Bait 5 (3)

483 25 0
                                        

Jinyoung pov full

"Eum, boleh ku tahu ada apa antara kau dengan pria di lift tadi?" tanyaku dengan hati-hati, takut ia akan bereaksi tiba-tiba. Tapi ternyata ia hanya menghela nafas seperti berusaha melegakan pikirannya, menggenggam buku itu kuat-kuat,

"Karena kau menyuruhku mengatakan apapun... jadi aku akan menceritakannya,"

***

Aku memasang pendengaran dengan seksama, seakan-akan ia akan memberitahuku sebuah rahasia besar dan harus disimpan dengan baik bahkan dengan taruhan nyawa. Oke itu berlebihan, tapi aku merasa begitu karena wajahnya berubah serius.

"Pria yang di lift itu adalah orang yang sama yang mengirimkan bingkisan buku ini," ia memulainya, aku memasang pendengaranku dan menyamankan dudukku,

"Ia orang yang ku sayangi, tapi juga ku benci," lanjutnya,

Aku mengkerutkan kening tidak mengerti, sedangkan ia kembali mengamati buku lusuh itu,

"Kami sudah berteman sejak lama, dan buku ini..." ia mengelus perlahan buku itu, "... adalah diarynya,"

"Aku memang mengetahui bahwa ia memiliki diary dan ia juga tahu bahwa aku juga memiliki diaryku, dan kami sering bertukar diary untuk menceritakan kejadian yang kami alami berdua,"

"Seperti pertemuan keluarga, atau saat kami bermain berdua, atau hal sepele yang kami lakukan berdua akan kami tuliskan di buku berlawanan, ia menuliskan ceritanya di bukuku dan aku dibukunya,"

"Astaga," ia mengaduh tiba-tiba dan memegang sebelah kepalanya, sepertinya apa yang dikatakan dokter Kim benar adanya. Bukankah saat ini ia sedang menceritakan kejadian masa lalunya, saat dulu ia bersama seseorang yang baru saja di temuinya di lift yang membuatnya pingsan seketika. Aku segera bangkit dan mengelus kepalanya pelan, mencoba menenangkannya dan membantu mengurangi rasa sakitnya,

"Aku tak apa oppa," katanya dengan kekehan kecil tapi dengan raut wajah menahan sakit,

"jangan membantah, kau tidak baik-baik saja sekarang," aku terus mengelus kepalanya perlahan, berusaha menyalurkan energi ku padanya,

"Sebaiknya kau istirahat, dan lanjutkan lain kali saja saat kau sudah lebih baik bagaimana?" aku menawarkan padanya untuk istirahat saja, aku mengkhawatirkannya. Apabila ia terus menceritakan masa lalunya, aku takut keadaannya akan semakin memburuk,

"Aku akan menceritakannya padamu oppa, lagipula ini hanya migrain,"

Kau tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu, aku hanya dapat membatin, aku tidak bisa memberi tahunya sekarang. Mungkin lain kali.

"Dengarkan aku oppa," ia memelas,

"Lebih baik kau istirahat saja,"

"Oppa... dengarlah aku hanya akan memberi tahunya padamu selain kedua orang tuaku dan eonniku yang tahu ini, hanya kau yang aku percaya selain mereka, oppa tolonglah, ini serius, kau harus tahu ini karena aku percaya padamu,"

Entah apa yang kurasakan setelah ia mengatakan itu, hatiku... menghangat. Aku luluh. Apalagi ia memandangku tepat ke mataku.

"Oppa... aku membutuhkanmu, kau harus membantuku,"

"membantu?" sedikit aneh dengan kata 'membatu' yang keluar dari mulutnya,

"ya, bantu aku mengurangi beban dihatiku oppa..."

"Baiklah..." aku menyamankan dudukku untuk mendengarkan ceritanya, "Apa yang terjadi antara kalian hm?"

Dia menarik nafas dalam, bersiap menuturkan padaku,

Just Right! [Got7 FF]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang