"Akhirnyaaaaa hari ini datang juga.......," seruku riang.
"I like Monday... I like Monday."
Tidak seperti hari Senin biasanya yang kuawali dengan malas-malasan, Senin ini terasa berbeda. Hari gajian gitu, ya harus semangat dong! Hehehehe.
Aku melangkah dengan hati gembira di sepanjang koridor rumah sakit. Hari ini aktivitas di rumah sakit berjalan sibuk seperti biasa. Ya gitu, berseliweran para dokter, perawat, pasien. Seperti biasanya pemandangan di rumah sakit lah. Sesekali kepengen sih, di rumah sakit ini ada kejadian luar biasa seperti yang terjadi beberapa tahun lalu saat dokter Agil, salah satu dokter anestesi di sini, melamar kekasihnya di depan umum. Nah, kali ini bolehlah aku berharap aku gitu yang tiba-tiba ketiban bulan dilamar macam begitu. Kya....
Aku tidak menyangka seseorang seperti dokter Agil yang cenderung cuek dan dingin, mau menyanyi di depan puluhan orang hanya untuk meluluhkan hati wanita pujaannya. Kejadian itu yang bikin puluhan Agilovers di RS AlMedika patah hati dan iri setengah mati. Termasuk aku, tentunya.
Sejak dokter kece itu melepas masa lajangnya, aku berhenti dari keanggotaan Agilovers. Buat apa ngecengin yang udah taken. Jadi, target pandanganku pun berubah arah. Sayangnya, gak ada yang kece di sini. Ada sih, tapi ya itu tadi taken. Big No!! Atau kalau pun nemu yang single, kadar kekeceannya di bawah rata-rata. No juga, perbaikan keturunan itu perlu.
Dengan statusku yang single di umur yang sudah cukup ini menjadi masalah besar bagi orang-orang di sekitarku. Ibu adalah orang yang paling ribut sekali ingin menjodohkanku. Seakan-akan berusia hampir 30 tahun dan belum menikah itu adalah sebuah penyakit yang harus segera disembuhkan. Duh....
Ibu bilang ini demi kebaikanku. Karena ibaratnya buah, aku ini sudah cukup masanya untuk dipetik. Malah cenderung kematengan. Nah biasanya buah yang kematengan itu incarannya Codot. Ibu ga mau aku bernasib sama. Makanya aku harus segera dapat suami dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Sebagai anak tunggal, aku harus pasrah menghadapi ulah ibu. Ya kalau bukan aku siapa lagi memangnya. Orang tuaku tinggal di Madiun, satu kota kecil di Jawa Timur. Sementara aku memilih tinggal dan bekerja di ibukota. Jadi, secara silsilah iya, aku orang Jawa. Tapi, jangan bayangkan aku selayaknya wanita Jawa yang anggun dan lemah lembut. Dua hal itu tidak termasuk dalam kepribadianku.
"Pagi, Kak Ika!" sapa Dewi, juniorku di sini.
"Pagi," jawabku. Sedikit curiga dengan sapaannya yang kelewat riang. "Ada berita apa? Seneng banget kayaknya."
Dewi tersenyum malu sebelum akhirnya menjawab pertanyaanku. "He proposed me last night, and I said yes. Kak Ikaaaaaaaaaa...... I'm getting married!!!" jawabnya heboh sambil memelukku erat.
Hell, No... I hate Monday.
***
Berita bahagia dari Dewi tadi pagi sukses membuatku susah fokus seharian ini. Aku iri. Sumpah. Aku pengen nikah juga!!! Tapi, kapan? Kapan aku ketemu jodohku? Kapan aku ketemu dengan pria yang dari tulang rusuknya aku diciptakan?
Bruuukk...
"Sial!! Segini gedenya gue masih ditabrak?" jeritku dengan pose gak banget. Terjungkal di lantai rumah sakit yang dingin dengan suntikan bertebaran.
"Maaf!" ucap seseorang singkat.
Aku mendongak saat melihat tangannya terulur untuk membantuku. Ya ampuuunn... cute amat ini bocah!! Sayup-sayup aku seperti mendengar lagu Bronies-nya T2 mengalun di kepalaku. 'Cintai aku brownies, bagiku kamu brondong manis'.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED [COMPLETED]
General Fiction"Do you ever think about future?" "Of course I do." "Am I in it?" "Cherry, you are it." *Spin-Off dari Beautiful Mining Expert dan Anesthetized In Your Charm, by @verbacrania. *10 in General Fiction (21 Oktober 2016).