Favorite Mistake

1.6K 140 21
                                    

"I'll never regret. Cause loving you is my favorite mistake."

***

Sehun menjadi pria yang paling bahagia malam ini. Dengan melingkarnya cincin di jari manis Seulgi, kepemilikannya terhadap gadis itu semakin paten. Selama perjalanan pulang dia tidak bisa berhenti tersenyum. Sesekali ekor matanya mencuri pandang ke arah Seulgi.

"Otot wajahmu bisa spasme karena tersenyum terus," kata Seulgi yang sadar sedari tadi dipandang terus.

"Bagaimana kalau kita mulai memesan baju pengantin? Atau kita mulai dengan lokasinya dulu? Kau ingin outdoor atau indoor?" rasa bahagianya seolah akan meluap hingga tak bisa berhenti membayangkan soal pernikahan.

"Sehun-ah, aku sudah menjelaskan pada orang tuamu kan, tadi? Akan lebih baik saat kita berdua sama-sama siap."

"Aku sudah siap, Seulgi-ah."

"Aku tidak," potong Seulgi. "Kau juga masih butuh waktu untuk benar-benar mantap."

Sehun menghela nafas, kemudian menghentikan mobilnya. Memang, pembicaraan mereka tentang pernikahan tadi tidak serta merta berhenti di titik saat Seulgi mengatakan iya. Ada beberapa hal yang Seulgi ajukan sebagai syarat sebelum mereka benar-benar merencanakan pernikahan. Salah satunya adalah tentang dirinya yang baru merasa siap jika sudah menyelesaikan kuliah.

"Aku harap cincin itu tidak melingkar di sana dengan sia-sia. Dan asal kau tahu saja, saat aku memakaikannya di jari manismu, aku sudah benar-benar mantap dengan pilihanku. Aku menginginkanmu, Kang Seulgi. Aku menginginkanmu untuk seluruh waktu yang tersisa dalam hidupku."

Seulgi tidak mampu menatap Sehun. Wajahnya ia palingkan ke luar jendela, mencari suatu objek, apa pun itu asal bukan tatapan Sehun. Itu membuat helaan nafas Sehun makin terdengar berat. Dia merasa bersalah.

"Maaf, aku tidak bermaksud memaksamu," ucap Sehun sembari meraih tangan Seulgi, menggenggamnya. "Dengan kau mengatakan iya saja, aku sudah sangat bahagia. Tak apa jika harus menunggu setahun dua tahun lagi hingga kau siap."

"Oh, ayolah, jangan minta maaf. Aku merasa jadi orang jahat," wajah Seulgi terlihat gusar. "Maksudku, ini bukan salahmu. Aku mau menikah denganmu, Sehun-ah. Sungguh, aku pun ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu. Tapi ingat, hubungan kita bahkan belum genap setahun. Aku hanya ingin menata diriku sendiri agar menjadi wanita yang sepadan untukmu nanti."

"Kau tidak akan pernah sepadan untukku," Sehun mengecup punggung tangan Seulgi. "Bagiku kau terlalu berkilau sampai aku tidak bisa melihatmu dengan jelas."

"Sehun-ah...."

"Aku mengerti, sayang. Jangan marah, aku tidak bisa tidur dengan tenang jika wajahmu seperti itu," Sehun mengusap pipi Seulgi. "Kita akan menyiapkan segalanya saat kau benar-benar siap. Aku tidak akan memaksamu."

"Terima kasih, sudah mau mengerti."

"A peck on my cheek, perhaps?"

Seulgi tersenyum sekilas, kemudian mengecup pipi Sehun satu kali. "Maafkan aku."

"Katakan kau mencintaiku saja."

"Aku mencintaimu, Oh Sehun."

***

'Ya, aku mencintaimu, Sehun. Tapi apa kau bisa menerima jika cintaku terbagi untuk orang lain?'

Seulgi menatap langit-langit kamarnya, merenung. Pikirannya tidak akan sekalut ini jika saja Sehun tidak melamarnya. Jika saja Jongin tidak menyukainya. Jika saja Sehun benar-benar memutuskannya beberapa waktu lalu. Jika saja mereka tidak pernah bertemu.

"Jika...."

Terlalu banyak jika yang tidak mungkin terjadi. Semua sudah dan sedang terjadi, harus dia hadapi bagaimana pun caranya. Seulgi tahu betul Sehun sangat bahagia membawa status mereka ke jenjang pertunangan. Sekali pun dia membuatnya menunggu, tak ada sedikit pun kekecewaan yang ia tampakkan. Setidaknya di hadapan Seulgi.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang