Chapter 18

16 1 0
                                    

Pagi itu mata pelajaran pak sem sudah dimulai sekitar sejam yang lalu.

Kelas X-3 hening seketika.

Semua siswa tak ada yang berani bicara, tidur, tengok kiri-kanan, semuanya menatap lurus kearah papan, mendengarkan penjelasan dari pak sem.

Sementara pak sem sedang menjelaskan, tiba-tiba terdengar suara nyanyian. Sepertinya salah satu ponsel milik siswa berbunyi.

Sontak pak sem dan juga siswa lainnya mencari sumber suara itu. Ternyata bunyinya berasal dari ponsel milik eza.

Seketika pandangan semua siswa tertuju pada eza.

Segera eza mematikan ponselnya yang berbunyi.

"Eza?" panggil pak sem.

"Ya pak" balas eza.

"Kenapa hape kamu bunyi?" Tanya pak sem.

"Maaf pak saya lupa matiin tadi" sahut eza.

"Satu peringatan untuk kamu eza" sahut pak sem kemudian melanjutkan penjelasannya dipapan tulis.

Eza kemudian sekilas mengintip ponselnya, ternyata yang tadi itu sebuah pesan. Dari risa.

Eza kemudian mengalihkan pandangan kearah papan, diletakkannya ponsel dilaci. Ia tak ingin lagi berurusan dengan risa.

Tak lama kemudian hape milik eza berbunyi kembali. Seketika pak sem dan siswa-siswa yang lain menoleh kearah eza.

Eza kemudian mengambil ponselnya didalam laci lalu kemudian menekan tombol nonaktif.

"Eza, kamu bisa keluar sebentar" sahut pak sem.

"Tapi pak..." sahut eza.

"Selesaikan dulu urusanmu, bapak tidak ingin konsentrasi siswa-siswa yang lain terganggu Cuma gara-gara bunyi hapemu itu" sahut pak sem.

Eza kemudian mengambil ponselnya berjalan keluar kelas, berdiri disamping pintu.

Pelajaran kemudian dilanjutkan.

Selang beberapa menit, ponsel milik eza kembali berbunyi. Nama yang tertera masih tetap sama, dari risa.

Eza kemudian membuka pesan milik risa.

Pesan

Eza aku gak bisa putus sama kamu.

Eza tolong maafin aku.

Za, pliss maafin aku.

Eza tak tahu harus membalas apa. Ia tak tahu bagaimana harus menjelaskan semuanya pada risa agar ia bisa mengerti.

Dimasukkannya ponsel kedalam saku celana, eza saat ini tak ingin membalas pesan dari risa. Ia masih teringat kejadian pada malam festival dimana ia bertemu orang yang sangat dirindukan.

Sosok ayyu masih terbayang dipikiran eza. Ia masih bertanya-tanya, kenapa ayyu bersikap dingin padanya bahkan pada teman-temannya sendiri.

Apa yang sedang terjadi padanya, sampai sikapnya berubah menjadi seperti itu.

Dan sosok cowok yang disampingnya, membuat eza sangat bertanya-tanya. Siapa dia, apakah cowok tadi malam itu adalah pacarnya. Kenapa mereka kelihatan sangat akrab sekali.

Eza menyandarkan punggungnya didinding. Hingga sampai jam istirahat eza kemudian berjalan kembali masuk kedalam kelas.

Duduk dibangkunya kemudian menatap keluar jendela.

Josua yang saat itu baru masuk kedalam kelas, menghampiri eza dibangkunya.

"Eza..." panggil josua yang kini sudah disamping eza.

GENGGAM TANGANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang