Part 12

697 45 4
                                    

"Jong, temen kamu dibawah tuh." Nyonya Kim membuka pintu kamar anaknya sedikit sambil menengokan kepalanya ke dalam, melihat anaknya yang sedang bermalas - malasan di atas tempat tidur.

"Siapa, Ma?"tanya Jongin, memandang mamanya tanpa merubah posisinya.

"Ya kamu lihat sendiri sana. Cepetan, gak enak ditungguin tamu."perintah Nyonya Kim, pergi meninggalkan kamar anaknya dengan pintu yang sengaja dibiarkan terbuka.

Jongin menggulingkan tubuhnya kesisi ranjang lalu berdiri, bersiap turun kebawah guna menyapa temannya walaupun dirinya sendiri merasa malas.



"Ngapain kalian kesini?"tanya Jongin ketika melihat Suho dan Baekhyun duduk di sofa ruang tamu sambil membicarakan sesuatu.

"Wesh... datang - datang galak. Memangnya gak boleh main - main kesini?" Baekhyun yang tadi sedang fokus mendengarkan Suho berbicara segera menaruh atensinya pada Jongin.

"Ya, bukan gitu sih..." Jongin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Diminum ya." Jongin membulatkan matanya ketika melihat Jihyun melewati dirinya sambil menaruh cangkir yang berisi teh di depan Baekhyun, Suho, lalu dirinya.

"Makasih."kata Suho dan Baekhyun bersamaan.

"Ka-kamu ngapain..." Jongin menatap Jihyun, shock. Mulutnya kaku. Tak tahu apa yang harus ia katakan pada kedua temannya ketika melihat Jihyun berada dirumahnya.

Berbeda dengan ekspetasi Jongin,  kedua temannya itu malah menertawakan dirinya. "Santai aja kali, Jong."ucap Suho.

"Kita berdua udah tau kok, Jihyun udah cerita semuanya."tambah Baekhyun. Jongin menolehkan kepalanya, menatap Jihyun dengan death glarenya. Jihyun yang merasa tak nyaman dipandang begitu, mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Jong, kamu tuh harusnyaㅡ"

"Eh, aku ke sana dulu ya... jangan lupa diminum." Jihyun menunjuk arah dapur dengan ibu jarinya, setelah itu ia melesat pergi.

"Jadi, ada apa?"tanya Jongin kepada kedua temannya setelah memastikan bahwa Jihyun benar - benar memasuki dapur.

"Gak mau cerita sesuatu tentang kasus perusakan gudang?"tanya Suho balik, tersenyum.

***

Hari kedua sejak Jongin diskors benar - benar berat bagi Suho. Hari ini  sudah tiga kali  dirinya mengitari sekolah. Bolak - balik dari kelas - ruang guru - ruang kepala sekolah hanya untuk menuntaskan kasus Jongin yang menurut dirinya adalah pencemaran nama baik.

"Tidak bisa. Tidak ada bukti kuat. Kalaupun hanya ini, bukti yang ada masih kurang. Tidak sebanding dengan video itu yang merupakan bukti kuat."

Suho meremas tangannya kuat - kuat. Perkataan kepala sekolah saat dirinya selesai menjelaskan bukti - bukti yang dikumpulkannya dari Jongin benar - benar membuatnya kesal.

"Sinting! Bagaimana bisa sekolah tidak menyelidiki masalah ini? Seharusnya mereka sadar ada yang salah disini."omel Suho pada dirinya sendiri, berjalan cepat menyusuri koridor kelas sebelas.

"Hei! Aku tidak pernah bilang begitu!"

"Ah, jangan bilang kamu masih menunggu orang itu?"

"Kalau tidak kutunggu sudah kubuang fotonya dari jauh jauh hari."

Suho mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara yang ia kenal. Jihyun baru saja menuruni tangga bersama Yuri yang sedang menyikutnya sambil tertawa.

"Park Jihyun... bisa bicara sebentar?"kata Suho ketika Yuri dan Jihyun melintas di depannya.

Jihyun menatap Suho sebentar, lalu memandang Yuri yang juga sedang menatapnya. "Ku tunggu di tangga bawah."pesan Yuri pada Jihyun sebelum dirinya pergi.

"Ada apa?"tanya Jihyun pada Suho ketika Yuri menuruni anak tangga.

"Aku sudah bicara pada kepala sekolah." Jihyun menarik tubuhnya sedikit mendekat ketika menyadari arah pembicaraan Suho.

"Kita harus punya bukti yang lebih kuat." Jihyun menarik nafas dalam ketika mendengar perkataan Suho. Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat. Saling terjun pada pemikiran masing - masing tentang hal apa yang harus mereka lakukan selanjutnya.

"Ah," Jihyun mulai bersuara. Suho yang tadi sedang berfikir, mengalihkan atensinya pada Jihyun. "Orang yang memposting video itu... bukankan kita bisa mencari informasinya?"

"Maksudmu?" Suho mengerutkan dahinya, masih mencoba untuk mencerna perkataan Jihyun.

"Saat pendaftaran kita harus menggunakan data asli yang tercantum di sekolah, kan?"

"Ya, lalu?"

"Berarti, jika kita mencari profile orang itu, kita akan menemukan data asli dirinya."

Bingo! Itu dia caranya. Entah akan seperti apa jika Suho tidak mengatakan hal ini pada Jihyun.

Suho memegang pundak Jihyun. "Terimakasih, idemu benar benar briliant, aku bahkan tidak memikirkannya sampai situ." Jihyun tersenyum malu, ini kali pertama dirinya dipuji seperti ini.

"Ah, gak papa. Sudah kan? Kalau begitu aku pergi dulu ya." Jihyun tersenyum lalu pergi meninggalkan Suho, menyusul Kim Yuri yang sudah menunggunya dibawah tangga.

"Terimakasih ya!"kata Suho lagi, Jihyun hanya menanggapi dengan senyuman lalu buru - buru menuruni anak tangga. Entah tergesa - gesa atau merasa malu dengan sanjungan yang iya terima, mungkin...?

Suho menaiki anak tangga dengan perasaan senang. Kata - kata Jihyun benar - benar berdampak besar bagi moodnya. Mood yang tadinya hancur akibat perkataan kepala sekolah membaik begitu saja ketika mendengar perkataan Jihyun.

"Ei, kenapa kau senyum senyum sendiri?"tanya Kyungsoo ketika Suho menginjakan kakinya pada anak tangga ke duabelas.

"Siapa yang senyum senyum?"kata Suho, namun dirinya masih tersenyum seperti tadi.

"Tentu saja dirimu! Ada apa, hm? Bertemu pujaan hati?"goda Chanyeol.

"Apa yang kau bicarakan?" Suho memandang Chanyeol, kaget.

"Ah... sepertinya aku benar. Kau bertemu pujaan hatimu, 'kan?"kata Chanyeol, lagi.

"Pujaan hati apanya?"

"Iya, 'kan?" Suho tersenyum sedikit. "Ah sudahlah, cepat masuk ada yang ingin kutanyakan."

Chanyeol dan Kyungsoo saling tatap. Lalu sama - sama mengatakan, "Ciye..."

"Kira - kira siapa ibu negaranya?"tanya Kyungsoo pada Chanyeol.

"He-hentikan! Cepat masuk sana!"perintah Suho pada kedua temannya.

"Em... siapa ya? Adik kelas? Seangkatan? Atau jangan - jangan sekelas kitㅡ"

"Cepat sana masuk!" Suho mendorong Chanyeol dan Kyungsoo bergantian memasuki kelas.

-tbc-

[✓] Just DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang