21

58.7K 4.1K 260
                                    

"Thinking before acting is wisdom but acting before thinking is regret."
Adel–

•••

"Sekarang Rio dimana, tan?"

"Ada di kamarnya, sayang."

"Yaudah aku kesana dulu ya, tan."

Kini, Rachel sudah berada di depan kamar milik Rio. Jantungnya berdetak tak karuan. Tangannya mendadak dingin saat tangannya hampir saja menyentuh pintu. Bermodalkan keberanian, ia mulai mengetuk pintu kamar itu secara perlahan. Satu kali, tak ada sahutan. Dua kali, tak kunjung ada sahutan. Di ketukan ketiga, terdengar suara berat milik Rio yang mempersilahkannya untuk masuk.

Tak menyia nyiakan kesempatan, Rachel segera membuka kenop pintu lalu memasuki kamar laki–laki tersebut. Di lihatnya laki–laki itu sedang merebahkan tubuhnya di kasur yang membelakangi Rachel.

Suasana hening cukup lama. Rachel menggigit bagaian bawah bibirnya, bingung harus memulai dari mana. Menyadari ada sesuatu yang janggal, Rio berbalik untuk menatap Rachel. Rio sedikit terkejut melihat Rachel tapi tak berlangsung lama karena ia kembali memasang raut wajah datar dan dingin. Suasana berubah menjadi canggung.

"Lo ngapain di sini?" Rio membuka suara terlebih dahulu karena lawan bicaranya tak kunjung membuka suara.

"Hm. Gue boleh duduk di situ?" Rachel menunjuk tepi kasur milik lelaki itu, meminta persetujuan terlebih dahulu pada sang pemilik kasur.

"Duduk aja."

Rachel menghela napas panjang, mengumpulkan segenap keberaniannya untuk membuka suara saat ia sudah duduk di tepi kasur. "Lo kenapa?"

Rio menautkan alisnya. "Emangnya gue kenapa?"

"Tadi nyokap lo bilang, lo mogok makan. Kenapa?"

"Bukan urusan lo," desis Rio. Rachel susah payah menelan air liurnya. Ia berusaha menguatkan hatinya supaya sedikit bersabar menghadapi pria es di hadapannya ini.

"Kalo lo ada masalah, jangan di pendem. Lo bisa kok cerita ke gue kalo lo mau. Siapa tau, gue bisa bantu."

"Bantu apaan?"

"Bantu nyelesaiin masalah lo, mungkin?"

Rio terdiam cukup lama. Ia sedang mempertimbangkan sesuatu. Di dalam sana, ada hati yang sedang berperang.

Rachel menatap Rio yang tak kunjung membuka suara. Rio menatap ke luar jendela, seperti sedang berpikir sesuatu yang tidak di ketahuinya.

"Gue gak maksa lo buat cerita kok. Kalo lo gak mau juga gak apa apa." Rachel bangkit berniat untuk meninggalkan Rio.

Saat Rachel ingin berbalik Rio segera menahan tangan mungil miliknya. "Oke, gue bakal cerita."

Rachel tersenyum penuh kepuasan. Ia tahu bahwa Rio akan melakukan hal itu. Oleh karena itu, Rachel sengaja memancingnya terlebih dahulu.

Rio menarik napasnya lalu menghelanya dengan kasar. "Nyokap gue mau nikah 3 bulan lagi. Sama siapanya gue juga gak tau. Gue gak setuju. Gue takut calon suaminya yang sekarang itu sama kayak mantan suaminya yang dulu. Yang bisanya cuma nuntut dan marahin nyokap gue. Gue gak mau hal itu terjadi lagi." Dadanya bergemuruh saat bercerita tentang hal itu yang membuatnya kembali teringat masa lampau.

Broken HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang