Journey 11

1K 100 26
                                    

***



MEGAN POV


Semua yang kulakukan sia-sia.

Aku berharap terlalu banyak untuk sesuatu yang tidak pasti.

Aku kecewa, aku sedih dan juga patah hati.

Namun dalam perjalananku selama seminggu di Bali, aku mendapatkan pelajaran yang teramat berharga dan juga pengalaman yang tak terlupakan.

Aku belajar untuk jauh lebih dewasa dari om Joe. Tidak semua hal bisa terwujud sesuai apa yang kita harapkan dan satu-satunya yang dapat kita lakukan adalah bersyukur.

Aku mendapatkan pengalaman tak terlupakan dari seorang Alexius Gonawi, seorang photographer pemilik studio foto yang cukup ternama di Bali. Meskipun sejak awal dia sudah membohongiku, biar begitu pun dia yang membawaku berkeliling di Bali, mendaki tebing dan juga hal-hal lainnya yang tak dapat aku jabarkan satu persatu.

Bicara soal kebohongan, kesalahanku membohongi kedua orang tuaku sampai melibatkan kedua adikku ternyata jauh lebih besar daripada kebohongan Alex padaku. Aku saja bisa marah besar pada Alex , bagaimana dengan orang tuaku?

Sekarang disinilah aku berada sekarang. Aku disidang diruang keluarga dengan seluruh anggota keluarga berkumpul, tak lupa om Faris juga turut hadir di sidangku ini sebagai saksi yang menyeretku pulang dari Bali.

Papa dan mama duduk diseberangku dengan wajah dingin, sementara adik-adikku dan om Faris duduk disisi kanan dan kiri sofa ruang tamu rumah kami. Hanya aku saja yang duduk sendirian ditengah-tengah seperti seorang terdakwa.

"Papa kecewa padamu ,Megan." Tukas papa sambil menatapku tajam.

Aku hanya bisa meringis mendapat tatapan seperti itu. Aku tahu papa pasti sudah marah besar.

"Mama juga tak kalah kecewanya dengan papa." Mama buka suara.

Aku makin tertunduk karena menyesal.

"Megan minta maaf ,pa ma." Hanya itu yang dapat aku ucapkan, aku tidak tahu apa lagi yang harus kukatakan.

"Semudah itukah kau meminta maaf setelah semua kekacauan yang kau buat?" Papa berkata dengan nada datar , namun tersirat nada geram disetiap ucapannya.

"Kesalahan pertama adalah kau menipu kami semua sampai melibatkan kedua adikmu. Kedua, kau pergi kekota asing tanpa pamit dan mengganggu om Joe. Lalu yang terakhir,..." Papa melirik Janice. "...Karena perbuatanmu Janice sampai menerima tamparan dari mama."

Aku langsung menoleh kearah adik kembarku yang kini sedang berusaha tersenyum seolah berkata,'Aku tidak apa-apa, jie'. Karena aku , Janice sampai harus menerima tamparan yang seharusnya aku terima.

"Megan minta maaf, pa, ma, om Faris, Janice, Reagan. Megan minta maaf." Ucapku penuh penyesalan.

Papa menghela nafas berat. "Tidak semudah itu meminta maaf, Megan."

"Papa sudah mengajarimu sejak dulu untuk selalu memperhitungkan setiap hal sebelum kau melakukan sesuatu. Ibaratnya jika kau membawa mobil dengan kecepatan tinggi lalu kau menabrak orang sampai tewas, apakah orang tersebut bisa hidup kembali hanya dengan sepatah kata maaf saja?"

"..."

"Kau mungkin bisa mengatakan kalau kau tidak sengaja menewaskan orang itu, namun apa yang kau lakukan tetaplah sebuah kesalahan. Jika kau bisa berpikir lebih objektif dan tidak membawa mobil dengan ugal-ugalan, maka kecelakaan tidak akan terjadi. Sama seperti kejadian sekarang. Jika kau tidak menipu kami, maka adik-adikmu tidak akan kena getahnya. Kau mengerti?"

DTS 5 - Journey Of My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang