13. Flashback

1.1K 83 7
                                    

Flashback 20 years ago

Seorang laki-laki duduk di bawah pohon dan membaca buku. Angin berhembus mesra menerpa helai rambut laki-laki itu. Suara gemerisik daun yang bergesekan tidak mengganggu konsentrasinya membaca buku. Laki-laki itu terlihat normal, terlihat seperti manusia biasa. Dia menurunkan bukunya, membuat wajah tampannya terlihat.

Mata coklatnya menjelajahi pemandangan indah yang mengelilinginya. Melihat indahnya dunia seakan ini adalah hari terakhirnya di dunia. Hingga matanya melihat objek indah buatan Tuhan. Perempuan yang sedang berjalan. Rambutnya terhempas angin memperlihatkan leher jenjangnya yang seksi.

Mata laki-laki itu berubah menjadi biru mencium harumnya bau perempuan yang sedang diincarnya. Laki-laki itu menghampiri perempuan cantik. "Hai." Sapa laki-laki itu. Perempuan yang di sapa pun menoleh dan tersenyum lembut.

"Namaku Ricky. Siapa namamu?" Tanya laki-laki tampan tadi yang ternyata bernama Ricky. "Aku Luna." Jawab sang gadis. Hari itu, hari dimana dia mengenal gadis cantik yang bernama Luna. Seorang gadis berdarah manusia yang menarik hatinya. Hari itu dia berjanji akan hidup untuk gadis yang di cintainya.

Malam hari setelah bertemu dengan Luna, Ricky bertemu dengan temannya. Dia menceritakan semuanya yang terjadi pagi tadi. "Apa kamu baru saja mengatakan kalau kamu mencintai seorang manusia?" Tanya temannya. "Verel, seorang vampir seperti kita juga berhak mencintai siapapun itu." Jawabnya.

"Apa kamu pikir dia masih bersamamu jika tau kebenarannya?" Verel memandang Ricky. "Aku tidak tau." Ricky menunduk lesu mengetahui fakta bahwa dirinya bukanlah seorang manusia. Melainkan makhluk yang setiap harinya haus akan darah.

Verel menepuk pundak Ricky. "Aku akan mendukungmu apapun yang terjadi. Tenang saja." Verel mencoba menguatkan Ricky dengan kata-katanya. "Meskipun aku mati jangan beri darahnya." Ricky memperingatkan Verel. "Kamu juga tau kan. Vampir seperti kita hanya akan hidup kembali jika meminum atau tranfusi darah cinta sejatinya. Tapi kalau kamu mengambil darahnya demi aku, dia pasti akan meninggal." Lanjut Ricky.

"Aku tidak akan membiarkanmu mati begitu saja apapun itu." Balas Verel. Ricky tersenyum mendengar kata-kata Verel. Dia tau Verel adalah satu-satunya Vampir yang dia kenal. Satu-satunya teman yang sejenis dengannya. Bahkan mereka berjanji untuk saling melindungi satu sama lain.

"Oh iya, apa ada orang mati hari ini di rumah sakit?" Tanya Verel. "Tentu saja. Lihat saja di kulkas." Ricky menunjuk kulkas ukuran sedang yang ada di ruangan mereka. Verel membukanya dan ada 5 botol besar yang berisi darah. "Wow! Sepertinya banyak yang meninggal akhir-akhir ini." Verel takjub melihat begitu banyaknya darah di kulkas.

Mereka memang vampir, tapi mereka tidak mau menyakiti manusia. Mereka memilih meminum darah manusia yang sudah mati daripada menghisap langsung.
.
.
.
.
Di pagi hari, semua kegiatan makhluk di mulai. Ricky bekerja sebagai dokter, sedangkan sahabatnya yang pemalas hanya tiduran di rumah atau mungkin jalan-jalan di sekitar rumah. "Carilah pekerjaan. Kalau pun mereka mencurigaimu karena awet muda, kamu bisa menghilang dan membuat identitas baru." Ricky mengomel sedari pagi karena sahabatnya tidak juga bekerja.

"Sudah aku bilang, aku malas. Aku ingin menjadi seorang detektif. Tapi aku malas." Kata Verel. "Cepat berangkat. Aku bosan mendengarmu berceramah setiap pagi. Kamu jadi seperti ibu-ibu." Verel mendorong tubuh Ricky keluar rumah. "Kalau tidak ingin mendengar omelanku, cepatlah bekerja." Kata Ricky dan berlalu pergi untuk bekerja.
.
.
.
.
Beberapa jam sudah berlalu. Karena ini akhir pekan, Ricky memutuskan pulang lebih awal. Pukul tiga sore dia sudah berada di luar rumah sakit. Memutuskan berjalan-jalan dulu di taman dekat rumahnya. Mengingat kejadian dimana Ia bertemu dengan pujaan hatinya. Kalau di pikir-pikir dia belum bertemu sama sekali dengan Luna.

Vampire and Paranormal DetectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang