14. MY HEART WANTS YOU

12.8K 1.3K 198
                                    

What the hell I just did last night?

What the freaking hell I just did last night?

"Haiisssh!!! Jinjja.... Ottoke? Oppaaaaaaa.... Ottoke?"

"Kak, please! Stop nonton drama Korea! Pusing gue tiap kali denger lo ngomong ottoke ottoke mulu!" omel Dewi saat mendengar ocehanku yang emang nggak jelas sedari tadi. "Lama-lama, gue mikir lo ngomong sama tokek ketimbang manusia."

Aku berteriak frustrasi. Sementara Dewi, cuma bisa geleng-geleng kepala melihat tingkahku. Untung saja cuma ada kami berdua di ruang jaga ini. Jadi aku bisa bebas menumpahkan segala rasa frustrasi tanpa takut ada orang lain yang merasa terganggu.

"Lo kenapa lagi sih? Obat lo abis?" sindir Dewi.

"Gue...," ucapanku terhenti saat sayup-sayup terdengar suara yang sangat familiar dari balik pintu ruang jaga.

"...ntar gue nyusul. Lo duluan aja."

Kampret! Itu beneran suara dia!

Spontan aku bersembunyi di bawah meja saat kudengar pintu ruang jaga dibuka.

"Lo ngapain sih, Kak?" Dewi tentu saja heran melihat tingkahku. "Tadi tokek-tokek, trus main ngumpet aja?"

Kuletakkan jari telunjuk di depan bibirku, memintanya untuk diam.

"Mbak Dewi? Ngapain jongkok di situ?"

"Eh, Dokter Gilang. Eum ... ini, ngambil pulpen saya yang jatuh," jawabnya dengan sedikit gugup.

Gilang hanya ber-oh pelan.

"Mbak Dewi lihat Ika nggak?"

"Eh? Kak Ika?" Dewi melirikku sekilas yang kubalas dengan menggeleng-gelengkan kepala.

"Enggak, Dok. Saya nggak lihat." Biar pun sebal, Dewi tetap bisa diandalkan untuk urusan beginian.

"Tapi, tadi saya kayak denger suara dia dari dalam sini?"

"Dokter salah denger kali. Orang saya dari tadi sendirian kok di sini."

"Gitu ya? Eum... Ya udah. Nanti aja saya balik lagi. Makasih, Mbak," ujarnya sebelum beranjak keluar dari ruang jaga.

Aku menarik napas lega begitu mendengar langkah kakinya menjauh.

"So, mind to tell me what the hell is going on here?" Dewi bersedekap di tempatnya duduk, menunggu jawaban.

Berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaannya, "Once upon a time---"

"Gue serius, Kak!" omelnya.

"Gue juga serius ini, Dew! Dengerin dulu makanya. Jangan asal potong aja!"

"Ya udah, buruan!"

Lalu, mengalirlah cerita dari mulutku.

***

Seharian ini aku berhasil menghindari Gilang. Dan untungnya pasien yang datang tadi nggak terlalu banyak, jadi mempermudahku untuk bersembunyi darinya.

Yah, terserahlah kalau aku disebut labil atau apa. Karena nyatanya aku emang nggak tau harus gimana untuk menghadapinya. Semalem aku emang udah maafin dia. Tapi, bukan berarti hubungan kami bisa kembali seperti semula kan?

Maaf bukan berarti segalanya tetap baik-baik aja. Aku akui, memang sifat burukku yang satu ini.

Tauk ah! Pusing gue!

Bruukkk!

"Awww..."

Kejadian ini ... aku pernah mengalaminya dulu. Saat pertama kali ketemu ...

ENCHANTED [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang