25

33 3 2
                                    

Kumasuki lubang yang berada di balik semak semak yang menuju langsung ke kamarku.

Kuambil semua senjata yang ada dan beberapa pasang baju yang kumasukkan ke dalam sebuah tas besar. Taklupa membawa tas kecilku yang berisi uang dan handphoneku juga beberapa senjata kecil yang mematikkan.

Kutanggalkan semua bajuku dan menggantinya dengan baju yang kubeli dengan lily beberapa bulan yang lalu.

Perfect ucapku

Saat sedang membereskan barang, pintu kamarku terbuka dari luar dan muncullah mom dad dan javi. Kulihat mereka ber tiga mempunyai mata yang sama. Merah?

"Kalian menangis?"ucapku sembari berjalan ke arah mereka. Kuusap air mata mom dan javi. Dad terlebih dahulu mengusapnya.

"Can we make family hug now?"mohon javi yang masih terisak hebat.

"Ouww come". Dad melebarkan tangannya dan kami semua memeluknya. Kupeluk keluargaku erat sekali seakan ini menjadi pelukan keluarga terakhir bagiku.

Butir butir telah berubah menjadi sungai deras. Air mataku tak bisa kukontrol. Ya aku menangis Menangis hebat.

Aku takut aku tak akan bisa bertemu mereka lagi

Kalimat itu terus terngiang ngiang di otakku. Ketakutan terbesarku adalah kehilangan orang yang kusayang. Pun dengan berat hati kulepaskan family hug tersebut.

Kutunjukkan senyumanku yang terbaik pada mereka sebelum pergi.

Aku berjongkok untuk mensejajarkan tinggiku dengan javi "Javi jadi anak yang rajin ya tidak boleh nakal dan jadilah phsychopat cilik yang handal"ujarku. Kuelus puncak kepala javi dan sesekali memeluknya

Kini aku beralih ke arah momku yang belum berhenti menangis.
"Mom terimakasih sudah merawatku ya". Kupasang senyum mirisku dan mengambil nafas dalam "mom aku sangat sangat menyayangimu maafkan jika selalu merepotkanmu"sambungku sambil menangis.

Kini langkahku berakhir di depan dad. Kupeluk dad ku erat sangat erat dan menangis di pundaknya. Cukup lama kami aku-dad bertahan dalam posisi ini hingga airmataku perlahan mulai mengering.

"Thanks for everythings dad"ucapku. "Jika aku tidak sela--"omonganku terhenti karena tiba tiba dad menamparku.



Sakit. Itu yang terasa pada pipiku. Sakit yang bercampur nyeri dan panas. Kuelus pipiku yang terdapat jiplakan tangan dan menatap dad tidak percaya.

Mom dan javi terlihat terkejut atas perlakuan dad.

"Jangan pernah mengatakan itu lagi ELEKTRA LIZZIE REDBLOOD"bentak dad. Wajah dad memerah memperlihatkan urat uratnya yang menegang





Calm down. Kau tak perlu membuang air mata lagi. Memikirkan ini bisa membuatmu kalah dalam kompetisi nanti. Setidaknya kalimat itu bisa membuatku sedikit tenang.

Vote and comment yah.
So sorry for typos :)
Mungkin di chapt selanjutnya mirip sama film mockingjay tapi aku rubah dikit dikit hehe :D

Keep vote yah ;)






PSYCHOPATH DIARY MAYBE?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang