sekali memperhatikan orang-orang dengan tatapan menyeramkan.

Tapi lama-kelamaan kubiarkan saja orang penyendiri aneh itu. Ia jarang sekali bersosialisasi dengan penduduk sekitar, jadi wajar saja banyak orang yang menganggapnya aneh. Haha, bahkan aku yang tinggal disini saja tidak tau siapa namanya

Kau tau, bahkan dulu rumor di sekolahku mengatakan ia sebenarnya adala seorang psikopat", aku menjelaskan semuanya sambil tertawa.

-----------------------------------------------------

*Ariana's POV*

Dalam perjalanan pulang, aku teringat bahwa aku harus melewati rumah tua dengan pak tua aneh yang tinggal di dalamnya itu.

Membayangkan pak tua aneh yang memandangiku dengan tatapan seramnya dari balik jendela di lantai dua rumah itu membuatku merinding seketika.

Dan sialnya, Lily sepertinya menyadari hal tersebut.

"Apakah kau baik-baik saja?", tanyanya.

Tentu saja aku tidak akan menjawab bahwa aku takut dengan kehadiran pak tua aneh itu.

Jadi aku hanya menjawab bahwa aku baik-baik saja.

Namun sayang, Lily sepertinya terlalu peka.

Lihat saja, sekarang ia tengah menertawakanku.

Namun ia kemudian bercerita bahwa ia juga awalnya takut dengan pak tua aneh itu.

Hal itu membuatku lega bahwa aku tak satu-satunya. Maksudku, bahkan Lily yang pemberani pun sempat takut.

Namun lagi, ia menceritakan semuanya dengan tertawa. Ah, kurasa memang tidak ada hal yang benar-benar membuat gadis ini takut.

"Darimana saja kamu?", tanya Niall—menarikku masuk ke dalam pelukannya.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang