"Kamu tau, rumah lama di desa yang aku tinggali? Aku mencari tau siapa pemilik lamanya dan ternyata itu milik keluargamu dulu. Saat aku di sana aku bertemu dengan hantu laki-laki yang selalu bersamaku kemana pun bahkan sampai sekarang. Dia..." Kata Luna berhenti dan menoleh ke Leo yang juga menatapnya dengan tatapan tidak percaya dan penasaran.
"Dia adikmu." Lanjut Luna.
"Apa yang baru saja kamu katakan?" Tanya Leo sambil berusaha duduk dan mebelalakan matanya. "Luna? Kamu tidak sungguh-sungguh kan? Kenapa adikku ada di sini?" Tanya Leo lagi ketika Luna yang di tanya hanya diam dan menundukkan kepalanya.
Dalam beberapa saat, air mata Leo mulai mengalir. Teringat kejadian pahit yang menimpanya 12 tahun lalu. Kejadian dimana adiknya meninggal karena terjatuh dari sebuah jembatan dan terbawa arus sungai yang deras. Bahkan sampai sekarang jasadnya belum ditemukan.
"Saat aku berteman dan bermain dengan Rio di sungai tempat dia meninggal, dia menceritakan semuanya. Mulai saat kamu mengajaknya bermain di jembatan, saat kalian berebut mainan dan sampai kamu tidak sengaja mendorong adikmu lalu dia terjatuh dari jembatan. Rio sudah menceritakannya. Memang benar saat pertama kali kita bertemu di Tim Investigasi Khusus aku sangat terkejut kalau kamu adalah kakaknya Rio. Bahkan sampai sekarang pun dia tetap mengkhawatirkanmu." Jawab Luna.
"Apa dia ada di sini?" Tanya Leo. "Iya." Jawab Luna. "Apa dia juga tumbuh seperti kita?" Tanyanya lagi. "Iya." Jawab Luna masih sama. "Dia mirip denganmu." Lanjutnya. "Apa ada cara aku bisa melihatnya?" Tanya Leo dengan mata penuh harapan. Sedangkan Luna mengalihkan pandangannya dari Leo ke Rio yang berada di seberang tempat tidur.
"Berikan cincin yang waktu itu." Perintah Rio dengan muka sedih. "Apa tidak apa-apa kalau aku memberikannya?" Tanya Luna. "Tidak apa. Aku sudah siap kakakku melihatku walau dia tidak bisa menyentuhku." Jawab Rio sambil menghela nafas panjang.
Luna mulai merogoh saku celananya dan mengeluarkan cincin yang memang setiap harinya dia bawa. "Pakai ini. Kamu memang bisa melihatnya, tapi kamu tidak bisa menyentuhnya. Tapi tenang saja, kamu tetap bisa berbicara dengannya." Kata Luna lalu memasangkan cincinnya di jari manis Leo. Leo hanya menutup matanya.
Dengan perlahan Leo membuka matanya setelah cincin itu bertengger sempurna di jari manisnya. Dia mulai melihat sekeliling dan matanya menuju sesosok laki-laki dengan wajah pucat dan pakaian yang sama saat terkahir kali mereka bersama yang berada di sisi kanan ranjangnya. Air matanya mulai mengalir bersamaan dengan air mata adiknya.
Luna menyadari keberadaannya akan mengganggu acara nostalgia kakak beradik yang berbeda alam ini. Akhirnya dia memilih pergi secara diam-diam saat keduanya sedang menangis bersama. Sebelum menutup pintu, dia tersenyum melihat kakak beradik itu bernostalgia. Rio, akhirnya impianmu tercapai juga. Batin Luna dan akhirnya menutup pintu.
Saat berjalan ke luar rumah sakit, dia baru menyadari kalau dia belum menelepon Verel dan Ravi. "Dasar bodoh! Pasti mereka sangat khawatir. Oh iya! HP ku tertinggal di mobil dan tadi juga naik mobil Verel saat ke sini." Gerutunya. Dengan sedikit berlari, Luna segera ke luar rumah sakit dan mencegat taksi. Lalu segera menuju kantor.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vomment ya!
