"life is full of obstacles."
-Adel-•••
Nico POV
Siang ini aku di panggil pihak kepolisian untuk mengurus kasus kecelakaan Mama. Sebenarnya, kasus ini sudah selesai tanpa masuk ke meja hijau. Namun, mereka mengatakan kalau mereka menemukan ponsel Mama di bawah kursi pengemudi. Dan karena ponsel itu milik Mama, jadi bagaimanapun juga harus di kembalikan kepada keluarga yang berhak atas benda elektronik itu.
"Selamat siang, Pak," sapaku pada polisi tua berbadan tegap.
"Siang," ucapnya lalu memberi isyarat agar aku duduk di hadapannya.
"Saya ingin mengambil ponsel milik Mama saya," ucapku tanpa basa-basi.
Polisi itu mengangguk lalu memanggil anak buahnya dan membisikkan sesuatu di telinga anak buahnya itu. Setelah mereka berbisik, anak buahnya iu melesat pergi meninggalkan kami.
"Tunggu sebentar, ponselnya sedang di ambil oleh anak buah saya," ucap polisi tua tadi. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tak berapa lama, anak buahnya kembali membawa satu ponsel yang sudah ku kenali. Dari bentuknya saja sudah terlihat jelas bahwa itu adalah ponsel milik Mama.
"Apakah ini ponsel milik Mama anda?" tanya polisi itu lalu menyerahkan ponsel yang tadi di berikan oleh anak buahnya.
"Iya, Pak. Ini ponsel milik Mama saya." jawabku lalu segera mengambil ponselnya dari tangan polisi itu.
Aku mengecek isi ponsel tersebut dan memang benar itu adalah ponsel milik Mama. Entah kenapa, tanganku seperti gatal ingin melihat-lihat isi ponsel Mama. Tanpa kusadari, aku memencet
tombol SMS. Rahangku mengeras saat melihat nama seseorang yang paling kubenci saat ini tertera paling atas di history chat Mama. Tanganku terulur untuk membuka isi SMS mereka."Pak, jam berapa kecelakaan itu terjadi?" tanyaku formal.
"Sekitar jam 10 malam."
Dengan kemarahan yang tak bisa di bendung lagi, aku langsung pergi dari kantor polisi tersebut. Apa yang kuduga-duga belakangan ini ternyata benar adanya. Dalang dari kematian Mama tak lain adalah mantan suaminya sendiri. Walaupun memang ini bukan seratus persen kesalahan Papa, tapi ia yang menyebabkan kematian Mama.
Aku tidak habis pikir dengan jalan pikiran Papa. Ia sungguh bajingan yang tidak mempunyai perasaan. Teganya ia memberitahu Mama bahwa ia akan menikahi wanita lain, sedangkan ia baru saja bercerai dari istri lamanya.
Aku menancap gas menuju rumah baru Papa dan istrinya itu. Di perjalanan, aku terus mengumpat nama Papa. Amarahku saat ini tidak bisa di tahan untuk kesekian kalinya. Kesabaranku kali ini sudah mencapai titik terakhir.
Setelah sampai di depan rumah mereka, aku langsung mengetok pintu utama dengan sangat keras. Pintu terbuka dari dalam dan muncul lah seorang wanita yang masih menggunakan piyama tidurnya.
"Eh, Ni--"
"Minggir." aku mendorong tubuhnya untuk tidak menghalangi jalanku.
Orang yang sedang kucari berjalan menghampiriku. Mataku langsung bertemu dengan mata elang miliknya. Ia terlihat sangat senang melihatku datang ke rumahnya. Kalau ia mengira aku datang kemari untuk menerima ajakannya, ia salah besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionAnak manapun pasti tidak menginginkan orang tuanya berpisah, sama halnya dengan Rachel. Rachel juga tidak menginginkan orang tuanya berpisah, tapi takdir berkata lain. "I'm just a daughter and my life is nightmare." [COMPLETED] Copyright © 2016 by P...