Seorang wanita berjalan sendirian di kegelepan. Gang yang sempit dan hanya ada tembok di setiap jalannya, bahkan kucing pun takut melewati gang ini. Tapi wanita itu berjalan dengan langkah santai sambil mendengarkan musik. Suasana yang menyeramkan tidak membuat dirinya ketakutan sedikit pun.
Dari belakang, ada seorang laki-laki dengan pakaian serba hitam menggunakan masker dan topi yang juga hitam. Tentu saja wanita itu tidak bisa mendengar langkah laki-laki itu karena telinganya masih setia di sumpal dengan earphone. Dan dalam sekejap laki-laki misterius itu sudah ada tepat di belakangnya.
Merasa ada yang ganjal di belakang tubuhnya. Wanita itu menoleh, tapi belum juga dia menoleh sepenuhnya sebuah pisau bedah menyayat leher dan dengan cepat pisau itu menyayat urat nadi di tangannya. Gang itu pun dipenuhi dengan lautan darah kental.
Di pagi hari, Tim Investigasi Khusus mendapatkan laporan bahwa ada wanita meninggal di sebuah gang dengan luka sayatan di bagian leher dan pergelangan tangan. Ketua Tim atau yang biasa mereka panggil Verel segera memanggil semua anggota Tim untuk rapat di ruang rapat.
"Ada kasus lagi kali ini. Wanita terbunuh di sebuah gang dengan luka sayatan di bagian leher dan pergelangan tangannya. Nama Bunga. Umur 20 tahun. Terbunuh saat sedang menuju rumah" Jelas Verel. "Di daerah itu tidak ada CCTV dan seperti yang kalian tau, tidak ada saksi mata satupun. Korban sudah di bawa ke rumah sakit untuk di autopsi." Lanjut Verel sambil melakukan kebiasaannya mengetukan jari telunjuk di meja.
"Lalu bagaimana kita bisa menemukan pencurinya? Bahkan tidak ada bukti." Tanya Leo. "Apapun yang terjadi kita harus menemukannya." Jawab Verel mantap.
"Kalau begitu aku akan menuju lokasi kejadian." Kata Luna satu-satunya Detektif wanita di tim. "Baiklah. Aku akan pergi ke rumah sakit untuk melihat hasil autopsi. Leo cari informasi sekecil apapun tentang korban. Ravi kamu wawancarai orang-orang yang ada di sekitar korban." Perintah Verel. "Siap!" Seru Leo dan Ravi yang segera melaksanakan tugasnya.
Verel berangkat menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Ia segera menuju ruang autopsi dan menemui Dokter Lito.
"Bagaimana dengan hasilnya?" Tanya Verel dingin. "Tidak ada luka lain selain di leher dan pergelangan tangannya. Waktu kematian sekitar pukul 10 malam kemarin. Dan tidak ada tanda-tanda pembelaan diri ataupun penyiksaan. Luka korban yang berupa sayatan merupakan sayatan sebuah pisau bedah." Jawab Dokter Lito.
"Jadi maksud Anda, korban di serang tanpa sepengetahuannya dan secara diam-diam?" Tanya Verel. "Iya benar sekali dan juga ini." Jawab Dokter Lito sambil menyerahkan botol kecil berisi darah korban. "Terima kasih." Kata Verel dengan senyum tipisnya dan berlalu pergi.
Di sisi lain, Detektif Luna mendatangi TKP dan berkeliling di daerah ditemukannya korban. "Luna? Kamu ngapain disini?" Tanya seorang laki-laki dengan wajah pucat yang memakai celana jeans hitam, kaos putih polos, dilengkapi sepatu converse.
"Aku sedang menyelidiki sebuah kasus, kamu pasti langsung ke sini saat mendengar ada kasus tadi." Jawab Luna sekaligus menebak. "Tentu saja, lagipula siapa lagi yang akan melakukannya. Kamu biasanya memilih mewawancarai keluarga korban kan."
Jawab laki-laki itu yang masih setia berada di samping Luna. "Tapi Rio, apa kamu sudah menemukan sesuatu?" Tanya Luna. "Tentu saja! Bukan hanya tampan tapi aku ini juga pintar!" Jawab Rio dengan membanggakan dirinya. "Tapi sayangnya kamu hanya hantu. Kamu bahkan hanya bisa menyentuhku." Ejek Luna sambil memasang senyum jahil. Rio hanya mengumpat tidak jelas dengan ejekan Luna.
"Apa yang kamu temukan?" Tanya Luna. "Setelah mengejekku kamu malah bertanya seperti itu dasar. Baiklah akan aku beri tau." Jawab Rio. "Saat aku tiba tadi, aku bertemu dengan hantu lokal di sini. Dia bilang memang ada yang mengikuti wanita itu, tapi wajahnya tertutup total. Dia menggunakan pisau bedah untuk membunuh korban. Kata hantu itu dia melihat ada tato bintang di tangannya." Lanjut Rio.
"Baiklah, terima kasih." Kata Luna dengan senyum manis mengembang di wajahnya. Luna segera pergi menuju kantor Tim Investigasi Khusus.
Di dalam sebuah rumah yang lebih tepatnya sebuah apartemen, Verel duduk di meja kerjanya. Dia mulai membuka botol kecil yang tadi diberikan oleh Dokter Lito. Dia mulai meminum darah di botol kecil.
Darah itu mulai mengalir di pembuluh darahnya dan menyebar sampai akhirnya menuju ke jantungnya. Matanya yang sebelumnya berwarna coklat terang berubah menjadi biru muda dan gigi taringnya muncul. Tangannya mengepal dan jantungnya berdetak lebih kencang.
Mulailah serangkaian kejadian yang terjadi pada malam itu muncul di kepalanya. Setelah kejadian pembunuhan terulang di kepalanya, mata, gigi dan detak jantungnya kembali seperti manusia. Masih dengan nafas yang tidak teratur, Verel segera menuju kantor Tim Investigasi Khusus.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vomment ya