A Weird Dream

2K 197 5
                                    

Pelukan itu membuat Seulgi merasa hangat. Semua beban pikirannya lenyap, ia betah bermalas-malasan seperti ini. Aroma maskulin yang memenuhi indera penghidunya semakin menariknya untuk tetap dalam posisi ini. Dia ingin mendongak dan menatap wajah pria yang tengah mendekapnya. Dia yakin saat ini wajah tampannya tengah tersenyum.

Tapi saat Seulgi benar-benar mendongak, dia dapati wajah tampan itu bukan Sehun. Melainkan....

"Jongin?"

"Apa tidurmu nyenyak?" itu benar-benar Jongin, tersenyum padanya, membisikkan kata cinta dan mengecup keningnya. "Aku mencintaimu."

***

Seulgi terbangun dalam keadaan berkeringat dingin dan nafas cepat seperti habis berlari kencang. Tangannya mencengkeram sprei begitu kuat, itu dilakukan tanpa sadar.

"Ap-apa itu? Kenapa?"

Dengan tangan gemetar dia menjangkau ponselnya. Dari tampilan lock screen dia melihat ini masih jam 4 pagi. Terlalu pagi untuk bersiap kuliah. Dan dia terbangun karena mimpi aneh—dan bodoh. Bagaimana bisa dia memimpikan Jongin? Memeluknya? Menciumnya? Astaga, dia pasti seperti wanita murahan, memimpikan pria lain saat dirinya telah memiliki kekasih.

Dia melakukan panggilan untuk Sehun melalui LINE call. Ya, untuk situasi seperti ini akan lebih baik jika dia mengobrol dengan Sehun. Dia harus memikirkan Sehun. Hanya Sehun yang boleh singgah di pikirannya. Hanya Sehun.

"Kenapa, sayang? Ini masih jam 4 pagi—" suara Sehun.

"Ti-tidak apa-apa. Hanya kebetulan terbangun dan ingin mendengar suaramu."

"Merindukanku?" terdengar suara kekehan Sehun. "Sebentar lagi kita akan bertemu. Atau kau ingin aku ke sana sekarang?"

"Tidak!" jawab Seulgi cepat. "Aku bilang hanya ingin mendengar suaramu kan?"

Suara kekehan Sehun terdengar lagi. "Aku lebih merindukanmu. Aku tahu kau tidak bisa mengatakannya jadi aku mengatakannya duluan."

Seulgi menggigit bibirnya. Pasti Sehun akan merasa kecewa jika tahu dia memimpikan pria lain. "Eum... iya."

"Dan aku juga mencintaimu," kata Sehun.

Lihat, dia punya seseorang yang sangat mencintainya. Dan bukankah Seulgi mencintai Sehun juga? Ah... dia memang belum berani mengatakan bahwa dia mencintai Sehun tapi dia merasa bahagia bersamanya dan itu cukup membuktikan perasaan mereka sejalan. Mungkin mimpi tadi hanya efek samping dari trauma pasca kejadian di tempat karaoke. Mungkin hanya sekedar mimpi, atau malah sebenarnya mimpi buruk. Mungkin itu adalah mimpi buruk yang terkemas dalam mimpi indah.

***

Pagi-pagi sekali Sehun sudah berdiri di depan apartemen Seulgi untuk mengantarnya ke kampus. Dia jadi semakin protektif pada Seulgi sekarang, terlebih telpon mendadak dini hari tadi.

"Apa aku merepotkanmu?" tanya Seulgi saat mereka telah berhadapan.

"Aku mengharapkan sapaan, bukan sebuah pertanyaan," tanpa menjawab pertanyaan Seulgi, Sehun memberinya pelukan dan mencium puncak kepalanya. "Merasa baikan?"

Seulgi mengangguk dan tersenyum lemah. "Tidurku nyenyak semalam."

Sehun tersenyum lega. Dibukakannya pintu mobil untuk Seulgi seperti biasa.

"Aku harap kau benar-benar keluar dari organisasi itu," ujar Sehun dengan nada serius.

"Iya... aku akan bicara dengan Joohyun-eonnie."

"Bagus. Ikutlah organisasi lain—tim bantuan medis misalnya," saran Sehun. Wajahnya lebih terlihat bersemangat.

"Bagaimana kalau nanti malam kita ke bioskop? Ada film yang sangat ingin aku tonton," Seulgi mengalihkan pembicaraan.

BittersweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang