Seulgi tinggal sendirian di sebuah apartemen sederhana karena letak rumahnya cukup jauh dari kampus. Kehidupannya sangat teratur, tampak dari penampilan apartemennya yang selalu terlihat rapi. Dia terbiasa bangun pagi walau tidak ada kuliah pagi, untuk menyiapkan sarapan dan bersih-bersih. Selain itu, dia sudah bisa menghasilkan uang sendiri dengan melakukan pekerjaan sampingan sebagai penerjemah jurnal kesehatan. Sebuah pekerjaan yang tidak menyita waktu kuliah, sangat cocok baginya.
Hari ini, seperti biasa dia bangun tepat jam 5 untuk merapikan apartemennya yang sebenarnya sudah rapi. Televisi sudah menyala, menampilkan berita nasional. Dapurnya juga sudah mulai aktif. Dia merebus telur, menyiapkan roti gandum dan mentega sebagai menu sarapannya. Sambil menunggu telur rebusnya matang, dia berniat mandi. Tepat saat itu, sebuah notifikasi LINE masuk ponselnya. Dari Sehun.
Aku tahu kau sudah bangun.
Jangan lewatkan sarapanmu.
Walau sebuah kalimat sederhana dan biasa terjadi di antara pasangan kekasih, Seulgi tersenyum dibuatnya. Ini kali pertama dia menjalin hubungan lebih dari teman, bisa dikatakan dia masih terlalu kaku.
Kau juga. Selamat hari senin. Hahaha.
Mungkin Sehun juga tersenyum saat membaca pesan itu. Seulgi tidak tahu. Dia kemudian meletakkan kembali ponselnya dan melanjutkan niat awal untuk mandi.
***
Seulgi mengunci pintu apartemennya dan berjalan ke arah lift, turun dari gedung apartemen. Kelas pertama hari ini akan dimulai 30 menit lagi dan perjalan dengan bus memakan waktu hanya 10-15 menit. Ya, tidak hanya rapi dan teratur, Seulgi juga sangat tepat waktu. Dia terbiasa berangkat setengah jam lebih awal dan memilih duduk di barisan paling depan.
"Sehun-ah...." dia kaget karena melihat sosok Sehun berdiri di depan gedung apartemennya.
"Selamat pagi," sapa Sehun disertai sebuah senyuman.
"Kau... sedang apa disini?" tanya Seulgi kebingungan. Sejauh yang dia tahu, tempat tinggal Sehun cukup jauh dari wilayah ini.
"Menjemput pacarku," jawab Sehun sambil mengedikkan bahu.
"Tapi kampusmu kan jauh dari sini. Tidak ada kelas pagi?" tanya Seulgi khwatir.
"Tenang saja," Sehun meraih tangan Seulgi dan menggenggamnya. "Aku hanya ingin memastikan pacarku tiba di kampus dengan selamat."
"Astaga, kau berlebihan sekali," Seulgi tidak bisa menahan senyumnya. Perempuan mana yang tidak senang mendapat perhatian seperti ini dari seorang lelaki, terlebih yang sudah berstatus kekasih?
"Silakan masuk, tuan putri," Sehun membukakan pintu mobil untuk Seulgi dan mempersilakannya duduk di sebelah kursi pemudi.
"Ayolah, ini sangat berlebihan. Jangan lakukan ini lagi, aku merasa tidak pantas."
"Kau adalah gadisku, jadi tidak ada yang pantas ku perlakukan seperti ini selain dirimu," ucap Sehun sebelum menutup pintu mobil.
Dan kalimat itu sukses membuat Seulgi terus tersenyum selama perjalanan ke kampusnya.
***
"Simpan dulu ponselmu," Joohyun berbisik pada Seulgi karena selama 30 menit rapat dia terus memergoki Seulgi tersenyum sambil terus mengecek ponselnya. Siapa lagi kalau bukan karena Sehun.
"Iya, maaf," balas Seulgi dengan suara bisikan. Merasa tidak sopan juga jika terus mengabaikan orang yang berbicara, Seulgi mengantongi ponselnya.
Malam itu mereka berkumpul di 'basecamp' The Circle, tepatnya di lantai 2 gedung Student Center. Agendanya adalah perencanaan event bulan depan, sekaligus event pertama yang Seulgi ikuti. Mereka berencana mengadakan acara lelang untuk amal. Dana yang terkumpul nantinya akan mereka gunakan untuk melakukan operasi katarak mata gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Fanfiction"Love sucks. Sometimes it feels good. Sometimes it's just another way to bleed."