15.(Second) Broken Heart Scene

112 14 2
                                    

*Ariana's POV*

Aku menyusul Niall yang kini telah berjalan mendahuluiku. Sekilas aku melihat sosok orang yang begitu kukenal dari sudut mataku.

Aku berhenti sebentar untuk memastikan apa yang kulihat. Dan aku begitu terkejut hingga tak mempercayai penglihatanku.

Sosok yang begitu populer di mataku. Dan mereka yang kumaksud adalah—Harry dan Lily.

Dua orang yang kukenal itu duduk berhadap-hadapan pada sebuah meja dengan kedua tangan mereka berpegangan satu sama lain.

Aku memperhatikan Harry yang kini terlihat begitu bersemangat. Dan dari gerakan mulutnya aku dapat menangkap sebuah kalimat.

Kalimat itu terdengar seperti "Lil, aku masih mencintaimu". Dan itu membuat hatiku serasa hancur berkeping-keping.

Air mataku menggenang di mataku—menunggu untuk meluncur deras di kedua pipiku.

Aku tak ingin menangis di sini. Jadi aku berlari sekuat yang aku bisa.

Aku hanya ingin keluar dari tempat ini sesegera mungkin. Aku tidak lagi peduli walaupun kini mungkin orang-orang menatapku aneh.

Aku tidak peduli.

Di depan, saat aku sudah ingin menangis meraung-raung tak peduli apa yang dilihat dan dikatakan orang lain tentangku—

Seseorang merengkuhku masuk dalam pelukan hangatnya. Ia berkali-kali membisikkan kata maaf di telingaku.

Aku tidak tau mengapa dia meminta maaf. Tapi aku tau—bahkan sebelum melihat wajahnya, orang ini adalah Niall.

*Niall's POV*

Aku melihatnya. Ariana yang menatap pilu pada sepasang perempuan dan laki-laki yang kini terlihat begitu romantis.

Dan pasangan itu adalah Lily, dengan sang laki-laki adalah Harry—yang kuketahui, sangat dicintai oleh Ariana.

Aku sekarang merasa begitu bodoh dan aku menyesalinya. Kalau saja aku tidak mengajaknya dinner di sini, Ariana tidak perlu melihat ini semua.

Ini semua karena aku. Ariana harus menahan sakit seperti ini karena aku.

Seharusnya aku tak perlu memaksa keadaan. Ariana mencintai Harry, dan aku seharusnya tau kalau Ariana tak akan pernah menjadi milikku.

Aku memang sedang patah hati saat Ariana menolakku, namun aku tak seharusnya meninggalkan Ariana.

Apa yang kulakukan adalah tindakan pengecut.

Aku tau bagaimana rasa sakit yang dirasakan seseorang saat orang yang dicintainya mencintai orang lain.

Dan kalau ada orang yang perlu merasakannya—biarlah aku saja, jangan Ariana.

Maka saat air mata di pelupuk mata indahnya itu jatuh, aku mendekapnya ke dalam pelukanku.

Dan aku membisikkan banyak kata maaf atas kesalahan yang kuperbuat.

*Ariana's POV*

Aku menangis dalam sunyi.

Kini aku sudah berada di mobil bersama Niall, sementara atmosfer canggung meliputi kami.

"Tenang, Ariana. Sekarang kamu akan baik-baik saja", ujar Niall menenangkanku.

Tidak, dia tidak mengerti. Mudah sekali untuk bicara seperti itu.

"Tidak Niall. Semuanya tidak baik-baik saja. Kau tidak berada di posisiku, kau takkan mengerti", jawabku pelan.

"Apa maksudmu? Asal kau tau, kau bukan satu-satunya yang terluka malam ini", ujarnya terdengar sedih.

The Black ShadowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang