Oknum bernama Park Jihyun ini harusnya sadar dengan sekitar semenjak teman satu satunya itu menjauh darinya. Tapi sayang, pemudi Park ini tidak peka. Bahkan menjelang ujian yang bisa dihitung dengan jari saja dia tidak kunjung mengangkat suara tentang masalah antara dirinya dan teman-satu-satunya itu.
Ya, tidak apa. Katakan saja Jihyun pengecut. Karena kenyataannya memang seperti itu.
Dia fikir, masalah yang sudah sangat lama ini tidak bisa diperbaikinya lagi.
Sehun
Hei, Park Jihyun. Lagi dimana?
12:43Kelas.
Read|12:45Kenapa?
Read|12:45Sehun
Bisa minta tolong gak?
12:45Sehun
Ambilin buku anak kelas
di meja Pak Choi
12:45Sehun
Aku dipanggil kepsek
12:45Sehun
Nanti bagikan bukunya
terus kerjain soal yang
kemarin dikasih
12:46Sehun
Tolong ya
12:46Jihyun menghela nafas setelah mengiyakan permintaan Sehun. Pemudi Park ini berdiri dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi mengambil buku - buku teman sekelasnya.
Si pemudi Park menutup pintu ruang guru dengan susah payah. Buku - buku yang berada di dekapannya membuat dirinya kesulitan untuk menggerakkan tanganㅡsungguh, dia tidak ingin buku tulis yang berjumlah tiga puluh enam ini berakhir berhamburan secara mengenaskan di lantai. Setelah memastikan bahwa pintu telah tertutup rapat, pemudi Park melangkahkan kakinya secara perlahan namun pasti. Sesekali ia berhenti di tengah jalan, membenarkan posisi buku yang hampir keluar dari jalurnya.
"Sini kubantu."
Jihyun bergidik ketika mendengar suara yang begitu familiar dari belakang tubuhnya. Sosok itu berjalan mendekat dan mengambil alih setengah dari buku yang dibawa Jihyun.
"Kenapa kau ada disini?"tanya Jihyun pada sosok yang kini berada di sampingnya.
"Aku diminta tolong oleh Suho untuk mengambil buku di meja Pak Choi, tapi guru disana bilang ada seseorang yang sudah mengambilnya." Sosok itu menjawab tanpa menoleh pada Jihyun, bahkan bereskpresipun tidak.
Jihyun mengangguk mengerti. Tapi mengapa Sehun dan Suho sama sama disuruh mengambil buku yang ada di meja Pak Choi? Apa Pak Choi lupa telah menyuruh seseorang dari mereka lalu menyuruh orang lain lagi untuk mengambilnya?
Keheningan terjadi begitu saja. Suara para guru yang mengajar dari setiap kelas yang mereka lewati memenuhi koridor sekolah yang entah kenapa begitu sepi hari ini. Biasanya ada satu dua murid sekolah yang berdiri di luar kelas, entah tidak ada guru atau sedang dihukum karena tidak membawa pr.
"A-Yuri... Aku minta maaf." Jihyun bersuara, menghentikan langkah Kim Yuri yang hendak menaiki tangga menuju kelas mereka.
Yuri yang merasa bahwa Jihyun berbicara padanya, berbalik. Ditatapnya Jihyun sambil memasang raut wajah yang mengatakan "Kenapa?"
Jihyun memejamkan matanya. Menarik nafas dalam sebelum mengatakan, "Maaf, aku membohongimu waktu itu,"
"Ceritanya panjang. Aku bahkan percaya kalau kamu tidak akan mempercayai apa yang kukatakan. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku tidak memiliki perasaan apapun pada Suho,"
"Suhoㅡdia orang yang membantuku untuk menyelesaikan masalah ini. Dia orang yang baik, tapi aku tidak menaruh hati padanya, sungguh."
Yuri mendengus ketika Jihyun selesai dengan penjelasannya. "Kau tahu? Aku sahabatmu tapi kamu tidak menceritakan apa apa padaku. Tak peduli apapun masalahmu pasti aku akan coba membantu, tapi nyatanya apa? Kamu menutupi semuanya dariku. Memangnya aku ini apa bagimu?"
Jihyun membeku. Lidahnya terasa kelu walaupun dia mencoba untuk membalas tutur kata Yuri. Ada beberapa point yang Jihyun rasa bahwa Yuri benar. Sepertinya selama ini Jihyun terlalu berlebihan. Seharusnya dari awal ia menceritakan segalanya pada Yuri, jadi permasalah ini tidak akan terjadiㅡatau mungkin tidak akan serumit ini.
"Ck, lihat kan!? Kamu bahkan tidak bisa menjawab pertanyaanku." Yuri bersuara lagi, kini nadanya lebih sarkas dari sebelumnya. Tapi, sekali lagi Jihyun tidak dapat menyanggah perkataan yang keluar dari mulut Yuri.
Yuri mendengus kesal, setelahnya ia berbalik. Melangkahkan satu persatu kakinya menaiki anak tangga sambil mendekap buku yang ia bagi setengah dengan Jihyun.
Jihyun merutuki dirinya sendiri. Padahal ini kesempatan emas untuk memperbaiki persahabatan mereka. Tapi entah kenapa secara tiba - tiba lidahnya menjadi kelu. Aish, Park Jihyun kenapa dirimu sebodoh ini?
Pemudi Park itu menarik nafas dalam ketika melihat lawan bicaranya tadi sudah melangkah jauh di depan. Tangannya mengepal kuat sebelum tiga buah kata keluar dari mulutnya begitu saja. "Kim Yuri dengar!"
***
"Jadiㅡmaksudmuㅡah tunggu aku bingung." Yuri menopang dagunya pada telapak kirinya, dahinya mengerutㅡtanda bahwa dia bingung dengan pernyataan lawan bicaranya yang duduk di depannya. Memang, saat ini Jihyun dan Yuri sedang duduk di kantin, setelah Jihyun mengatakan point pentingnya di tangga tadi, Yuri langsung menarik Jihyun untuk mengantarkan buku ke kelas. Setelah itu mereka berdua ngacir ke kantin.
Jihyun menarik nafas sebelum menanggapi perkataan pemudi Kim di depannya. "Ya begitu, aku tinggal di rumahnyaㅡkemudian masalah ini datang. Setelah masalah ini selesai, dia membenciku karena aku memberitahu sahabatnya kalau kami tinggal di rumah yang samaㅡdan dengan tiba - tiba saat aku, kak Minseok, dan dia tak sengaja bertemu, Kak Minseok bilang bahwa dialah orangnya."
"Tunggu sebentar, bagaimana bisa Kak Minseok seyakin itu? Maksudku, kamu yang sudah tiga tahun belakangan ini bertemu dengannya saja tidak mengenali bahwa itu diaㅡpenyelamat hidupmuㅡyang fotonya mendekam bertahun - tahun di loker." Yuri bersuara, ia masih sedikit tidak paham dengan alur cerita pemudi Park di depannya.
"Aku juga tidak tahu. Aku bahkan terus menghindari Kak Minseok yang terus menanyakan perihal iniㅡaku takut, aku tidak siap menerima kenyataan bahwa orang itu adalah dia."
Yuri tersenyum simpul, berniat menenangkan sahabatnya yang nyatanya malah semakin gelisah. "Ji, dengarkan aku. Kamu menunggu tiga belas tahun bukan untuk ini, 'kan? Tiga belas tahun. Kurasa itu cukup untuk menyadari bahwa dia mungkin tidak sesuai ekspetasimuㅡ"
"Aku tidak mempermasalahkan itu Yu, hanya sajaㅡkenapa hal ini muncul ketika aku sedang memiliki masalah dengannya?" Jihyun memotong perkataan Yuri dengan terburu - buru.
"Aku tahuㅡaku mengerti, Ji. Memang tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinginan kita. Tapi percaya padaku, dibalik ini semua Tuhan sudah menyiapkan skenario terbaik untukmu. Tunggu dan jalanin saja, oke?"
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Just Dream
FanficSerumah sama siswa paling tenar di sekolah? kok bisa? #9 on Kim Jongin 17/06/18