6. MUNGKIN INI YANG DISEBUT KARMA

13.1K 1.4K 153
                                    

"Lo abis marathon drama lagi ya, Kak?" Pertanyaan pertama Dewi begitu bertemu denganku.

"Hah? Enggak tuh! Kenapa emang?"

"Tuh, mata panda lo. Keliatan banget kurang tidur. Dan biasanya kalo udah kayak gitu, alasannya pasti nggak jauh-jauh dari drama Korea."

Aku meringis mendengar komentarnya. Semaleman aku emang nggak bisa tidur. Bukan gara-gara marathon drama sih, tapi gara-gara kepikiran kelakuannya si brondong!

Ya gini kalo kelamaan ngejomblo. Baru dicium pipi aja udah langsung nge-hang otaknya. Sampe nggak tidur semaleman cuman gara-gara mikirin dia. Hiyaaahhh...

Dan bahkan sampai sekarang pun, kejadian 'nepok pipi pake bibir' yang memakan korban –ya, di sini aku yang jadi korban– masih menari-nari di benakku dan nggak mau pergi. Menyedihkan sekali, kan? Memang benar kata salah satu iklan tempo dulu, jangan jomblo kelamaan, efeknya kemana-mana. Hiks.

"Kak! Jiah ... malah ngelamun sendiri. Mikirin apa sih?"

Drrttt

Getar dari ponsel yang aku kantongi, mengalihkan perhatian dari pertanyaan Dewi.

Oh, ternyata pesan dari whatsapp group AlMedika.

ER Almedika : Picture received.

Heh?? Apa-apaan nih??

Aku melongo, terlalu shock melihat foto yang barusan masuk di grup.

Biar kata rada gelap, tapi baju yang dikenakan dan siluet dua orang di foto itu jelas tak bisa membohongi. Walaupun poseku menunduk, jelas terlihat salah satu orang di dalam foto itu adalah aku, dan yang satunya lagi ... Kampret! Siapa yang udah ngintai gue?

"Kak, ini foto lo kan? Lo ... ama Dokter Gilang...," Dewi tak melanjutkan kata-katanya. Dia terlihat sama kagetnya denganku. Tuh kan, Dewi aja langsung notice. Mati ... mati gue!

Sumpah demi Song Joongki yang gantengnya semena-mena, kenapa foto ciuman semalem beredar??? Hiyaaahhhh ... mau ditaro mana muka gue????

"Hooo ... jadi sekarang mainannya brondong nih, Kak?" raut terkejut yang tadi sempat terlihat di wajahnya, sekarang berganti dengan ekspresi jahil. "Gimana rasanya dicium ama brondong?"

"Bukan ... itu bukan ciuman, Dew," kilahku. "Cuman karena angle fotonya aja jadi keliatan kayak ciuman. Suer," ucapku seraya mengacungkan dua jari telunjuk dan jari tengah.

"Eleh ... mau ngibulin gue, Kak?" Dewi malah menyipitkan mata. "Anak kecil juga tau kalo itu foto lo yang sedang dicium Dokter Gilang! Gak usah munafik deh!"

Aku menggaruk kepalaku yang tiba-tiba terasa gatal.

"Muka lo udah semerah kepiting rebus gitu," lanjut Dewi mengangkat alis, tanda takkan percaya jika aku ngeles lagi. "Gimana ... gimana rasanya?"

"Errr ... biasa aja tuh. Nggak ada yang istimewa." Kupasang muka sedatar mungkin.

Nggak istimewa, cuma bikin nggak bisa bobok aja, hiks....

"Hahaha ... lagak lo! Jadi mata panda itu bukan gegara marathon drama, tapi menjalani babak baru drama romantis nih?" Dewi terkekeh geli, membuatku menatapnya sebal.

"Ih ... nggak lah yaw. Nggak gitu juga kali."

"Eh, Dokter Gilang!" tiba-tiba Dewi berseru ke langkah seseorang yang terdengar dari balik punggungku. Aku yang mendengarnya, segera ambil langkah seribu. Terbirit-birit menghilang di balik belokan koridor yang mengarah ke kantin. Sambil menekap dada yang berdetak kencang dan keringat dingin bercucuran.

ENCHANTED [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang