24 / STYLES?

51 3 1
                                    

Dua ruang yang berbeda dalam satu rumah. Satunya berisi kebahagian dan satunya lagi berisi ketegangan. Mereka semua sama sama tidak mengetahui apa yang terjadi pada ruangan lain maupun sebaliknya.

Di kamar harry terlihat dua orang yang sedang duduk berhadapan. Sesuatu yang penting sedang mereka bicarakan saat ini terlihat dari Harry yang mulai berkeringat dingin dan Elektra yang terus bertanya.

"Mungkin sebaiknya kupanggil louis"ujar harry. Kakinya pun melangkah membawanya ke arah kamar mendiang sang kakak. Dilihatnya dua orang yang sedang bercanda. Terlihat sangat bahagia. Tetapi tidak bagi harry. Terdapat rasa sakit pada hatinya saat melihat itu semua. Pun harry masuk dan mengulas senyuman miris kepada mereka.

"Louis sudah saatnya"ucap harry

Ucapan harry sukses membuat tubuh louis membeku. Mungkin hawa kebahagiaan telah berganti menjadi hawa ketegangan bagi louis. Muka manisnya perlahan lahan memucat ditambah keringat yang mengucur dengan deras. Kau tau louis sangat menyayangi elektra dan enggan untuk melepasnya pergi, ia tak mau kejadian yang sama terulang kembali Ia tak percaya bahwa waktu yang ia hindari akan terjadi saat ini. Pun dengan berat hati louis mengikuti langkah harry, meninggalkan lily yang pastinya dipenuhi segudang pertanyaan di dalam otaknya. Namun sayang lily tak akan menemukan jawabannya di dalam google.

"Kau sudah siap?"tanya harry. Raut wajah harry sangatlah khawatir. Ia takut keluarganya akan terancam. Melihat itu louis segera menenangkan sahabatnya

"Aku yang berbohong mengapa kau yang gugup?". Louis terkekeh kecil. "Doakan aku agar tak berpisah dengannya"

"Tentu. Kau tau aku men ship kalian berdua"

Louis mengambil nafas dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Kurasa ia sudah siap. Diputarnya kenop pintu tersebut dan terlihatlah seorang gadis sedang duduk di atas tempat tidur menghadap ke jendela

Gadis itu menoleh setelah louis menutup pintunya. "Duduklah louis". Elektra menepul nepuk bagian kasur di sebelahnya yang kosong.

Pun louis berjalan ke arahnya dan mendaratkan bokongnya di samping kiri elektra.

Terjadi keheningan yang cukup lama diantara mereka sampai suara parau louis memulai percakapan.

"Maaf"

"Untuk?"tanya elektra bingung

Louis mendongakkan kepalanya. Dengan segenap keberaniannya mata birunya menatap mata coklat gadisnya.

"Maaf untuk semuanya"

"Kau tau louis Aku tak butuh maafmu Aku hanya butuh penjelasan darimu". Elektra mengulas senyum tipisnya. "Atau kupanggil harry saja agar dia yang menjelaskannya padaku"tawar elektra sembari berjalan meninggalkan louis.

Rasa gugup yang dialami louis semakin memuncak. Ia tak tau harus melakukan apa. Lidah nya terasa kelu. Otak dan hatinya tidak sejalan.

"Tunggu"hanya kata itu yang berhasil louis ucapkan

"Tak usah panggil harry ini semua salahku"louis menundukkan kepalanya, perlahan suaranya terdengar parau. "Baiklah duduk sini"louis menepuk nepuk tempat kosong di sebelahnya. Dengan berat hati elektra kembali duduk di sampingnya.

Flash back on

"HARRY EDWARD STYLES"teriak louis dari depan rumahnya. Louis melempar sebuah batu yang ia bungkus dengan kertas ke arah jendela harry.

Prang

Kaca jendela tersebut pun pecah. Batu tersebut berhasil memasuki kamar harry.

Mau apalagi sih dia batin harry

Harry mengambil batu tersebut dan membaca pesannya

Harry temui aku di tempat rahasia kita. Aku akan memberitahumu sesuatu yang sangat penting. Jangan lama lama atau aku tak jadi memberitahumu

-L-

Kapan dia berhenti menggangguku gumam harry. Pun dengan berat hati harry menuruti apa yang tertera dalam pesan tersebut

5 minutes

"Louis kau dimana?"panggil harry. Matanya tak lepas memandangi taman yang berada di belakang rumahnya.

"Hey styles"sapa louis dari belakang yang sukses membuat harry kaget. "Kau menyuruhku cepat tapi kau sendiri telat". Harry memutar ke dua bola matanya kesal dan melipat tangannya di depan dada

"Okay styles sorry". Louis tersenyum lugu seolah tak berdosa.

Harry menaikkan sebelah alisnya menunggu louis untuk berbicara

"Kau tau temanku yang bernama elektra bukan?"ujar louis senang

Harry mengerutkan keningnya dan terlihat berfikir. "Oh si Redblood?" Terka harry

Senyuman tersungging di bibir tipis louis. "Rupanya kau cerdas keriting". Louis memberikan tepuk tangan singkat untuk harry

"Lalu?"

"Aku menyukainya. Ralat sangat menyukainya. Aku menyukainya sejak pertama kali kami bertemu"louis berbicara sembari senyum senyum sendiri

Jika aku bukan sahabatmu kau sudah kuanggap gila tomlinson batin harry

"Okay lalu? Apa hubungannya denganku?"tanya harry bingung.

"Kau kuminta untuk membantuku menembaknya"

"Kau gila?"jawab harry. Tentu harry kaget atas permintaan sahabatnya. Semua orang tau kalau keluarga Redblood dan Tomlinson mempunyai dendam.Tiap mereka bertemu pasti bertengkar. Tetapi apa jadinya jika salah satu Tomlinson berpacaran dengan salah satu putri dari keluarga Redblood? Mungkin perang bisa menjadi salah satu jawaban

"Tidak louis. Kau tidak bisa memaksakan takdir"tegas harry.

"Ayolah harry kumohon"pinta louis sembari mengeluarkan puppy facenya.

"Please harry. Aku janji aku tak akan meminta apapun darimu lagi"mohon louis. "Ini masalah hati harry tak bisa dipaksakan. Hatiku sudah terlanjur jatuh untuknya dan mungkin hanya dia yang dapat menggantikan ele"ujar louis

"Tapi aku tak akan memaksamu kok"louis mengulas senyum mirisnya. "Byee mat". Louis menepuk pundak harry lalu mulai berjalan pergi.




"Baiklah louis apa rencanamu?". Ucapan harry sukses membuat louis berbalik 360° dan membuatnya mendapatkan pelukan hangat khas Tomlinson.

"Terimakasih banyak harry. Kau yang terbaik"sahut louis dengan perasaan yang sangat bahagia. Senyuman terus menghiasi bibirnya.

"Jadi rencananya aku meminjam nama belakangmu"bisik louis

"Kau sinting? Bagaimana nasib keluargaku nanti?"

"Ya aku memang sinting karena cinta :)"

Harry bergidik jijik. Sejak kapan sahabatnya menjadi seperti ini.

Apakah aku harus membantunya?




Mungkin ya karena aku tau rasa sakitnya seperti apa

Persis saat kendall meninggalkanku

"Bagaimana harry? Kau mau ya. Hanya sebentar aku janji dan jika keluargamu terjadi sesuatu aku yang akan bertanggung jawab"

Kau tidak menyukainya tomlinson. Kau mencintainya batin harry

Harry terlihat berfikir. Dia ragu apakah harus menolong louis padahal tadi ia sudah memilih untuk membantunya.

"Okay Louis William Styles"

Flashback off

Vomments ya

Duh aku ga pandai buat flesbek flesbekan ._.

Maaf kalo ada typos





PSYCHOPATH DIARY MAYBE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang