"Kamu?" Aku langsung menekup mulut atas ucapan yang lolos barusan. "Eh, aduh...maaf. Maksud saya Dokter...Dokter Gilang. Ngapain Dokter di sini?" spontan aku bertanya saat melihat sosoknya berdiri di pintu.
"Lo kenal sama mas ini, Ka?" tanya Aruni sebelum Dokter Gilang sempat menjawab.
Mengabaikan pertanyaannya, aku berbisik di telinga Aruni,"Jadi cowok ganteng yang lo maksud tadi, orang ini?"
"Hah?" Aruni malah melongo mendengar pertanyaanku.
"Siapa, Lang?" terdengar suara seseorang dari balik punggung Dokter Gilang. Oh...oh...Ternyata, suara Dokter Wicak.
"Loh, Mbak Ika? Kok bisa di sini?" sapanya ramah
"Lo kenal juga ma yang ini?" kali ini Aruni yang berbisik. Matanya berbinar seketika.
"Mereka ini dokter intern di AlMedika," balasku masih berbisik.
Kedua lelaki itu saling berpandangan melihat kelakuan kami yang sibuk bergantian memonyongkan bibir ke telinga satu sama lain. Kemudian, dahi mereka mengerut dan makhluk menyebalkan itu mengangkat bahu. Aku mengerjap sesaat, ketika Dokter Gilang dengan tak tahu dirinya menempelkan telunjuk tangan di jidat. Digerakkan berulangkali. Siapapun pasti tahu bahwa itu isyarat yang berarti: miring, kurang waras, dan teman-temannya.
Aruni hanya manggut-manggut, mengabaikan kelakuan Dokter Gilang di depan kami. Mungkin pikirannya sedang berlarian ke oppa-oppa drama Korea itu ketimbang mempermasalahkan kelakuan Dokter Gilang yang mencela kami.
Bodo amat, telinga...telingaku...bibir...bibirku. Masalah buat situ!
Walaupun telingaku masih setia mendengarkan ocehan Aruni, tapi lirikan mataku tak bisa dikelabui. Sekilas senyum meremehkan tampak di bibir Dokter Gilang. Sialan!
"Ehem. Ada apa ya, Mbak?" sela Dokter Wicak, menghentikan kegiatan bisik-bisikku dengan Aruni.
"Eh iya, maaf Mas." Aruni terlihat salah tingkah. "Saya cuma mau nyampein pesen Ayah aja sih sebenernya. Mas Wicak, ntar ada acara? Ayah ngadain syukuran dan ngundang semua anak kost ke rumah. Bisa ikut gabung?"
"Nanti malem ya?" dia terlihat berpikir sejenak. "Oke. Nanti saya ke sana, Mbak..."
"Aruni. Nama saya Aruni."
"Mbak Aruni. Namanya bagus," ujar Dokter Wicak sembari menjabat uluran tangan Aruni. Pipi Aruni serasa dikasi blush on seketika. Matanya bahkan mengedip-ngedip beberapa kali. Dasar! "Oya, Mbak Ika tadi belom jawab pertanyaan saya. Kok bisa disini?"
"Saya kost disini juga, Dok. Di lantai 2," sahutku ramah. Persetan dengan sosok di sampingnya itu yang sekarang tambah mengerutkan kening.
"Wah, kita tetanggaan berarti," kata Dokter Wicak, sambil tersenyum manis.
Duh, jangan senyum semanis itu, Dek! Jangan bikin Kakak khilaf!
Astaga...radar brondongku kok sekarang aktifnya keterlaluan sih?
"Jangan senyum-senyum, Cak. Ngerepotin banget kalo sampe ada yang pingsan gara-gara terpesona ma senyuman maut lo," ujar Dokter Gilang akhirnya, lengkap dengan nada datar andalannya yang membuatku langsung menatapnya sebal.
Ih! Yang ngajak situ ngomong siape? Kita di sini bertiga. Ber. Ti. Ga. Situ nggak termasuk. Enyah kau dari sini!
"Untungnya yang kost di sini Dokter Wicak ya...udah ganteng, baik, ramah pula. Beda banget ama dokter satunya," jawabku mengabaikan Dokter Gilang. Aku membalas senyuman manis Dokter Wicak. Anggap aja satunya makhluk astral nggak keliatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED [COMPLETED]
Beletrie"Do you ever think about future?" "Of course I do." "Am I in it?" "Cherry, you are it." *Spin-Off dari Beautiful Mining Expert dan Anesthetized In Your Charm, by @verbacrania. *10 in General Fiction (21 Oktober 2016).