8.Alone

141 15 0
                                    

Juga tentang kalimat terakhir perempuan itu. Dia mengatakan 'kalian' bukan 'kamu'.

Tadinya aku bingung. Namun mengetahui apa yang terjadi pada dirimu menjawab pertanyaanku",Niall mengakhiri ceritanya.

"Maksudmu, perempuan itu hanya meneror kita dan tidak pada yang lainnya dan akhirnya semua itu menjelaskan kenapa sejak awal aku merasa ada yang aneh dengan tempat ini?"

"Tepat sekali."

Aku menghembuskan nafas panjang.

"Tapi kalaudipikir-pikir lagi, semua teror itu memiliki pesan yang sama. Perempuan itu sedang berusaha meminta bantuan pada kita"

"Tapi kenapa harus kita?"

"Entahlah. Tapi satu yang kutau, ada seseorang yang membutuhkan bantuan kita. Dan kenapakita tak mencoba menolongnya?"

"Karena aku tak ingin membahayakan diriku untuk seseorang yang bahkan tak kuketahui namanya"

"Tapi bagaimanapun juga dia butuh bantuan dan kita harus menolongnya, Ariana"

"Stop, Niall!",ucapku dengan nada tinggi

Seketika aku merasa bersalah. Bagaimanapun juga yang dia ingin lakukan adalah menolong siapapun yang kini sedang berusaha menghubungi kami dan meminta bantuan.

Tapi apa yang kulakukan malah berteriak di depan wajahnya.

"Maaf",kataku kemudian.

Ia tersenyum hangat. Astaga, kalau saja aku tidak terlalu gengsi dan situasinya tidak setegang ini,aku pasti sudah mengatakan padanya bahwa senyumnya begitu sempurna.

"Tidak apa-apa. Aku juga minta maaf. Aku tau semua ini berat buatmu, dan yang kulakukan hanyalah semakin memaksa dan menekanmu. Maaf", katanya dengan pandangan yang begitu teduh.

"A..aku hanya terlalu takut, Ni.. Aku hanya tidak cukup siap dan berani untuk menghadapi bahaya macam apa yang akan kita temui nantinya"

Niall tersenyum dan merengkuhku masuk ke dalam pelukan hangatnya.

"Hey, tidak apa-apa. Setidaknya kau harus tau bahwa kau mengahadapi ini semua tidak sendirian. Kau punya aku. Aku tau kau punya keberanian. Kau hanya tidak cukup percaya pada dirimu sendiri untuk menunjukkannya", bisiknya lembut di sebelah telingaku.

Aku hanya mengangguk.

Tapi sebenarnya,aku bahkan belum tau bagaimana cara mempercayai diriku sendiri.

Aku khawatir proses itu akan memakan waktu lama.

Aku takut, saat aku sudah berhasil mempercayai diriku dan menemukan keberanianku, semuanya sudah terlalu terlambat.

People said don't be afraid and just believe.

But I am. I am afraid.

-----------------------------------

*Harry's POV*

"Aku bosan, Ni..", keluhku pada Niall pagi ini.

"Lalu kau mau apa?", tanyanya—masih sibuk dengan telepon genggamnya.

"Em, sepertinya sudah lama aku tidak membuat pesta Barbeque", aku terseyum manja,memberi kode pada Niall.

"Kau ingin membuat satu pada akhir pekan ini Har?", tanya Niall—mengerti kearah mana pembicaraan ini.

"Tentu saja. Itu akan jadi hebat. Maksudku, setidaknya kita tidak akan mati kebosanan disini."

Niall meletakkan telepon genggamnya kemudian terlihat menimbang-nimbang permintaanku.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang