Hari ini merupakan pagi yang cerah untuk orang awam biasa. Tapi tidak untuk anggota Tim Investigasi Khusus. Senjata yang ditemukan Luna saat mencari barang bukti, tidak terdapat sidik jari. Kemungkinan karena pembunuhnya menggunakan sarung tangan saat itu.
Dan juga sudah dua hari ini Luna tidak melihat Leo dan Rio yang masih di rumah sakit, tapi dia selalu mengabari tentang jalannya kasus melalui telepon. Tapi tetap saja Luna kesepian.
"Huh? Luna! Verel! Berkumpul di ruang rapat sebentar." Perintah Ravi sambil membawa selembar kertas. "Ada apa lagi?" Tanya Verel dengan muka malas karena frustasi. "Sudahlah berkumpul saja dulu, ada hal penting." Jawab Ravi
Ruang rapat
Di ruang rapat semua sudah duduk kecuali Ravi yang berdiri sambil menempelkan selembar kertas. "Lihat ini." Perintah Ravi sambil menunjuk selembar kertas yang Ia tempel tadi.
"Audisi model? Ada apa dengan itu?" Tanya Luna sambil mengerutkan keningnya. "Aduhhh... lihatlah siapa yang membuat audisi ini? Perusahaan milik pembunuh kemarin!" Jawab Ravi antusias. "Jadi kita harus menyamar berpura-pura menjadi model dan mencari bukti di sana." Lanjutnya.
Setelah Ravi berhenti berbicara, dengan bersamaan, Ravi dan Verel melihat Luna. "Apa?" Tanya Luna dingin dan risih karena tatapan aneh para lelaki di sana. "Luna, sekali ini saja, mau kan?" Pinta Verel dengan wajah memelas. "Mau apa? Jangan bilang..." Tanya Luna sambil menebak-nebak. "Jangan bilang untuk menjadi model?" Lanjutnya.
"Tapi sayangnya itu yang kami mau." Jawab Ravi dengan memasang senyum isengnya. Luna menundukkan kepalnya sesaat dan menghela nafas panjang. "Baiklah, kalau ini demi menangkap pembunuhnya. Apapun akan aku lakukan. Tapi jika aku gagal dalam babak pertama jangan salahkan aku." Kata Luna akhirnya.
Verel dan Ravi tersenyum mendengar kata-kata Luna, lalu mereka ber-highfive sedangkan Luna hanya menghela nafas. "Baiklah ayo kita pergi." Ajak Ravi. "Kemana? Bukannya audisinya masih nanti jam 4 sore? Ini masih jam 11 siang." Tanya Luna. "Kami akan mengubahmu menjadi angsa yang cantik." Jawab Verel sambil menarik tangan Luna. Sedangkan Luna hanya bisa memasang wajah kebingugannya.
Setelah beberapa saat mengendarai mobil Verel, Tim Investigasi Khusus sudah berada di sebuah salon kecantikan yang menyewakan dress ataupun gaun cantik dengan harga yang di luar jangkauan. Di salon itu juga ada tata rias yang nantinya akan menjadi tempat rias Luna.
"Tunggu! Tunggu! Siapa yang akan membayar semua ini?" Tanya Luna sebelum keluar dari mobil. "Dia." Jawab Verel sambil menunjuk seorang lelaki yang berdiri di depan salon. "Leo? Kapan dia keluar dari rumah sakit?" Tanya Luna tidak percaya. "Sudahlah ayo keluar dulu." Perintah Ravi.
Leo yang berada di luar salon mulai mengembangkan mulutnya membentuk lengkungan indah dan melambaikan tangannya kepada anggota tim lainnya.
"Kapan kamu keluar dari rumah sakit?" Tanya Luna ketika badannya sudah berada di depan Leo. "Tadi pagi. Aku tidak betah di rumah sakit. Saat tau kalau kamu akan menjadi sebuah angsa, aku segera keluar dan menuju ke sini." Jawab Leo. Tangannya menggaruk tengkuk lehernya yang bahkan tidak gatal. "Lalu Rio?" Tanya Luna berbisik. Mata Leo melirik ke kiri menandakan Rio ada di sana. Rio melambaikan tangannya ke Luna saat pandangan mereka bertemu.
"Ayo cepat masuk." Perintah Verel. Luna menghela nafas panjang dan mulai melangkahkan kakinya perlahan. Ketiga lelaki di belakangnya malah senyum-senyum tidak jelas. Leo sudah mengurus semuanya dan mereka tinggal menunggu hasilnya dan selanjutnya Luna masuk sebuah ruangan yang akan mengubahnya.
Sembari menunggu sang angsa yang menyamar menjadi bebek buruk rupa. Para lelaki yang mulai bosan itu mulai bercanda dan membuat taruhan-taruhan aneh. Sedangkan Rio memberi kode ke Leo kalau Luna sangat cantik dengan mengacungkan dua jempolnya.
"Bagaimana kalau kita membuat taruhan? Aku berani bertaruh kalau Luna tidak akan ada bedanya. Dari awal dia kan bebek buruk rupa." Kata Ravi sambil menyilangkan tangannya di dada bidangnya. "Siapa bilang? Dia bukan bebek buruk rupa, tapi seekor angsa yang bersembunyi di balik topeng bebek." Kata Leo membela Luna.
"Baiklah, beri aku seratus ribu kalau dia tidak berubah dan aku akan memberikanmu seratus ribu kalau dia berubah." Tawar Ravi dengan senyum meremehkan. "Oke! Aku setuju! Verel, bagaimana denganmu?" Tanya Leo. "Aku netral saja." Jawabnya dingin
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vomment ya!