Chapter 4

27 0 0
                                    

Pukul 6 pagi ayyu sudah selesai membereskan segala keperluan untuk ke luar negri. Dengan ditemani kedua orang tua beserta adik kecilnya.

Dengan langkah pelan ayyu menuruni tangga menuju ruang tengah. Didekat pintu sudah ada 4 koper berdiri.

Ibunya belum juga keluar dari kamar, adiknya sedang sarapan pagi sendiri dimeja makan, dan Ayahnya sedang menunggu taxi yang akan mengantarkan mereka kebandara.

Kemudian ayyu merebahkan tubuhnya disofa besar, dan memandangi setiap sisi rumahnya.

Tiba-tiba hape milik ayyu berbunyi. Tanda pesan masuk.

Dari merlin.

Sukses yaa, gue dukung lo.
FIGHTING smile emotikon

Singkat pesan dari merlin membuat rasa sedih ayyu berkurang. Ya. Sedih meninggalkan sahabat-sahabatnya, sedih harus meninggalkan kenangan dirumah ini, dan semuanya.

Tak sadar ayyu meneteskan air matanya saat mengingat masa-masa bersama teman-temannya. Tiba-tiba sang ibu keluar dari kamar, dengan cepat ayyu menghapus air mata diwajahnya.

"Ayyu, si dani mana?" tanya ibunya.

"Lagi sarapan sendiri tuh" sahut ayyu.

Kemudian ibunya berjalan menuju dapur.

Ayyu yang sudah tahu mereka akan berangkat sekarang, segera bangkit dan berjalan menuju pintu mengambil dua koper yang akan dimasukkan kebagasi mobil.

30 menit diperjalanan, kini taxi yang membawa ayyu dan keluarganya tiba dibandara.

Setelah semua barang sudah berada dipesawat, ayyu dan keluarganya segera masuk kedalam pesawat. Pesawat siap lepas landas.

---------------------------------------------------------------------------------
Kelas hening. Tak ada suara.

Ya, pagi itu dijam pertama adalah pak sem guru matematika.

Pak sem dikenal sebagai guru yang paling disiplin, tegas, tidak suka toleransi, dan agak sedikit galak.

Semua siswa tak berani tidur saat jam pelajarannya saat itu.

Bukan hanya tidur, mengkhayalpun dilarang saat jam pelajarannya berlangsung. Seperti yang dilakukan eza.

Sedari tadi eza hanya memandang keluar jendela, padahal sudah 3x pak sem menegurnya agar fokus pada pembelajaran.

Akan tetapi, eza tetap saja memandang keluar jendela.

Ketika pak sem sedang menjelaskan beberapa materi dipapan tulis, tiba-tiba eza menggebrak meja dengan keras sontak membuat seisi kelas kaget, begitu juga pak sem.

"Maunya apa sih? kenapa dia pergi gak pamitan sama gue? kenapa musti lewat post gak jelas begitu!" sahut eza tak sadar bahwa semua sedang memperhatikannya yang tiba-tiba berbicara sendiri.

"Iya, emang gue salah gak jujur. Tapi, setidaknya dia ngomonglah kalau pengen pergi. Mana gak bilang lagi kalau berapa lama perginya" ucap eza.

Seisi kelas mulai bingung dengan tingkah laku eza, Begitu juga Pak sem yang menatap eza bingung lalu kemudian mendekat kearah eza.

"Dasar cewek gak punya perasaan" sahut eza dengan menggebrak sekali lagi mejanya.

"Sedang apa kamu eza?" tanya pak sem.

"Memangnya lo pikir gue lag----" sahut eza,tak melanjutkan bicaranya setelah melihat wajah pak sem.

"Kamu pikir bapak ini temenmu?" sahut pak sem.

"Ma--ma--maaf pak" sahut eza.

Seisi kelas kemudian melepaskan tawa mereka.

"Lari keliling lapangan 25x putaran" sahut pak sem.

GENGGAM TANGANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang