"You should never regret anything in life. If it's good, it's wonderful. If it's bad, it's experience."
–Anonymous•••
Rachel duduk termangu di ujung kasurnya. Teringat mimpi semalam. Mimpi dimana Mama berpesan padanya bahwa, ia tidak perlu memikirkannya, cukup pikirkan masa depannya.
"Rachel janji. Rachel bakal kejar masa depan Rachel. Rachel akan gunain setiap waktunya dengan baik. Doain Rachel ya, Ma."
Doain Rachel bisa lewatin semua ini, Ma. lanjutnya di dalam hati.
Bibirnya bergetar saat berucap kalimat tersebut. Rachel tersenyum getir. Ia sedang sekuat tenaga menahan isak tangis yang akan keluar dari bibirnya. Bukannya ingin berpura-pura tegar, tapi ia ingin mencoba untuk mulai terbiasa dengan semuanya. Terbiasa dengan kepergian Mama dan Kak Nico. Karena sesuatu yang telah pergi, tidak akan pernah kembali. Kata-kata itu adalah mantra kala Rachel teringat Mama dan Kak Nico.
Rindu.
Satu kata yang dapat mewakili perasaan Rachel saat ini. Mimpi semalam rasanya tidak cukup untuk menghilangkan rasa rindu ini. Sejujurnya, Rachel benci saat ia merasa rindu akan seseorang. Terlebih ia merindukan seseorang yang sudah tiada. Karena jika ia sedang merindu, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Menangis pun rasanya sia-sia, hanya membuang air matanya saja.
Rachel tak menyadari ada seseorang yang menyelinap masuk sampai akhirnya orang itu duduk di sampingnya seraya membuka suara, "Rachel, kamu udah bangun, Nak?"
"Mama?" panggilnya refleks tanpa melihat siapa pemilik suara tersebut.
"Ini Papa, Nak. Bukan Mama."
Rachel langsung menoleh dan mendapati Papa dengan pakaian kerjanya yang terlihat sangat rapih. Rupanya Papa akan berangkat ke kantor pagi ini.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Papa.
Rachel memiringkan kepalanya dan sekarang kepalanya sudah berada di pundak Papa.
"Tadi malem aku mimpiin Mama sama Kak Nico," lirih Rachel perlahan. Rasa rindu itu kini semakin terasa, amat sangat jelas.
Tangan Papa kini merangkul pundak Rachel. "Sore nanti kita ziarah ke makam Mama sama Nico. Mungkin mereka kangen sama kamu. Sudah lama juga kan kamu nggak kesana?"
Rachel mengubah posisinya menjadi duduk dengan sempurna. "Serius, Pa?" tanyanya dengan raut wajah kelewat excited.
"Iya sayang." Papa tersenyum manis. Di balik senyuman manis, ada hati yang sedang teriris. Papa sedang menyembunyikan sesuatu yang tidak di ketahui Rachel dan Rachel sendiri tidak menyadari bahwa Papa sedang menutupi sesuatu darinya.
Rachel segera memeluk Papanya dengan sangat erat untuk meluapkan betapa bahagianya ia sekarang.
•••
Hari ini mungkin adalah hari terbosan yang pernah di rasakan Rachel. Hampir dua jam ia berada di kamar dan tidak melakukan apapun selain tidur. Serial tv pagi ini tidak ada yang menarik. Alhasil, ia hanya tiduran di kamar ini menunggu datangnya sore.
Pintu kamar miliknya terbuka. Sesaat kemudian Bi Ima masuk dan berjalan mendekat.
Rachel melempar tatapan bertanya. Seperti mengerti, Bi Ima berkata, "Den Rio kesini, Non."
"Mau ngapain dia kesini Bi?" tanyanya bingung.
"Katanya mau ketemu Non," jawab Bi Ima sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionAnak manapun pasti tidak menginginkan orang tuanya berpisah, sama halnya dengan Rachel. Rachel juga tidak menginginkan orang tuanya berpisah, tapi takdir berkata lain. "I'm just a daughter and my life is nightmare." [COMPLETED] Copyright © 2016 by P...