Part 9

608 41 4
                                    


Jongin menelan ludah kasar, mempersiapkan diri untuk menghadapi seribu satu kemungkinan saat ia berdiri menghadap Suho.

"Ada apa?"tanya Jongin sedikit takut. Wajah Suho yang sedang marah begitu mengerikan dimatanya.

"Apa yang kau lakukan kemarin hah?" Jongin menelan ludah. Kemarin? Kemarin kan dia...

"Aku tidak melakukan apㅡ"

"Jangan membodohiku, Kim Jongin. Ini apa!?" Suho menarik Jongin ke depan layar ponselnya, disitu terputar sebuah video dengan durasi empat puluh lima detik dengan seorang laki - laki yang berparas seperti Jonginㅡah tunggu, sepertinya itu benar - benar dirinya.

Jongin membulatkan matanya ketika video tersebut telah mencapai durasi empat puluh detik.
"Ba-bagaimana bisa?" Jongin menatap Suho, tak percaya.

"Seharusnya aku yang bilang begitu, Kim Jongin. Bagaimana bisa kamu menerobos masuk gudang yang jelas - jelas tidak boleh diakses seorang muridpun?"

"A-aku..."

"Bahkan kamu sampai merusak dinding papan dibelakang gudang. Sebenarnya apa yang kamu fikirkan, hah?"

"Suho, aku..."

"Kim Jongin! Ikut Bapak sekarang!" Jongin menoleh, tak jauh di belakangnya berdiri Pak Shin dan jangan lupakan Sehun yang mengekori dibelakang sambil melafalkan kata "Maaf."

***

"Jadi, jelaskan apa tujuanmu melakukan hal itu." Jongin menundukan kepalanya ketika Pak Shin mulai mengintrogasi.

"Maaf Pak, tapi itu bukan sepenuhnya salah saya."jawab Jongin, memberanikan diri.

Pak Shin mengangkat alisnya. "Kim Jongin, dalam video ini sudah jelas sekali hanya ada kamu sendiri disana. Lantas, siapa lagi yang ingin kamu salahkan?"

Jongin menelan ludah. Dia tidak tahu ingin menjawab seperti apa.

"Kamu saja tidak punya bukti. Bagaimana Bapak bisa mempercayainya!?"

Ah! benar, bukti! Kertas yang ia temukan di dalam laci Jihyun adalah bukti terkuat untuk saat ini.
Hanya saja, ia tidak tahu dimana kertas itu berada sekarang.

"Bukti... saya punya bukti." Jongin berdiri dari kursinya.

"Hei, mau kemana kamu!?"teriak Pak Shin ketika melihat Jongin sudah membuka pintu ruangannya.

"Saya akan kembali lagi Pak!" Jongin segera melesat pergi sesaat setelah menyelesaikan perkataannya.


Jongin mengambil langkah seribu menuju kelasnya, dalam hatinya ia berharap bahwa bukti itu belum hilang.

Jongin menggeser pintu kelasnya dengan kasar, membuat teman - teman sekelasnya yang berada di dalam terlonjak kaget. Ia berlari menuju tempat duduknya, memeriksa laci meja miliknya dengan teliti.

"Sial, kemana kertas itu?"monolog Jongin yang kemudian beralih memeriksa saku celana dan tasnya.

"Ei, Jongin! Sedang cari apa?" Baekhyun yang baru saja sampai di kelas langsung mendatangin temannya itu.

"Ha? Ah, kertas."jawab Jongin, menatap lurus ke arah Baekhyun sebentar, lalu kembali membongkar isi tasnya.

"Hah? Kertas? Kertas apa? Jangan - jangan kertas remed ya!? Makanya kalau remed tuh langsung dikumpㅡHEH" Baekhyun setengah berteriak ketika Jongin melemparkan buku tulis ke arahnya dengan sengaja.

"Bacot." Jongin menutup tasnya lalu berjalan menuju keluar kelas, meninggalkan Baekhyun yang menatap punggung Jongin dengan heran.  "Tuh anak pms ya?"

***

Jihyun membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya memasuki indra pengelihatannya.

"Uh, jam berapa ini?" Jihyun menolehkan kepalanya ke kanan, ke arah nakas, tepat dimana jam wekernya berada.

Jihyun menyipitkan matanya sedikit, jam sepuluh lewat empat menit. Oh, bagus sekali! Dia menumpang tinggal di rumah orang dan bangun kesiangan, padahal dia tidur lebih awal kemarin.

Jihyun bangun, merubah posisinya menjadi duduk.
Kembali ia arahkan pandangannya menuju nakas untuk memastikan bahwa jamnya mati atau tidakㅡyah, untuk jaga - jaga saja, siapa tahu jamnya mati tadi malam dan ini belum jam sepuluh pagi.

"O-sejak kapan ini disini?" Jihyun mengambil ponselnya yang terletak disamping jam weker. Ia menyalakan ponselnya untuk mengecek apakah itu benar - benar ponselnya atau tidak.
Setelah ponsel itu menampilkan homescreen yang merupakan foto dirinya, Jihyun bernafas lega. "Ya Tuhan, untung saja tidak hilang."

"Oh iya, uangku." Jihyun membuka casing ponselnya, berharap bahwa uangnya tiㅡhilang!!!

"U-uang... uangku kemana?" Jihyun menatap casing ponselnya nanar. Disana hanya terselip secarik kertas yang menurut Jihyun tidak pernah ia selipkan.
Jihyun mengambil kertas itu lalu membukanya.

"Loh, kok bisa ada disini?"


-tbc-

[✓] Just DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang