"Life goes on.. Whether you choose to move on and take a chance in the unknown. Or stay behind, locked in the past, thinking of what could've been."
–Anonymous–•••
Hari demi hari terus berlalu menambah cerita di lembaran yang semula kosong. Cerita-cerita di lembaran lama yang membuat hatinya tergores sudah selamanya ia kubur dalam-dalam bersama luka yang membekas.
Tidak ada yang lebih indah dari berdamai dengan masa lalu, menikmati kehidupan tanpa bayang-bayang masalalu yang kelam.
Hidup tidak selalu berjalan mulus seperti yang diinginkan, pasti selalu ada lika-liku kehidupan yang cepat atau lambat akan dihadapi. Yang bisa di lakukan hanyalah mencoba melewatinya dengan lapang dada.
Dan kini, Rachel sudah melakukannya.
Setelah berbulan-bulan kursus sana-sini untuk memperdalam bidang study yang akan dipilihnya, kini sudah membuahkan hasil.
Terbukti dari tekadnya yang kuat dan kerja keras mengantarkannya mendapat kesempatan menjadi Mahasiswa Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas favorite di kotanya.
"Rachel! Ayo masuk, bentar lagi kelas Pak Patrick mulai!" seru wanita di sebrang sana menyadarkan Rachel dari lamunan.
"Tunggu bentar!" teriaknya seraya memasukkan buku-buku yang tergeletak dikursi taman ke dalam tas miliknya.
Tak berapa lama kemudian Rachel sudah berada di samping Angeu, teman satu kampusnya. Mereka pertama kali bertemu saat ospek lalu kembali di pertemukan di jurusan yang sama. Angeu yang memiliki sifat supel dengan mudah dapat bergaul dengan Rachel.
"Kelas Pak Patrick mulai jam berapa?" Tipikal Rachel yang selalu lupa dengan jadwal kelasnya sendiri. Beruntung ia mempunyai teman seperti Angeu yang bisa di bilang pengingat yang baik.
Pandangan Angeu tertuju pada jam ditangannya. "Jam 11 an, kira-kira 5 menit lagi."
"Bentar lagi dong?" Langkah Rachel dipercepat supaya sampai di kelas Pak Patrick tepat waktu mengingat dosennya itu jarang sekali telat masuk kelas.
"Lo sih lama pake segala nongkrong dulu di taman."
Langkah mereka berdua diperlambat kala kelas mereka berada hanya beberapa langkah dari tempat mereka berdiri.
"Iya iya maaf.."
Keduanya duduk dengan napas yang tersendat-sendat, merasa cukup lelah karena berjalan lebih cepat dari biasanya. Mengingat jarak taman gedung A cukup jauh dari kelasnya.
"Lo udah minta copy-an slide materi kemarin belum?"
"Materi apa?"
Rachel mengerutkan keningnya, berusaha mengingat materi yang membuatnya tidak bisa tidur semalaman. "Sardio– ahh apa namanya? Kalo nggak salah sardio gitu deh."
Angeu menautkan kedua alisnya. "Sardio?"
"Ah iya.. susah banget nyebutnya!"
"Bukan susah nyebutnya tapi emang lo aja pelupa!" Angeu mengecilkan suaranya ketika melihat dosennya masuk ke dalam ruangan.
Rachel cengengesan disebelahnya, merasa setuju dengan perkataan Angeu barusan. Dirinya memang belakangan ini pelupa, entah karena faktor apa tapi yang jelas, ia sedikit terganggu dengan sifat pelupanya.
Beruntungnya walaupun ia pelupa namun jika di singgung sedikit tentang hal itu, ia dengan mudah akan mengingatnya. Seperti saat ujian kemarin misalnya, ia sudah pasrah pada awalnya karena takut penyakit pelupanya itu tiba-tiba menyerang. Namun ternyata, ia dapat menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionAnak manapun pasti tidak menginginkan orang tuanya berpisah, sama halnya dengan Rachel. Rachel juga tidak menginginkan orang tuanya berpisah, tapi takdir berkata lain. "I'm just a daughter and my life is nightmare." [COMPLETED] Copyright © 2016 by P...