Part 20

414 32 8
                                    

Mobil milik Minseok berhenti di tempat parkir sebuah minimarket yang terletak di pinggir jalan. Si empunya mobil menolehkan kepalanya, memandang seseorang yang tertidur pulas di jok samping kemudi. Sudut bibirnya tertarik kala mendapati aura kedamaian menghiasi wajah seseorang berambut panjang di sebelahnya.

"Oh iya!"gumam Minseok ketika teringat akan sesuatu, dengan hati - hati dibukanya pintu mobil. Perlahan diturunkan kaki kanannya terlebih dahulu, sambil melihat kearah sampingㅡberharap tidak membangunkan seseorang yang menjadi alasannya berada di depan minimarket ini sekarang.

"Uh..." Minseok menarik nafas ketika mendengar suara dari jok mobilnya. "ini... dimana Kak?" Dihelanya nafas panjang. Sia - sia sudah perjuangannya untuk tidak membangunkan adik sepupu kesayangannya.

"Minimarket Ji."

Jihyun memandang kearah Minseok, kosong. Digaruknya pipi yang sama sekali tidak gatal sambil menoleh kesana kemari, sampai matanya mengangkap papan reklame minimarket yang terletak diatas toko.
Matanya nyari melompat dari tempatnya. Kesadarannya benar - benar kembali saat melihat alamat tempat minimarket ini berada.

"Ngapain ke sini, Kak?" Jihyun menoleh kearah Minseok yang baru saja menutup kembali pintu mobilnya.

"Mau beliin kamu okdongja."

"Kok Kakak tau di sini ada okdongjㅡah..." Jihyun mengangguk mengerti ketika mengingat bahwa kemarin Chen membawakan dirinya okdongja. Sudah dapat dipastikan bahwa kakak sepupunya ini mendapatkan info tentang tempat yang menjual okdongja dari temannya itu.
Ah, tapi setelah difikir - fikir apa hanya tempat ini yang menjual okdongja?

"Kamu keliatannya badmood banget, sampai aku ngomong aja gak didengerin,"kata Minseok yang langsung disambut cengirian oleh Jihyun. Ketahuan ternyata. "Makanya aku tanya Chen tempat dia beli okdongja dimana. Siapa tahu abis makan okdongja kamu ceria lagi."

Tuhkan, bisa ditebak!

"Kamu ikut masuk gak?"tanya Minseok, membuka kembali pintu mobilnya.

Jihyun mengangguk, semangat.
Tidak ada kata tidak jika sudah berurusan dengan yang namanya okdongja.
Lagi pula hanya okdongja pendongkrak semangatnya saat ini.

"Aku mau cari makanan ringan." Minseok menunjuk salah satu rak begitu memasuki minimarket. Jihyun mengangguk, mengambil arah yang berbeda dengan Minseok. Rak makanan ringan berada di paling ujung, sedangkan sliding curve glass freezer berada di tengah.

Garis bibirnya membentuk bulan sabit ketika melihat es krim incarannya masih membeku di dalam sana. Sama seperti sebelumnya, okdongja yangㅡ

Srek!

"Kali ini aku yang ambil." Jihyun membatu ketika seseorang mengambil okdongjaㅡyang seharusnya merupakan miliknyaㅡlebih dulu dari dirinya.

"Hㅡhei! Kim Joㅡ"

"Loh, kamu si okdongja, 'kan!?" Minseok menunjuk orang yang mengambil okdongja lebih dulu dari Jihyunㅡyang tak lain adalah Jonginㅡsaat dirinya berpapasan dengan orang itu ketika melangkah keluar dari rak makanan ringan.

Jongin terpenjat kaget ketika mendengar kata - kata yang keluar dari mulut Minseok. Sedangkan Jihyun memandang kakak sepupunya itu dengan tatapan binggung.

"Maksud Kakak apa?"tanya Jihyun, mendatangi Minseok dan Jongin.

Minseok mengarahkan pandangannya pada adik sepupunya serasa tersenyum, "Anak laki - laki yang pernah memberikan okdongja stroberi waktu kamu tersesat dulu itu 'kan dia."

Jihyun membelalakan matanya tak percaya. Anak laki - laki yang memberikan okdongja padanya, katanya. Orang yang membuatnya jatuh cinta pada okdongja rasa stroberi, orang yang menyelamatkan nyawanya ketika masih kecil dulu, orang yang fotonya selalu disimpan dalam loker sekolahnya. Ha... baㅡbagaimana bisa? Orang itu dan Kim Jongin?

"Tunggu sebentar, jangan bilang kalauㅡ" Jihyun melangkah maju, menarik kakak sepupunya menuju meja kasir tanpa mendengarkan perkataan Jongin. Sekarang ini ia tidak ingin menghadapi kenyataan. Kenyataan yang mengatakan bahwa bocah kecil yang menyelamatkan hidupnya beberapa tahun lalu adalah Kim Jongin, teman sekelasnya yang kelihatan membencinya.

***

Selama perjalanan menuju rumah wajah Jihyun ditekuk. Dilipatnya kedua tangan di depan dada sambil sesekali berdecak sebal ketika mengingat kejadian yang terjadi di minimarket tadi.

"Kenapa sih, Ji?" Minseok memulai percakapan, diliriknya sekilas adik sepupunya itu.

"Apanya yang kenapa?" Jihyun balas bertanya dengan ketus. Sorot matanya menatap jalanan, tidak ada niat untuk melihat kakak sepupunya.

"Ya kamu,"kata Minseok, membuat kedua alis Jihyun tertaut.

"Kenapa tadi langsung ngacir waktu ketemu si okdoㅡ"

"Aaㅡtutup mulut!  Jangan sebut nama dia lagi!" Jihyun menutup kedua telinganya rapat - rapat, tidak ingin mendengar julukanㅡatau lebih tepatnya nama es krim itu lagi.

Minseok melirik Jihyun keheranan ketika melihat respon adik sepupunya.

Minseok menghela nafas berat.
Jika adik sepupunya itu sudah ngambek seperti ini, hanya ada satu cara untuk membuat moodnya kembali bangkit.

"Ji, wanna grab some snack?"tawar Minseok, diliriknya adik sepupunya yang berada dibagian kiri jok mobilnya saat si mobil berhenti pada lampu merah.

Tak ada jawaban dari Jihyun. Bahkan menolehpun tidak.

Minseok menghela nafas, dilanjutkannya tawaran yang dia berikan pada Jihyun. "Netflix and chill, heum?"

Jihyun masih bergeming. Tapi, bukan Minseok namanya kalau menyerah segampang itu dalam hal membujuk adik sepupunya ini.

"Aku beliin kepiting deh ya," Minseok kembali menawarkan Jihyun dengan tawaran yang semakin menggiurkan (bagi Jihyun). "Kepiting depan taman kita main dulu."

Minseok kembali fokus pada jalanan di depannya. Tidak perlu melihat respon adik sepupunya lagi, dia sudah yakin 10000% tawarannya yang satu ini akan berhasil dengan mulus.

Yah, siapa sih yang mau nolak ditraktir makanan kesukaan di tempat yang menjadi saksi bisu 1001 kenangan berharga masa kecil dengan orang yang berada dalam semua kenangan itu?

Coba beritahu padaku jika ada orang yang menolaknya. Yang jelas, Jihyun tidak akanㅡatau bahkan tidak akan pernahㅡmenolak ajakan itu.

-tbc-

[✓] Just DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang