Beneran deh ya, kalo ada jasa tuker tambah pacar, aku rela deh nukerin Gilang sama siapa aja. Nggak pake kembalian juga nggak papa. Nyebelin banget sumpah si brondong satu itu, nggak ngasih kabar apa pun selama tujuh hari, lima jam, dua puluh empat menit. Yes, Im counting, saking gabutnya nungguin dapet kabar dari dia. Hhhh.
Mataku masih terpaku di layar ponsel, membuang-buang waktu sekaligus menunggu siapa tau benda ini berbunyi. Lalu kemudian, aku nyaris melotot melihat sebuah quotes dari Bapak Teguh --motivator terkenal yang itu-- yang bilang kalau si dia yang benar-benar mencintaimu, nggak bakal lenyap tanpa kabar. Sebisa mungkin selalu menghubungi.
Kan... kan... kan... apa kubilang? Ih... makin bikin nggak enak hati aja nih!
Kututup ponsel, dan mulai melanjutkan spekulasi tentang di mana brondong itu dan kenapa dia menghilang.
Jangan-jangan ... dia nyadar kalau udah salah jatuh cinta?
Jangan-jangan dia kepincut gadis lain yang lebih---
"Kak, buruan ih! Malah ngelamun. Katanya mau ngajak nonton," rajuk Qina menghentikan pikiran-pikiran yang bertahta di benakku.
Dia yang udah siap pergi sejak kira-kira lima belas menit yang lalu, sementara aku masih dalam kondisi kucel belum mandi setelah pulang kerja tadi.
Rencananya memang hari ini aku mau ngajak dia nonton film yang udah dia tunggu dari lama. Film yang dibintangi oleh Emma Watson. Dongeng tentang si cantik dan si buruk rupa yang dibuat live action-nya. Kan... makin mengingatkan aku tentang hubungan kami. Bedanya, akulah si buruk rupa, sementara Gilang? Pfft.
"Iya iya. Sabar dong! Kakak mandi dulu."
"Nggak pake lama!"
"Iya, bawel! Heran, kamu bawel banget niru siapa sih?" keluhku terakhir kali, sebelum melangkah masuk ke kamar mandi.
Selang kira-kira setengah jam kemudian, aku udah siap pergi. Nggak pake dandan soalnya Raqina udah ribut sedari tadi. Udah ditungguin, bilangnya. Untung aku sayang ya sama ini bocah, kalo enggak pasti udah aku paketin dan kirim ke Timbuktu. Bawel dan lebaynya ngalah-ngalahin yang tua.
"Tunggu bentar, kakak pesen taksi dulu."
"Nggak perlu. Kan Qina udah bilang, kita ditungguin. Makanya cepetan ih, Kak, lelet banget!" omelnya, dan dengan nggak sabar menyeret tanganku keluar kamar.
Begitu sampai di bawah, akhirnya aku tau siapa orang yang dimaksud Qina udah nungguin kami. Seseorang dalam balutan kemeja denim serta celana jeans, sedang berdiri ganteng di luar pagar. Dan jangan lupa, senyum seribu watt-nya yang tercetak begitu melihat aku dan Raqina. Ugh. Ini cobaan apa lagi sih ya, Tuhan?
Raqina yang melihat sosok itu, langsung berlari memeluknya. Bocah itu keliatan seneng banget ketemu dia. Kadang aku mikir kalo Raqina lebih sayang sama cowok itu ketimbang aku, saking excited-nya Qina tiap kali mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENCHANTED [COMPLETED]
General Fiction"Do you ever think about future?" "Of course I do." "Am I in it?" "Cherry, you are it." *Spin-Off dari Beautiful Mining Expert dan Anesthetized In Your Charm, by @verbacrania. *10 in General Fiction (21 Oktober 2016).