"Be careful who you trust, the devil was once an angel."
-Adel-•••
Rachel terduduk di pinggiran kolam renang rumahnya. Ia menyelamkan kedua kakinya ke dalam dinginnya suhu air kolam renang. Di samping kanannya terdapat coklat panas dan ditangannya terdapat buku harian miliknya yang akan menemaninya selama ia merasa bosan.
Rachel membuka halaman buku hariannya yang sebagian besar berisi tentang kesehariannya melawan rasa bosan. Ia mencari halaman kosong untuk menulis sesuatu.
Setelah menemukan halaman yang tidak terisi, halaman kosong. Ia mulai menuliskan huruf demi huruf dan merangkainya dengan indah. Sebagian kata yang berada di dalam buku ini sangat mewakili perasaannya.
Dear Diary,
Baru saja Rachel menuliskan dua kata tersebut, seseorang mengejutkannya dari arah belakang. Hampir saja ia jatuh kedasar kolam renang kalau saja Kai tidak memegangi kedua bahunya. Yap, Kai lah yang mengejutkannya sekaligus menahannya supaya tidak terjatuh. Dengan segera, Rachel menutup buku hariannya sebelum Kai mengetahuinya.
Rachel memegangi dadanya. "Astaga, lo bikin gue spot jantung tau gak."
Kai tertawa. "Alay," cibir Kai, lalu ia mengambil duduk di samping Rachel.
Rachel mengerucutkan bibir. "Gue serius."
Kai melirik buku yang berada di tangan Rachel. "buku apaan tuh?"
"Hah? Oh ini– buku pr." Suaranya terdengar tidak
Di dalam hati, Rachel terus memaki-maki dirinya yang terlalu bodoh memberi alasan itu. Ia juga terus memohon didalam hati supaya Kai tidak curiga dengannya.
"Ohh." Diluar dugaannya, Kai seperti tidak membaca aura kebohongan Rachel. Rachel bernapas lega.
Rachel dan Kai berbincang-bincang layaknya sepasang sahabat yang sudah lama tidak berjumpa. Semakin hari, mereka semakin dekat. Rachel yang awalnya tertutup dan dingin, lambat laun ia mulai menunjukkan jati dirinya yang asli.
Mereka membicarakan apapun yang bisa di bicarakan, mulai dari hal yang penting sampai hal yang tidak penting. Canda dan tawa mewarnai kebersamaan mereka.
Kai memiliki sifat humoris dan kepribadian yang mudah bergaul membuat Rachel dapat dengan mudah menerima Kai untuk masuk kedalam kehidupannya sebagai saudara tirinya.
"Lo gak laper?"
Rachel mengalihkan padangannya kearah Kai. "Laper sih."
"Lo mau gue masakin?"
Rachel tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa. "Gue gak salah denger? emang lo bisa masak?"
Kai menoyor kepala Rachel." Wah, sembarangan lo. Gini-gini gue juga bisa masak kali."
Rachel tertawa, lagi. "Iya, masak aer kan?"
"Kalo masak aer mah elo jagonya. Kalo gue kan chef papan atas jadi masaknya yang berkelas, emangnya lo."
"Jelas, masak aer doang." Rachel terkekeh. "Coba masakin gue lasagna, buktiin kalo lo emang chef papan atas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionAnak manapun pasti tidak menginginkan orang tuanya berpisah, sama halnya dengan Rachel. Rachel juga tidak menginginkan orang tuanya berpisah, tapi takdir berkata lain. "I'm just a daughter and my life is nightmare." [COMPLETED] Copyright © 2016 by P...