Bait 3 (4)

559 36 0
                                    

"Gadis itu sudah terlalu banyak terbuang darahnya, hubungi keluarganya dan cepat carikan pendonor sekarang juga!"

Astaga!

Dia kehabisan darah?

Bagaimana ini!?

"Baik dok," lelaki itu membungkukan tubuhnya hormat kemudian membalik arah menghampiriku yg masih berdiri mematung tak jauh darinya.

"nak, kau yg tadi membawa gadis itu bukan? Apa kau sudah memberitahukan orang tuanya?"

Aku menggeleng, aku belum mengabari Eomma Appa tentangnya, aku terlalu panik sekarang bahkan air mataku masih belum berhenti mengalir.

"Sudahlah," perawat itu menepuk punggungku, mencoba menenangkanku "dia pasti tertolong,"

Aku mengangguk saja, lelaki itu tersenyum padaku seakan2 dia mengatakan semuanya akan baik2 saja. Semoga.

"Kami akan berusaha nak, jangan menangis, kau seorang namja! Kau harus kuat! Doakan dia selamat,"

Kudengar dia menggumam pelan, "Haah~ Stok darah habis lagi!"

Aku mengalihkan pandanganku pada perawat itu. Ada suatu hal yg terlintas di otakku sekarang. Aku teringat keberangkatanku, tidak mungkin aku meninggalkannya dengan kondisi masih terbaring di rumah sakit. Ini membuatku gelisah. Setidaknya aku melihatnya sehat kembali dan mungkin meninggalkannya nanti dengan keadaan sehat juga. Bukankah itu lebih baik.

"aku akan mencarikan pendonor dulu..." katanya tersenyum, kemudian mulai beranjak pergi

"Perawat!" panggilku yg tiba2, dia menghentikan langkahnya.

"ada apa um?"

"Anda mencari darah bukan?"

Lelaki itu menatapku tak mengerti.

"Silakan ambil darah saya" aku mengulurkan kedua nadi tanganku seperti orang yg pasrah.

Tidak tau aku mengatakannya dengan begitu leluasa tanpa sadar sepertinya.

"Apa!?" lelaki itu tampak terkejut.

"Ya, ambil darah saya sekarang," aku mendekatinya dan memberikan kedua tanganku.

"Ta..tapi, kau tau kan tadi yg dikatakan dokter! Kita butuh banyak nak," katanya.

"ambil semuanya!" lelaki itu memandangku heran. Terkejut dengan perkataanku yang memaksa, tapi cuma itu yang ada diotakku sekarng. Aku harus bertindak untuknya.

"Heh, kau sedang melawak nak?" lelak itu menyeringai.

"Aku serius!!" kataku lantang dan menatapnya tajam.

"Tidak bisa nak, sudahlah.. Mungkin kau cuma panik, dudukl--"

"Tidak!" teriakanku membulatkan matanya.

"Anda harus memberikan darah padanya sekarang kan? Ini darahku! Ambil saja semuanya untuk--"

"Kau terlalu memaksakan dirimu,"

"Aku tidak peduli! Ambil saja sekarang, berapapun, sebanyak2nya! Aku memberikan semua untuknya, jebal"

Kudengar pintu ruang ICU yg tak jauh dari kami terbuka lagi.

"Perawat Park! Sudah kau temukan kantung darah dan pendonor!?" seorang dokter -yg tadi menyuruh mencari darah- keluar dengan wajah yg masih panik.

"be..belu--" lelaki perawat yg ternyata bermarga Park ini terbata, tapi aku memotongnya,

"Sudah pak dokter! Aku pendonornya," dengan lantang dan penuh keyakinan aku melangkah mendekati dokter itu.

"Oh kau," dokter itu mengangguk dan tersenyum ke arahku.

Just Right! [Got7 FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang