Prologue

342K 16.9K 1.1K
                                    

Seorang gadis terduduk di lantai balkon kamar yang dingin. Udara yang dingin tidak sebanding dengan aura dingin yang ia pancarkan semenjak kepergian sang Kakak untuk selama-lamanya. Ia memeluk lututnya dan menompang dagunya disana.

Tatapannya menerawang jauh kedepan. Tatapan yang menyiratkan kesedihan, kehampaan, kekosongan dan luka yang amat mendalam.

Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raganya. Ia memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin yang menerpa kulit putihnya. Sedikit mencoba menghilangkan sesak yang kembali menyeruak.

Suara gemercik air hujan senantiasa menemani gadis itu untuk bermain-main dengan masa lalunya. Masa lalu yang hanya bisa dikenang bersama rasa sakit yang semakin hari semakin membabi buta. Angin berhembus membuat helai demi helai rambut coklat muda miliknya terbawa mengikuti arah angin.

Awan-awan hitam berkumpul membuat langit berubah menjadi kelabu. Bulir-bulir air hujan dengan cepat turun membasahi ibukota yang gersang. Hujan seperti ikut menangis melihat kepahitan perjalanan hidup gadis ini.

Cuaca juga seperti mendukung suasana hatinya. Gelap dan sesak, itulah yang di rasakannya sekarang. Bayang-bayang masalalu selalu menghantuinya setiap malam, membekas luka lama yang cukup dalam, membuat ia terjebak akan luka masa lalunya. Sesak dan perih bagai makanan setiap hari.

Gadis itu tersenyum miris seraya menggigit bagian bawah bibirnya. "Hai Kak, apa kabar?" entah kepada siapa ia bertanya.

Di rasakan dua bongkah batu besar yang menghimpit dadanya. Rasa sesak terus menjalar ke seluruh tubuh. Ia kehilangan semangat hidup, ia kehilangan sebagian dari dirinya. Sebagian jiwanya menghilang bersama dengan kepergian sang Kakak.

Tangisan yang dari tadi di tahan sekuat tenaga, akhirnya tertumpahkan. Iris mata coklat terang miliknya mengeluarkan air bening yang terus mengalir tanpa henti, mewakili segala perasaan yang berkecamuk di dada. Ia semakin terisak meruntuki dirinya yang begitu lemah. Meruntuki hati yangtidak bisa melupakan masa lalunya. Meruntuki akal sehatnya yang selalu meminta untuk kembali mengingat kejadian itu.

Ingin rasanya menyalahkan takdir, tapi tidak bisa. Ingin rasanya mengulang waktu, tapi tidak mungkin.

•••
a/n: buat prolog pendek dulu ya.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang