Pencet nggak ya? Pencet ... enggak ... pencet ... enggak ...
Ah, bodo amat dah pencet aja! Udah sampe sini juga.
Astaga kepencet!
Padahal sengaja.
Kuamati sekali lagi pintu di depanku sebelum memberanikan diri menekan bel yang ada di sana. Mana tau kan ya, ini pintu tiba-tiba jadi ilusi. Boom! Ngilang gitu aja. Atau aku yang lenyap ditelan kabut, mengira berdiri di sini padahal mimpi. Apa sih, Ika?
Satu menit.
Dua menit.
Tiga menit.
Jemariku sudah bersiap menekan bel lagi saat pintu di depanku terbuka, menampilkan wajah pucat seseorang dari dalam sana. Tapi, belum sempat aku menyapanya, pintu kembali ditutup. Dan aku cuma bisa melongo.
Eh? Kok ditutup lagi sih?
Aku masih bengong saat ponsel di saku celana terasa bergetar. Ada satu notifikasi pesan masuk tertera di layar ponsel dari si pelaku penutupan pintu nggak sopan barusan.
dr. Gilang : Kamu ngapain kesini? Pulang!
Keningku mengernyit saat membaca pesannya. Deretan kata itu menyeretku ke alam nyata. Ih ... kok kamvret, ya?
Nih ya, aku tuh udah bela-belain pulang kerja langsung ke sini cuma buat nengokin dia yang katanya lagi sakit. Dan kupikir ini pasti gara-gara dia nungguin aku sambil hujan-hujanan kemarin. Jadi aku berniat menebus kesalahan dengan datang ke sini. Tapi, coba lihat apa yang dia lakukan barusan?
Mengusirku.
Whoaaa... Seriously? Belom pernah diomelin cewek cantik ya nih orang. Sini, gue omelin!
Dengan gusar kugedor pintu apartemennya. "Gilang! Buka pintunya nggak? Aku teriak nih kalo nggak dibukain pintunya! Gilaaang!!!"
Perlahan, pintu kembali terbuka. "Kamu tuh nggak takut apa kalo diusir gara-gara bikin ribut?" protesnya lirih yang tak kuhiraukan sama sekali.
Dan tanpa dipersilakan, aku masuk ke dalam tempat tinggalnya. Baru beberapa langkah, Gilang kembali menahanku.
"Udah lihat kan kalo aku baik-baik aja? Sekarang berenti keras kepala dan pulang!"
Astaga, cowok yang kelakuannya semakin nyebelin tapi juga sekaligus minta disayang ini apa banget deh?
Kuabaikan ucapannya dan kusentuh dahinya. "Masih demam. Udah makan? Minum obat?"
"Cherry, please ... aku bisa merawat diriku sendiri. Sekarang kamu pulang ya! Aku nggak mau kalo sampe kamu ketularan," bujuknya.
Dan kalimat itu membuatku terdiam. Padahal bisa dibilang dia sakit gara-gara aku, tapi dia nggak mau aku ketularan.
Duh, manis banget nggak sih brondong satu ini? Jadi pengen bungkus bawa pulang kan!
"Tunggu bentar!" tanganku segera merogoh tas dan mencari masker yang sengaja aku bawa dari rumah sakit tadi. "Nah, sekarang nggak perlu takut ketularan kan!" aku tersenyum dari balik masker yang telah kupakai.
"Heran, kenapa aku bisa jatuh cinta sama cewek tukang ngeyel kayak kamu," keluhnya yang membuatku terbahak.
Dia bilang, dia jatuh cinta ama gue? Lagi? Kyaaaaah.
Oke. Stay cool.
"Kamu udah makan? Udah minum obat?" Kuulang lagi pertanyaan yang tadi belum terjawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED [COMPLETED]
General Fiction"Do you ever think about future?" "Of course I do." "Am I in it?" "Cherry, you are it." *Spin-Off dari Beautiful Mining Expert dan Anesthetized In Your Charm, by @verbacrania. *10 in General Fiction (21 Oktober 2016).