Jongin membuka pintu rooftop sekolah dengan tergesa - gesa. Matanya memandang berkeliling sambil menetralkan nafasnya. Berlari dari kelasnya sampai ke rooftop tanpa persiapan benar - benar membuatnya lelah.
"Aish, kemana dia?"gumam Jongin.
Setelah merasa tidak mendapatkan apa yang ia cari, Jongin membalikan tubuhnya, hendak kembali ke kelas. Namun, tepat saat Jongin membuka pintu rooftop, ia mendengar samar - samar isakan perempuan. Ia melangkahkan kakinya pelan menuju sumber suara.
Tepat disisi samping sebelah kanan bangunan rooftop, Jongin mendapatkan apa yang ia cari. Disana terdapat Park Jihyun yang tengah duduk bersender pada dinding sambil memeluk kedua kakinya. Sesekali bahunya naik turun disertai isakan kecil yang berasal dari mulutnya.
"Hei."tegur Jongin. Jihyun yang baru saja menyadari keberadaan Jongin buru - buru menghapus butiran air yang jatuh layaknya air terjun dari matanya. Ya, dia sudah cukup banyak menangis sejak tiba di rooftop beberapa menit lalu.
Jongin menghela nafas kasar, mengeluarkan sapu tangan miliknya dari dalam saku. "Ambil." Jihyun mengangkat kepalanya, menoleh ke kanan agar bisa melihat Jongin dengan pandangan yang seolah - olah berkata "Apa?"
"Aku tidak akan menawarkannya dua kali, jadi cepat ambil." Jongin kembali menyodorkan sapu tangannya.
"Terimakasih."
"Ada masalah apa?" Jongin mendudukan dirinya tepat di samping Jihyun.
"Kenapa kamu kesini?"
"Memangnya kenapa? ini rooftop sekolah. siapa saja boleh datang."
Jihyun kembali memeluk kakinya, pandangannya lurus ke depan. Jongin benar, siapa saja boleh datang ke tempat ini. Tempat ini kan bukan tempat khusus yang hanya boleh didatangi olehnya.
"Ada masalah apa?"tanya Jongin lagi.
"Tidak ada,"jawab Jihyun singkat. "dan jika ada itu bukan urusanmu."
"Masih marah gara - gara tadi pagi kuturunkan di jalan ya?" Jihyun menoleh, menatap Jongin yang kini tengah menatapnya dengan bertanya - tanya.
"Tidak. Itu pilihan yang sangat tepat untukmu."kata Jihyun.
"Tapi kamu terlambat..."
"Ya lalu? lagi pula bagus juga sesekali datang terlambat." Jihyun mengalihkan pandangannya ke langit.
"Maaf." Jihyun mengangkat aslinya. Ini kali pertama ia mendengar kata maaf dari seorang Kim Jongin.
"Hei,"panggil Jongin. "Kenapa lututmu?" Jongin menunjuk lutut Jihyun yang berwarna kemerahan. Sepertinya tidak hanya memerah tapi juga berdarah.
Dengan cepat Jihyun menutupi lututnya dengan tangannya. "Tidak apa."
"Kamu tidak punya kata lain selain itu ya?"decak Jongin. "ayo cepat." Jongin berdiri dari duduknya.
"Kemana?"
"uks."
"Tidak mau."tolak Jihyun.
Jongin kembali berdecak. "Kemarikan sapu tangannya."
"Hah?"
"Sudah, cepat."
"Apa yangㅡhei!!!"
"Sht! Diam!"ucap Jongin. Kini ia berada di depan Jihyun. Entah apa yang ia lakukan dengan sapu tangan dan lutut Jihyun. "selesai. Pastikan kau mencucinya sebelum mengembalikan."kata Jongin, berdiri.
Jihyun memandang lututnya yang telah berbalut sapu tangan. "Hei," Jihyun menoleh untuk melihat lawan bicaranya, namun yang menjadi lawan bicaranya telah pergi. Jihyun tersenyum kecil. "terimakasih."
***
"Ji, aku ada urusan kamu gak papakan kalau sendirian?"tanya Yuri. Sekarang posisinya mereka lagi di koridor sekolah, Jihyun kelupaan sesuatu di kelas dan minta Yuri buat nemenin dia balik.
"Iya gak papa. Ya udah, aku ke kelas dulu."
Yuri mengangguk. "Ok, aku juga mau balik."
Setelah mengucapkan salam perpisahan, mereka pergi menuju arah yang berlawanan.
"Sudah kubilang! seharusnya kamu dengarkan perkataanku waktu itu."ucap Baekhyun, percaya diri.
"Kamu sering main - main sih, makanya aku gak percaya."kata Kyungsoo pada Baekhyun.
"Kalau begitu dengarkan perkataanku mulai sekarang." Baekhyun mengangkat kepalanya sedikit, menyombongkan diri.
"Jangan - jangan, baru begini saja dia sudah berlagak. Lebih baik jangan ikuti dia."saran Jongin pada Kyungsoo.
"Sebaliknya, jangan ikuti Jongin. Coba lihat semua tebakannya tidak ada yang benar. Kamu lihat saja nilai ulangannya kemarin, dia bilang dia yakin bisa mendapatkan nilai sembilan tapi kenyataannyaㅡ"
"Ei! Kenapa malah bawa - bawa nilai?"kata Jongin malas.
"Tapi aku benarkan? Nilaimuㅡ"
"Ah, sudahlah sudahlah. Kali ini kamu menang."potong Jongin, Baekhyun bersorak. "Lain kali jangan ungkit nilai laknat itu lagi."
Tepat saat itu mereka berpapasan dengan Park Jihyun.
"Ok. Kemana kita sekarang?"tanya Baekhyun pada teman - temannya.
"Kemana lagi selain ke base camp."kata Kyungsoo.
"Hei, Kim Jongin, kamu ikut tidak?"tanya Baekhyun.
"Sudah ku katakan aku berjanji untuk membersihkan rumah hari ini."kata Jongin pada Baekhyun.
"Ei~ serius nih? kufikir kamu becanda waktu ngomong begitu tadi pagi." Baekhyun menyikut Jongin.
"Tapi Suho dan Chanyeol sudah pergi lebih dulu daripada kami, jadi tolong antarkan kami ke sana ya."pinta Baekhyun.
"Tapi akuㅡ"
"Oh ayolah Kkamjong, kita kan teman. Masa kamu tega melihat tiga temanmu ini sempit - sempitan di bus dan kamu enak - enakan di mobil." Baekhyun menyikut Jongin lagi.
"Ah, baiklah. Aku hanya akan mengantar, ok."
"Ok! Terserah padamu!"ucap Baekhyun, gembira.
"Ya, kalian pergi duluan, aku ketinggalan sesuatu. Tunggu aku di parkiran."kata Sehun.
"Memangnya apa yang tertinggalㅡHei, Oh Sehun!"teriak Baekhyun pada Sehun yang telah berlari menjauh.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Just Dream
FanfictionSerumah sama siswa paling tenar di sekolah? kok bisa? #9 on Kim Jongin 17/06/18