Setelah hampir dua jam setengah mereka menunggu sang angsa. Akhirnya penata rias keluar lalu membuka tirai ruangan. Luna menghadap ke ketiga lelaki yang membuka mulutnya lebar-lebar. Seperti tidak percaya yang sedang berdiri di hadapan mereka adalah Luna yang biasanya hanya memakai celana jeans hitam, kaos putih polos di tambah setelan jaket hitam dan dilengkapi sepatu sport biru.
Luna yang sekarang menggunakan mini dress berwarna senada dengan kulit putihnya yang membentuk di tubuh indahnya. Riasan yang tidak terlalu berat, rambut sepinggangnya yang di curly dan di tambah dengan high heels yang tidak terlalu tinggi warna putih. Riasannya dilengkapi dengan aksesoris di tangannya.
Merasa aneh di lihat dengan tatapan 'unbelieveable' dari ketiga laki-laki di hadapannya atau lebih tepatnya empat laki-laki yang satunya tidak terlihat. Luna mulai menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Wahhhhh....." Hanya itu yang keluar dari mulut mereka. "Kenapa? Apa aneh?" Tanya Luna melihat tubuhnya sendiri. "Ti-ti-tidak bukan itu." Jawab Leo gelagapan. "Lalu apa?" Tanyanya lagi dengan heran. "Kamu cantik sekali." Jawab Ravi dengan mulutnya yang masih menganga. Kali ini Verel pun juga melakukan hal yang sama. Mulutnya masih menganga dan matanya membelalak lebar melihat wanita cantik di depannya.
"Tutuplah mulut kalian dan ayo berangkat. Ini sudah jam tiga lebih." Perintah Luna. Keempat lelaki itu akhirnya tersadar dan segera berangkat. Rio sudah menghilang dahulu karena dia hantu, bisa berangkat ke tempat audisi dengan cepat.
Di dalam mobil, Ravi mengerucutkan mulutnya karena kalah taruhan dan uang seratus ribunya melayang ke tangan Leo. Leo hanya melihat Luna dari belakang sambil senyum senyum tidak jelas. Verel yang kelihatannya tidak peduli juga sempat curi-curi pandang dan tanpa di sadarinya mulutnya membentuk garis lurus yang tipis.
Setelah berkendara sekitar 30 menit mereka sampai di sebuah perusahaan besar dan sangat ramai. Nafas panjang kembali terdengar dari Luna. "Apa kamu siap?" Tanya Verel sambil melirik Luna. "Iya." Jawabnya singkat.Ravi turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Luna. Semua pasang mata menatap Luna yang over cantik dan seksi. Dari belakang Verel menutup bagian atas Luna yang terbuka dengan jas hitamnya. Leo mempersilahkan Luna berjalan duluan dan ketiga pria itu mengikutinya dari belakang. Layaknya seorang Cinderella yang di kawal oleh ketiga pria berwajah over tampan.
Setelah mendaftar, Luna mendapat nomor urut. Karena nomor urutnya masih lama, dia menunggu di depan ruang audisi bersama keempat laki-laki yang masih setia menunggunya. "Kenapa kalian tidak pulang?" Tanya Luna. "Tentu saja kami akan menunggumu. Kalau kami pulang dan terjadi apa-apa di sini, apa kamu yakin bisa berkelahi?" Jawab Verel sambil melihat Luna dari atas ke bawah.
"Nomor urut 120 Nona Luna." Panggil seorang perempuan yang baru saja keluar dari ruang audisi. "Itu namamu, cepat masuk." Perintah Leo. Tangan Leo terus mendorong Luna sampai akhirnya dia menghilang dari pintu. Kedua pria yang berada di belakang melihat curiga ke arah Leo yang tiba-tiba menjadi sangat dekat dengan Luna.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vomment ya!
